VII - What's Going On?

161 26 15
                                    

Petra yang sedang mencari buku di antara rak lemari yang besar, teringat pada panggilan tadi. Petra merogoh saku celananya mengeluarkan HP.
Nomor tak dikenal.
Petra mencoba mengingat-ingat apakah dia pernah memberikan nomornya pada seseorang. Tidak pernah. Tiba-tiba teringat pada saku bajunya terdapat kartu nama dan mencocokkan nomornya.
'Sial kenapa bisa lupa'.
Petra bisa menebak suara orang ini saat ditelpon.

Petra keluar dari perpustakaan dan menelpon balik nomor itu. Benar, disambut dengan suara oktaf rendah yang menusuk. "Sudah aku duga kau lupa"

"Eh, maaf. Aku lupa memberitahumu jam pertemuannya"

"Kau ada dimana?"

"Aku di perpustakaan"

"Aku kesana"

"Tapi -" telfon itu dimatikan oleh seberang. Tak sopan padahal siapa juga yang menelpon duluan.

Petra melihat jamnya, setidaknya sekitar 20 menit Levi akan sampai. Petra segera masuk ke perpustakaan dan mencari buku secepat mungkin. Tak bisa membayangkan meladeni amarah orang itu bila ia terlambat. Zeke melihat Petra bingung, "Kenapa kau terburu-buru Petra?"

"Aku lupa ada janji bertemu dan dia mau menuju kesini" Petra membaca hati-hati satu per satu buku di rak tanpa menoleh.

"Petra sekarang sudah punya cowok ya? Sibuk ketemuan terus" iseng Zeke sambil mengacak rambut Petra.

"Jangan ganggu aku dulu. Kalau kau mau pulang duluan gak apa-apa"

"Tidak, aku mau melihat orang yang kau temui. Siapa tau dia tak jadi kesini dan aku bisa mengantarmu pulang"

"Ah, dia pasti kesini. Dia sendiri yang minta ketemuan"

Zeke hanya menyentuh daun telinganya, penasaran dengan cowok yang akan Petra temui.

--

Petra dan Zeke menunggu diluar perpustakaan. Angin musim dingin pertengahan November bercampur angin malam menjadi semakin membuat Petra menggigil. Petra hanya bisa merapatkan jaketnya.

Zeke yang melihatnya mendekat pada Petra dan melilitkan syal miliknya di leher Petra. Petra kaget dengan perlakuan tak biasa Zeke.

"Kau tau adikku pernah melakukan ini pada seorang wanita dan wanita itu langsung bertekuk lutut. Selalu ikut kemanapun adikku pergi". Tangan Zeke masih merapikan syal itu pada Petra.

"Kau berharap aku seperti wanita itu, jangan berkhayal kau" jawab Petra sambil terkekeh. Tapi entah mengapa itu tak membuatnya menjadi hangat. Ada sesuatu yang dingin menatap mereka. Rupanya dari pemilik tatapan tajam nan dingin itu sudah datang. Levi mendekat ke arah Petra dan Zeke berdiri.

Levi menatap menjurus pada seseorang di samping Petra. Yang ditatapnya pun membuka suara "Wah. Tak disangka kalau Petra mengenal seseorang yang berpengaruh di CBRE Corps, Los Angeles, dan juga Paradis"

Hah? Masa lalu yang dimaksud Levi itu Paradis? Petra mencerna perkataan Zeke.

"Kita bertemu lagi monyet sialan" tatapan Levi makin tajam.

"Oh, kau tak berubah ya. Tak ada sapaan ramah bagi orang yang dulu menuntaskan janjimu"

"Tch, Jauhkan tangan kotormu dari Petra"

Zeke tidak menurut malah merangkul pundak Petra "Apakah 'dia' yang kau maksud dengan pernah populer itu?"

Levi tak bereaksi, membuat Zeke makin yakin kalau ia tebak benar. Zeke jadi punya rencana untuk membuat Levi lebih kesal padanya.

Petra bisa memandang dua pria itu saling berselisih, tidak dengan pukulan yang membabi buta. Lebih pada sebuah dendam yang tak terselesaikan dari sorot mata mereka.

Zeke mendekat pada Levi untuk berbisik agar Petra tidak mendengarnya. Kemudian Zeke menoleh pada Petra, "Petra, aku tinggalkan kalian berdua. Jangan nakal ya". Zeke mengacak rambut Petra kemudian pergi.

Levi menatapnya masih dengan tatapan tajam hingga sosok Zeke menghilang dari pandangan. Petra sampai tak berani tanya pada Levi apa yang sebenarnya terjadi.

"Kau ikut denganku masuk ke mobil. Dan, lepaskan syal kotor itu"

"Bagaimana dengan mobilku?"

"Berikan kuncimu pada Gunter, dia yang akan membawanya". Petra pun menurut dan mengikuti arah langkah kaki Levi di depannya menuju mobil.

Zeke dan Levi, adakah korelasi diantara kalian dengan masa lalu?

MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang