03

144 26 24
                                    

Bulan menunduk sepanjang koridor yang ia lewati. Ada rasa kecewa dan juga menyesal yang menggrogoti hatinya. Tidak pernah Bulan sangka kalau dia akan bertengkar karena hal ini dengan Bintang.

Bulan mendudukkan pantatnya di kursi yang memang di sediakan pihak kampus. Melihat Bintang pergi seperti tadi membuat Bulan sedih. Dia tidak berniat memicu pertengkaran. Entah kenapa untuk saat ini dia dan Bintang tidak sepaham.

Bulan mengeluarkan ponsel dari tas, tangannya berhenti mengusap layar ketika menemukan kontak Bintang.

Setelah terdiam cukup lama sembari memandangi kontak Bintang di ponsel, Bulan kembali menaruh ponselnya. Dia terlalu takut untuk menelpon Bintang.

"Ah, gue terlalu kekanak-kanakan," keluh Bulan. "Come on, Lan. Lo udah gede, jangan sampai ego lo bikin seseorang kesel," sambung cewek itu.

Setelah menenangkan diri, Bulan berjalan kembali ke kelas. Besok pagi dia akan meminta maaf pada Bintang. Di sini Bulan sadar bahwa memang dia yang salah, pasti Bintang kesal dengan sikapnya tadi.

Sementara itu Bintang menyusul teman-temannya yang sedang melakukan edukasi di taman Nasional. Sikap Bulan tadi cukup memancing emosi Bintang, tidak ia sangka bahwa reaksi Bulan akan seperti itu.

Bintang mengendarai mobilnya meninggalkan kawasan Kampus, untuk saat ini dia belum ingin bertemu dengan Bulan. Bintang bukannya marah, dia hanya tidak ingin menimbulkan keributan lain diantara mereka.

Bintang tidak terbiasa dengan ini, ia jarang bertengkar dengan Bulan. Kepala Bintang berdenyut sakit, untuk sementara dia harus melupakan kejadian tadi. Bintang tidak ingin mood buruknya berdampak pada teman-teman satu organisasinya yang tidak tau apa-apa.

"Loh, bro? Kok di sini? Bukannya tadi lo bilang ada urusan?" tanya Arga, teman yang cukup dengan Bintang, yang ditanya hanya tersenyum tampa menjawab sepatah kata pun.

Bintang mengambil alih toa yang di gunakan sebelumnya oleh Arif. Kali ini Bintang menyuarakan edukasi-edukasi yang ingin mereka sampaikan pada masyarakat. Tentang seberapa penting hukum dan norma yang harus di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Fyi, buat yang belum tau, HMPS itu singkatan dari Himpunan Mahasiswa Program Study.

Belakangan ini Bintang dengan anak HMPS lainnya sibuk melakukan promosi di berbagai sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas maupun sekolah menengah kejurusan. Mereka akan mengadakan lomba tahunan, bekerja sama dengan organisasi lain di kampus.

Bintang menyembunyikan keresahan hatinya lewat kata-kata tegas yang mampu menarik perhatian banyak orang, tidak ada yang tau bahwa orang yang tengah berdiri tegak itu sedang mengkhawatirkan seseorang yang ia tidak tau bagaimana keadaannya.

°°°°

Satu hari berlalu dengan damai, semua orang kembali ke rumah masing-masing untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwa yang sudah bekerja mengejar impian seharian penuh.

Bulan tengah menikmati secangkir kopi latte ditemani Embun dan Mentari. Mengembalikan kenangan masa SMA mereka yang masih bebas tanpa tumpukan tugas dan tuntutan semesta untuk segera mencapai impian.

"Lo udah ngabarin Bintang?" Embun menatap Bulan, meminta jawaban.

Bulan menggeleng pelan sembari menyesap kembali kopinya.

Mentari mengernyit, apa yang ia lewatkan? "Emang lo gak ketemu sama Bintang seharian ini?" Pertanyaan Mentari hanya di tanggapi dengan tatapan oleh Bulan.

"Tadi ketemu, tapi berantem doang abis itu pada cabut," jelas Embun, jika menunggu Bulan yang akan menceritakan semuanya, itu akan butuh waktu lama.

BS 2: Jaga Rasa(on going) Where stories live. Discover now