prolog

73 26 47
                                    

Tampan menatap canggung wanita di depannya ini. Entah kenapa ada rasa tak enak di dalam hatinya.

Sementara wanita yang ditatap canggung hanya menampilkan raut datar seperti biasa dan duduk dengan anggun.

Tampan yang tak tahan dengan keheningan itu akhirnya berdeham pelan demi mengurangi rasa canggung di dalam dirinya.

"Ada apa Bu Hening mengajak saya bertemu?" tanyanya sopan memulai pembicaraan.

Tangan putih itu mendorong pelan map berisi berkas di atas meja ke hadapan Tampan. "Silahkan dibaca terlebih dahulu." ucap Hening.

Tampan kira setelah mereka memulai percakapan keadaan ini tak akan canggung, namun yang terjadi malah atmosfer di dalam kafe ini rasanya malah menyesakkan.

Tak ada yang bisa dilakukan tampan selain menuruti perintah Hening- bos besarnya.

Tangannya perlahan membuka map tersebut lalu membaca dengan teliti berkas yang baru saja diberikan Hening padanya. Semakin banyak Tampan membaca huruf huruf itu, semakin mengerut juga keningnya.

Rasanya semakin syok saat dia paham berkas apa yang barusan diberikan Hening padanya.

Saat dia mendongak, melihat wajah Hening, lagi-lagi yang ditemukan hanya wajah datar seperti biasa.

Tapi sedetik kemudian Tampan membulatkan matanya, kala kalimat itu keluar langsung dari bibir merah milik Hening.

Kalimat yang mampu membuat Tampan rasanya ingin pingsan saja.

"Ayo menikah, Pak," kata Hening dengan tegas seperti biasa. Tak ada senyum sama sekali di wajah cantiknya.

"Ibu habis minum ya?" tanya Tampan yang masih syok.

"Engga pak, saya sadar seratus persen. Ayo menikah sama saya. Nikahi saya pak!" desaknya.

Tampan masih bengong dengan tampang bodohnya.

"Harta saya banyak pak. Saya udah punya jet pribadi, rumah udah ada empat, perusahaan udah masuk jejeran perusahaan terbesar di asia, mobil udah gak kehitung lagi. Saham udah ada dimana-mana. Villa saya juga udah punya. Tanah udah ada di setiap pulau di Indonesia. Investasi lainnya juga saya banyak, pak." Kini Hening malah menyebutkan aset yang dimilikinya.

"Ouh, dan satu lagi. Saya juga bisa masak dan pastinya saya cantik."

"Ya iya, tap-"

"Apalagi pak? Masih kurang apalagi?" Potong Hening cepat.

"Kurang cin-"

"Oh cincin?" Potong wanita itu lagi. "Tenang pak, saya juga udah menyiapkan cincin untuk melamar bapak." ucapnya sambil mengeluarkan cincin kehadapan Tampan yang kini benar benar kaku.

"Will you marry me, Tampan?"

Benar-benar melamar dengan berjongkok di hadapan Tampan seraya menyodorkan cincin dan mawar yang ada di atas meja.


Date: 19 juni 2021

Do Re MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang