16. I WANNA DIE.

2.4K 309 347
                                    

Vote dulu yuk sebelum membaca, biar nanti gak lupa:)

16. I Wanna Die.

Tak perlu di balas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak perlu di balas. Aku hanya sekadar ingin selalu hadir di setiap suka dan dukamu.
-Tarabella-

Tara tersenyum manis ketika menatap Sean dari atas tribune lapangan outdoor. Matanya tak bisa lepas dari pergerakan Sean yang melesatkan anak panah dengan begitu lihai. Selalu ada getaran dashyat dalam hatinya setiap melihat Sean, semua gerak laki-laki itu seakan candu untuknya.

Sekolah sudah begitu sepi, Tara belum pulang karena ia tahu bahwa hari ini adalah jadwal latihan Sean bermain panah. Walaupun kehadirannya itu sebenarnya tak di inginkan, tapi tujuannya bukan untuk di lihat lagi sekarang, melainkan ia hanya ingin selalu hadir di setiap langkah Sean.

Tangannya memegang sapu tangan berwarna biru laut dengan air mineral, berniat akan memberikannya pada Sean jika memang sempat.

"Semangat, Sean!" teriak Tara tertahan, hanya terdengar oleh dirinya sendiri. Ia bisa saja teriak lebih keras dari pada itu, tapi tentu Sean tak akan menyukainya.

"Tara, ya? Gue liat lo selalu ada di sini setiap Sean latihan panah," ujar seorang perempuan dengan kostum panah lengkap melekat di tubuhnya. Rambutnya panjangnya di kuncir satu dengan poni indah menutupi keningnya. Walaupun wajahnya mengalir banyak keringat, tapi aura cantik perempuan itu tetap terpancar.

Tara menoleh ke samping, mendapati Amara duduk di sampingnya. Tara sempat terkejut, namun kini raut wajahnya berubah menjadi tatapan kagum. Melihat Amara dari dekat seperti melihat boneka hidup, karena memang serupawan itu! Pantas, waktu itu Sean bilang kalau menyukai Amara. Tidak heran.

"Lo suka sama Sean?"

"Suka! Suka banget! Siapa sih yang gak suka sama Sean? Kayaknya gak ada, kan?" tanya Tara tersenyum tipis, membuat Amara juga ikut membalas senyumnya.

"Kalau tau Sean banyak yang suka, kenapa nekat bersaing sama cewek-cewek yang ngejar dia?" tanya Amara heran. Pasalnya, ia memang sering melihat Tara berusaha keras mendekati Sean.

Dimana ada Sean, pasti tak lama kemudian ada Tara. Melihat Tara di pinggir lapangan dan menatap ke arah Sean bukan kali pertama, tapi sudah berkali-kali. Amara juga tahu Sean sering menolak Tara, makanya ia heran ketika melihat perempuan itu masih bersikeras.

"Aku gak ada niat bersaing kok. Lagian aku siapa? Aku bukan siapa-siapa di sini, Kak. Kalau di bandingin sama semua perempuan yang ngejar Sean, aku gak pernah sebanding. Iya, kan? Aku gak cantik, aku juga bukan orang kaya, dan aku juga gak pinter. Tara.. gak punya lebih apa-apa," ujar Tara dengan suara yang berusaha ia tangguhkan. Ia mengulum senyum, menyelipkan anak rambutnya yang beterbangan ke sela telinga.

"Sean gak pernah bales perasaan lo?"

Tara membasahi bibirnya yang kering, lalu menggeleng pelan. "Gak pernah. Jangankan bales, ngeliat Tara juga gak mau. Sean itu dingin banget, kutub utara aja kayaknya kalah, deh."

SEANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang