VIII - The First from The Last

147 25 8
                                    

"Aku bisa membuat Petra tak akan mengingat apapun tentangmu di masa lalu"

Ucapan Zeke membuat Levi bisa menyimpulkan kalau metronome itu tak berlaku bagi keturunan darah kerajaan. Tanpa perlu melihat dirinya, dia sudah mengingat kejadian masa lalu dan bisa merasakan siapa saja yang memiliki metronome.

Untuk kalimat Zeke barusan, Levi tak perlu meresponnya dengan serius karena konyol saja. Petra selalu bersama Levi di Paradis, bila Petra sudah mengingat Paradis begitu pula dengan Levi di masa lalu.

Petra melirik Levi yang masih diam di sepanjang perjalanan. Tak tahan dengan suasana kaku, Petra pun membuka suara. "Aku sudah mengetahui sedikit tentang Paradis dari buku pinjaman Zeke"

"Apa hubunganmu dengan dia?" Levi sama sekali tak berminat mendengar nama itu

"Dia sahabatku sejak kecil. Dulu dia dan keluarganya tinggal di sebelah rumahku namun pindah karena ayahnya menikah lagi setelah ibunya Zeke meninggal" Petra berterus terang

"Jangan terlalu dekat dengan dia" ucap Levi sambil sibuk menyetir

"Bagaimana bisa, sudah ku bilang dia sahabatku sejak kecil"

"Dia punya maksud buruk, dulu dan sekarang sama saja"

"Aku yang lebih mengenalnya daripada kau" suara Petra jadi meninggi. Petra menunduk, ucapannya mungkin berlebihan. Tak sepantasnya marah pada seseorang yang baru ia kenal.

Levi hanya terdiam, "Kita sudah sampai, turunlah"

"Aku mau tanya satu hal, kenapa kau ingin sekali untuk aku mengingat itu dan seberapa pentingkah masa lalu itu?" Petra ingin dengar alasan dari mulut Levi. Agar Petra bisa melepaskan beban pikirannya karena merasa dibayang masa lalu dari semua teman-temannya.

"Entahlah, kau putuskan sendiri apakah itu penting atau tidak" Levi membuka pintu mobil disusul dengan Petra. Dia hanya menjawab satu pertanyaan.

Levi mengantar Petra sampai pekarangan rumah. Petra mengucapkan terima kasih karena sudah mengantarnya dan berjalan masuk ke pintu rumah.

Terkejutnya Petra mendapati ayahnya yang terkujur di lantai tak sadarkan diri. Petra berteriak memanggil Levi, "Tolong, antarkan aku ke rumah sakit"

--

Ayah Petra sudah lama menderita penyakit jantung. Kini mereka di ruang IGD Martin Luther King Hospital, menanti keputusan dokter untuk hasil pemeriksaannya. Ayah Petra harus segera dilakukan operasi bagian katup jantungnya. Petra harus menandatangani persetujuan dengan tangan yang gemetar. Menunggu beberapa menit untuk persiapan operasi.

Dengan air mata yang tertahan, Petra terus menyemangati di samping ayahnya meski matanya sedang terpejam. Masih ada keyakinan ayahnya akan mendengar, "Ayah pasti kuat. Ayah pasti kembali sehat. Ayah terus bersama Petra ya".

Petra menatap tubuh ayahnya yang lemah tersambung dengan banyak alat di dada ayahnya membuat Petra merasa dadanya lah yang sesak. Ayahnya langsung dibawa menuju ruang operasi, Petra terus mengikuti ayahnya hingga meninggalkan Petra berdiri di depan pintu.

Petra menunggu dengan khawatir, memandang nanar pintu ruang operasi dan memeluk tubuhnya sendiri. Dia tak ingin kehilangan orang tuanya lagi. Dia ingin lama bersama ayahnya menyaksikan Petra menjalani seluruh tahapan kehidupannya.

Petra baru sadar bila Levi masih mengikutinya yang kini berdiri di sampingnya. "Terimakasih sudah mengantar, kau boleh pulang"

Levi memandang Petra lama. Tak disangka Levi menarik tangan Petra ke dalam pelukannya. Beberapa saat Petra kaget merasakan kehangatan yang membuatnya bisa menangis.

Levi masih ingat dengan kejadian terakhir berdua bersama Petra di masa lalu, malam terakhir sebelum misi ekspedisi di luar dinding ke-57 yang merenggut nyawa Petra.

Masih teringat tetesan air mata di pundaknya yang kini bisa ia rasakan kembali. Petra memang selalu terbuka atas segala isi hatinya tapi tidak untuk ketakutannya, karena dia hanya bisa menangis sendirian. Itu yang Levi ketahui, Petra di masa lalu dan masa sekarang adalah sama.

Levi mengelus kepala Petra dan membenamkan wajahnya pada pundak Petra. Ada setitik harapan bagi Levi untuk Petra bisa mengingat masa lalunya.
Meski ia tak bisa membawanya ke tempat dimana kenangan itu berasal. Kenyataan bahwa mereka hidup kembali di keadaan mereka yang jauh berbeda dari sebelumnya. Normal. Tidak ada lagi kegelapan, tidak ada lagi kerumitan.

Di lorong ruang tunggu rumah sakit yang sunyi, isak tangis dan detik jam yang berdetak teratur. Menjadi malam yang panjang bagi Petra dan Levi, menunggu sebuah harapan.

MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang