IV - We're Friend, Right?

188 32 26
                                    

Petra masuk kelas dengan terburu-buru sehabis perjalanan ke kampus yang cukup macet, beruntung masih sempat karena Prof. Hange belum datang. Zeke melambaikan tangan agar terlihat oleh Petra dari pintu kelas, Petra menuju tempat Zeke dan duduk di sebelahnya. "Haaah, syukurlah" Petra menenangkan napasnya yang masih terengah-engah.

"Harusnya nggak usah sampai lari, Prof. Hange santai kok. Nih, pesanan buku puisi yang kamu pengen" Zeke menepuk buku di kepala Petra.

"Duh, makasih ya. Jadi sahabat kok baru kasi kadonya telat hampir setahun pula. Sama saja nanti dua pekan lagi aku dikado ini. Huuu". Petra langsung menjejal buku itu di tas tanpa melihat bukunya.

"Tapi kan pestanya aku semua yang bayar, bukannya itu sudah cukup sebagai kado?"

"Hehehe iya juga. Hey, kamu kenapa masih di kelas. Sana pergi, sudah lulus juga. Sampai kapan kau kucing-kucingan dengan ayahmu" Petra menyikut Zeke yang dibalas tertawa garing sambil menyentuh telinganya.

Zeke adalah sahabat Petra sejak kecil untuk bermain dan membaca bersama di perpustakaan. Terpaut tiga tahun lebih tua dari umur Petra. Dia lulusan dari jurusan kedokteran mengikuti jejak ayahnya Grisha Jeager yang memiliki rumah sakit. Lebih tepatnya terpaksa agar bisa diwariskan meski memang otak brilian milik Zeke mampu menyelesaikan kuliah dan gelar dokternya dalam waktu kurang dari enam tahun tapi Zeke merasa bukan passion-nya. Zeke sering diam-diam masuk ke kelas Petra hanya untuk melarikan diri dari ayahnya dan mempelajari hal-hal baru yang ingin ia kuasai.

Pembicaraan mereka terpotong dengan keberadaan Prof. Hange yang sudah memasuki kelas "Morning, class". Hange tersenyum ke arah Petra dan Zeke. Petra jadi salah tingkah, baru ini Prof. Hange menatapnya.

"Psst, nggak biasanya Prof. Hange menatap kita" Zeke berbisik.
Petra membalas "Itu artinya sudah waktunya kau keluar dari kelas, Zeke" yang jelas tidak digubris Zeke. Zeke masih tetap duduk ikut materi kuliah Prof. Hange dan Petra hanya bisa memutar bola matanya.

--

Selesai kelas, Petra dan Zeke berjalan di lorong segera berangkat menuju cafe. Tak disangka bertemu Armin dan kekasihnya sedang bersembunyi di balik badan Armin.

'Kenapa dia takut?' pikir Petra

"Hai kak Petra, lama tak bertemu denganmu" sapa Armin. "Ya, Armin. Sudah lama kalian nggak kumpul bareng di cafe"

"Ada hal yang ingin disampaikan sama Annie. Ayo Annie, tak apa" Armin mengesampingkan badannya agar Annie bisa menatap Petra. Dengan kepala yang tertunduk, Annie membuka suara "Maafkan aku, kak".

Petra mengernyitkan dahi, padahal dia barusan kenalan dan sudah meminta maaf. Petra jadi canggung sambil mengibaskan tangannya, "Ah, tak masalah kok".

Reaksi Petra membuat Armin berkesimpulan bahwa Petra masih belum mengingat masa lalu padahal kemarin Levi mengaktifkan tempo metronomenya, kalau begitu kasus ini sama halnya dengan kasus Eren.

"Yasudah kalau begitu, aku cuman memastikan kak Petra sudah aktif metronomenya. Nanti bakal kita bahas detail bareng Prof. Hange" jawab Armin

Petra bingung dengan kalimat Armin. Metronome. Apa kaitannya sama mata kuliah. Entahlah. "Baiklah Armin, kabari aku".

Armin dan Annie pun pergi. Zeke dari tadi diam mengamati pun menggumam, "Oh, mereka sebut dengan metronome ya"

Petra menangkap dengar gumaman Zeke, "Kau beneran bisa paham maksud Armin tadi? Anak jenius kalau berkomunikasi itu topiknya nggak bisa dipahami sama orang awam ya"

"Bukan begitu, kapan-kapan deh aku jelasin. Katanya mau buru-buru ke cafe, gih berangkat"

Petra melirik jam tangannya, "Oh ya, ayo buruan"

"Nggak jadi Pet, aku ada urusan"

"Baiklah, bye Zeke"

Zeke melihat Petra menjauh. Zeke paham apa yang dimaksud Armin tadi, karena di masa lalu dia adalah keturunan spesial. Teori yang belum Hange dan Armin ketahui.

--

Levi kembali datang ke cafe, kali ini mengajak pria yang bernama Gunter yang menatap matanya. "Apakah kau mengingat sesuatu Petra?"

"Kenapa aku harus menatap mata denganmu? Dan ingat apa?" Petra merasa hari ini semua bertingkah aneh. Dari Prof Hange, kekasihnya Armin, dan sekarang orang yang baru ia kenal di hadapannya.

"Eld dan Oluo sudah ingat, kenapa kau tak bisa ingat?" tanya Levi gusar yang berada di samping Gunter.

"Aku sama sekali tidak paham apa yang kalian tanyakan"

"Petra mungkin butuh waktu saja dan jangan memaksanya" jawab Eld.

Petra menatap bingung. Sejak kapan mereka ditambah Oluo ini menjadi akrab dan duduk bersama dalam satu meja seperti ini. Apakah yang dimaksud mereka adalah di masa lalu mereka bersahabat dan mengharapkan bisa mengingatnya begitu?

Levi menghela napas, tak sabaran, "Baiklah, pesan teh hitam satu. Gunter?"

"Latte. Itu saja. Petra, sungguh kami menantikan kau bisa mengingat kami agar bisa berkumpul seperti ini" wajah Gunter mulai memelas.

Petra tersenyum tipis, tak memahami apa yang mereka bicarakan tapi mencoba untuk menghibur "Iya, semoga saja. Tunggu sebentar ya"

Sehabis dari station, sekarang pelipis Petra mulai berdenyut duduk bersama mereka dan mengikuti percakapan mereka.

'Kenapa dengan semua orang berubah pandangan terhadapku'

MetronomeWhere stories live. Discover now