🌻Dua puluh🌻

Start from the beginning
                                    

"Assalamualaikum," ucap Klara yang baru saja pulang. Rara tersenyum senang, karena Bundanya pulang juga.

"Wa'alaikumsalam. Bunda dari mana aja sih? Rara capek tau nungguin bunda."

"Bunda ke kamar dulu ya." Bukannya menjawab pertanyaan Rara, Klara malah memilih untuk ke kamarnya langsung.

"Bunda, jawab dulu pertanyaan Rara." ujar gadis itu.

"Rara, bunda capek! Bunda perlu istirahat," balas Klara. Wanita paruhbaya itu pun langsung pergi meninggalkan gadis itu di ruang tamu.

Rara menatap punggung Klara yang sudah mulai menjauh dengan tatapan sendu. "Kenapa sih, kok kayanya bunda berubah." gumamnya.

"Assalamualaikum," ucap Wijaya yang baru pulang juga.

Rara menengok. "Wa'alaikumsalam, ayah baru pulang? Dari mana aja?" tanya Rara.

"Ayah capek, ayah izin ke kamar mau istirahat." ucap Wijaya yang langsung meninggalkan putrinya.

Rara berdecak kesal. "Ayah sama bunda kenapa sih!? Kok berubah gitu."

Malam ini, Rara dibuat kebingungan oleh kedua orang tuanya. Baru pertama kali ini, Klara dan Wijaya bersikap aneh. Gadis itu memilih untuk keluar rumah mencari udara segar. Rara terus berjalan menelusuri trotoar jalan, ia tidak tau akan kemana. Yang jelas, gadis itu ingin menenangkan pikiran sejenak. Sampai akhirnya, ia menemukan kursi panjang yang berada di pinggir jalan. Rara duduk termenung di sana. Kini cairan benih tiba-tiba keluar dari matanya.

Seorang cowok yang melihat gadis itu duduk termenung, ia langsung mendekati Rara. Tanpa Rara sadari, cowok itu duduk di sampingnya. Tangannya, langsung menghapus air mata gadis itu.

Rara menengok dan menatap cowok itu dengan tatapan sendu.

"Kok nangis? Kenapa?" tanya cowok itu.

"Den, orang tua gue berubah." ucap Rara.

Raden menaikan alisnya. "Berubah kenapa?" tanyanya.

Rara menggeleng pelan. "Gak tau,"

Raden langsung membawa Rara dalam pelukannya. "Mungkin itu cuma perasaan lo aja kali. Udah, gak usah berfikir yang berlebihan. Nanti lo sendiri yang sakit." ucap Raden.

"Tapi gak biasanya orang tua gue kaya gini Den."

"Ra, mungkin orang tua lo hanya merasa capek aja. Udah ya, gak usah berfikir berlebihan." ucap Raden menenangkan gadis itu, Rara hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Dari arah lain, seorang cowok melihat mereka sedang berpelukan. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, dan langsung menghampiri mereka.

Saturnus menarik baju Raden. "Lo ngapain peluk peluk pacar gue anjing!?" tanyanya penuh dengan emosi.

Raden hanya memasang wajah datar. "Gue cuma nenangin pacar lo!"

"Alasan lo anjing!"

Saturnus langsung menghajar Raden, hingga cowok itu jatuh tersungkur. Namun, Raden tak membalasnya. Karena ia tau, itu adalah Saturnus, temannya.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

"Saturnus udah! Stop!!!!" pekik Rara.

Saturnus berhenti menghajar Raden. Ia mencubit ujung hidungnya, "jangan pernah sentuh milik gue bangsat!" ucapnya.

Kini cowok itu langsung menarik tangan Rara. Saturnus membawa Rara pergi dari tempat itu.

"Lo ngapain sih mau dipeluk sama dia!? Lo udah jadi milik gue Ra! Gue gak suka kalo lo dipeluk sama cowok lain!" ujar Saturnus sangat marah.

"Raden cuma nenangin gue aja Sat."

"Ck, alasan!" ucap cowok itu tidak percaya.

Rara menggeleng pelan. "Terserah lo, mau percaya apa gak!" kata Rara. Gadis itu pun langsung melangkahkan kakinya pergi.

"Lo mau kemana woy!" teriak Saturnus, namun Rara tidak peduli. "Ck, baru pertama hari pacaran udah kaya gini." ucapnya kesal.

Rara berjalan tidak mempunyai tujuan. Ingin pulang, tapi rasanya malas. Gak pulang tapi ntah mau kemana. Dahlah emang serba salah.

Seorang yang berada di dalam sebuah mobil, yang melihat gadis itu sedang jalan sendirian. Orang itu pun langsung melancarkan aksinya.

Orang itu tersenyum devil. "Lo harus mati Rara." ucap orang yang berada di dalam mobil.

Orang itu menginjakkan gas mobil, dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi supaya Rara tertabrak.

Rara terus berjalan tanpa mengetahui ada mobil yang ingin menabraknya.

Seseorang gadis yang melihat mobil itu melaju cukup tinggi dan mengarah ke Rara yang sedang berjalan. Ia pun langsung cepat-cepat untuk menyelamatkan Rara dari mobil yang ingin menabraknya.

"Awas!!!!" teriak gadis itu, ia pun langsung berlari untuk menyelamatkan Rara.

Bruk.

"Aw..."

Mereka berdua terjatuh ke tanah. Tapi syukurnya, Rara bisa selamat dari mobil yang ingin menabraknya.

Seorang yang mengendarai mobil itu melihat dari spionnya. "Ah sial, pake selamat lagi!" ujarnya sangat geram. Karena tak ingin tertangkap, si pengendara mobil itu pun langsung cepat-cepat pergi.

"Lo gak papa?" tanyanya kepada Rara.

"Gak papa kok. Lo gimana? Gak ada yang luka kan?"

"Gak kok. Oh ya, Saturnus mana? Kok lo sendiri?" tanya Jihan. Ya, gadis yang sudah menyelamatkan Rara adalah Jihan.

"Gue gak tau." jawabnya singkat. "Oh ya, makasih ya. Lo udah mau nyelamet-in gue dari mobil tadi." ucap Rara.

"Iya sama-sama." balas Jihan. "Btw, gue belum tau nama lo siapa lo."

"Nama gue Rara Wulandari, panggil aja Rara."

"Okey. Em... Lo pacarnya Saturnus ya?" tanya Jihan.

Rara tersenyum. "Iya, gue pacarnya Saturnus. Baru tadi siang jadiannya." ucap gadis itu.

"Oh ya? Semoga langgeng terus ya," kata Jihan.

"Iya," Dalam hati Rara, sebenarnya malas banget ia harus pacaran sama si BangSat. Cowok menyebalkan sedunia! 

🌺🌺🌺

Em... Kira-kira siapa ya yang mau nabrak Rara?

Saturnus [Baru Menetas]Where stories live. Discover now