Part 6 - Lagi lagi

Start from the beginning
                                    

"Mobil nenek Abi gak ada?" Tanya Fadli heran.

"Ada di rumah. Tapi Pa Jojonya ikut Nenek sama Kakek ke Surabaya," jawab Hanna.

"Nenek Abi pergi? Kenapa gak ngajak Fadli?" Gerutunya.

"Fadli kan harus sekolah."

Tak lama kemudian ada taksi yang lewat. Hanna langsung melambaikan tangannya ke depan dan taksi pun berhenti di depan mereka.

Hanna dan Fadli duduk di belakang.

"Ummi kita ke Abi yuk!" Ajaknya.

Hanna langsung menggeleng menolak. "Kita ke rumah langsung."

"Yahh.." terlihat sangat kecewa.

_______

Hanna mengganti pakaian Fadli dan menyuruhnya untuk tidur siang. Fadli yang tak mau malah keluar kamar dan menyalakan televisi.

"Kamu tidur siang dulu, sayang!" Suruh Hanna lagi.

"Nggak mau, Ummi. Fadli gak ngantuk. Fadli mau nonton tv," tolak Fadli.

Hanna merasa kesal karena Fadli tak menurut padanya. "Ya sudah.. terserah kamu.. tapi kalau malam gak bisa tidur, jangan rewel ke Ummi!"

Fadli sekarang punya kebiasaan. Kalau anak itu tidak tidur siang, malamnya dia akan mengeluh pusing dan menangis.

Dia melihat Wida yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Halo Tante!" Sapa Fadli pada Wida.

"Halo Fadli! Fadli kapan pulangnya?" Wida mendekati Fadli. "Bu.." sapanya pada Hanna.

Hanna menggendong Fadli dan Fadli langsung meronta-ronta. "Kamu harus tidur," tegasnya. Sejujurnya Hanna tak mau Fadli berdekatan dengan Wida. Wanita itu melangkah masuk ke dalam kamar Fadli dan mengunci pintu kamar.

Fadli mulai menangis. "Gak mau Ummi," isaknya.

Tiba-tiba Fadli menendang perut Hanna dan membuat Hanna melepaskan Fadli, sehingga anaknya itu terjatuh, untungnya Fadli terjatuh di atas ranjang. Sedangkan Hanna sendiri, dia juga terjatuh ke lantai. Perut dan bokongnya menjadi sakit.

"Ummi jahat!" Teriak Fadli dan tangisannya semakin kencang.

Hanna ikut menangis karena tendangan Fadli membuatnya merasakan kram pada perutnya. "Kamu juga jahat sama Ummi!" Isak Hanna.

Suara ketukan pintu terdengar. "Bu Hanna? Apa terjadi sesuatu?" Suara samar Wida terdengar.

Hanna memegang perutnya dan air matanya tak berhenti mengalir.

Fadli juga tetap menangis. Hanna perlahan beranjak dan membuka pintu, melangkah keluar.

"Bu? Ibu baik-baik saja kan?" Tanya Wida.

Hanna melihat sekilas Wida dan tetap melanjutkan langkah kakinya.

Hanna merasakan Wida masuk ke dalam kamar Fadli dan mencoba menenangkan anak itu.

"Mba Kasih!" Panggil Hanna dengan suara parau-nya.

Kasih melangkah dari dapur segera menghampiri Hanna. Tatapan heran dari Kasih tertampak jelas pada wajah wanita itu.

Hanna menghapus air matanya. "Maryam dia ada di kamar?" Tanyanya.

"Iya, Bu. Sedang tidur.."

"Bisakah kamu membawanya ke kamar kamu saja?"

"Iya Bu?" Kasih berpikir sejenak. Namun dia segera mengangguk. "Oh iya, Bu." Dia langsung ke kamar Hanna hendak menggendong Maryam yang sedang tidur di dalam box bayi.

"Sekalian dengan box bayinya saja."

"Iya, Bu."

Kasih pun mendorong pelan box bayi yang mempunyai roda itu dengan pelan.

"Kalau dia menangis atau apa pun itu. Bawa saja ke Wida. Hari ini aku tak mau diganggu. Aku mohon," kata Hanna, lalu menutup pintu kamarnya.
______

Hari sudah malam. Jinata segera masuk ke dalam mobilnya, untuk pulang ke rumah. Dia melajukan mobilnya.

Pria itu sengaja mampir ke supermarket untuk membeli cemilan dan buah apel untuk Fadli. Dia juga mengambil jeruk Mandarin untuk istrinya sambil menutup matanya. Semoga saja, Hanna akan senang jika dia membelikannya jeruk.
_____

Jinata memarkirkan mobil ke dalam garasi. Lalu langsung masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum," salamnya.

"Wa'alaikumsalam," sahut seseorang di  ruang tv.

"Abi!" Fadli berlari ke arahnya dan Jinata langsung mengangkat tubuh putranya itu. Fadli memeluk lehernya.

"Abi.. Ummi jahat sama Fadli!" Lapornya pada sang Ayah.

"Jahat gimananya?"

"Ummi marahin Fadli, terus Ummi buat Fadli jatoh.."

Jinata menyeritkan dahinya. "Jatuh gimana?"

"Pas gendong Fadli, Ummi ngejatuhin Fadli.."

"Kamu jatuh ke lantai?"

Fadli menggeleng. "Nggak, jatohnya ke kasur."

"Nanti Abi bicara baik-baik sama Ummi yah.. sekarang mendingan Fadli tidur. Udah malem loh.."

"Tidurnya sama Abi."

"Iya.. Abi ganti baju dulu yahh.. kamu tunggu Abi di kamar." Jinata menurunkan Fadli dan anak itu menurut dan langsung ke kamarnya.

Jinata melihat Wida yang ternyata ada berdiri tak jauh darinya. "Eh, Bu.. belum tidur?"

Wida menggeleng pelan. "Barusan nonton tv sama Fadli."

"Oh iyah.. saya permisi."

Jinata melangkah menuju kamarnya. Namun pintu kamarnya terkunci. Dia mengetuk pintu. "Ummi!" Panggilnya berharap Hanna membuka pintu.

Namun Hanna tak kunjung membuka pintu dan menyangka kalau istrinya itu sedang tidur. Jinata menghampiri salah satu meja yang berada di samping kamarnya dan membuka laci. Di sana ada duplikat kunci kamarnya.

Jinata mencoba membuka pintu dengan kunci itu dan untungnya pintu itu terbuka.

Dirinya terkejut saat mendapatkan kamarnya yang sangat berantakan dan dia melihat Hanna yang meringkuk di atas ranjang. Rintihan terdengar dari mulut istrinya itu.

"Ummi kenapa?" Jinata membalikkan tubuh Hanna agar posisinya terlentang.

Hanna menepis tangannya. "Jangan sentuh aku." Wanita itu kembali menyamping dan membelakangi Jinata. Jinata melihat tangan Hanna memegang perut sendiri.

Jinata sedikit menekan perut Hanna dan Hanna langsung berteriak kesakitan.

"Kamu sedang kram?" Tanya Jinata.

"Pergi sana!" Lirih Hanna.

.

Fix.. gak tahu kenapa malah ceritanya Hanna terus yang menderita. Mungkin kalian pasti bosen banget bacanya.

Gak papa kok kalau gak mau  baca cerita ini lagi . Hehe..

HEART GAME 3 : not me, but you (Completed) (Finale) Where stories live. Discover now