01. PESAWAT NURA.

6.4K 534 389
                                    

01. Pesawat Nura.

Apa yang paling sakit dari mencintai? Ketika kamu sedang sayang-sayangnya, namun Tuhan lebih menyayanginya.

"Tadaaa! Gimana? Bagus, kan, syal rajutan aku?"

Seorang gadis berambut cokelat sepunggung tersenyum manis di balik layar ponsel. Ia menunjukkan syal putih rajut dengan bunga-bunga ungu muda buatannya. Dengan cepat, ia pasangkan syal itu ke lehernya.

"Cocok, nggak?" tanyanya pada laki-laki yang sedari tadi hanya memperhatikannya dalam diam.

Sean, laki-laki itu tersenyum tipis lalu mengangguk pada Nura, pujaan hatinya yang tinggal berjauhan dengannya. Perempuan itu di London, dan dia di Jakarta. Sangat jauh, bukan?

"Cantik." singkat, namun sangat bermakna bagi Nura yang mendengarkannya. Sean tipe laki-laki yang jarang memuji dan tak suka di puji. Jadi sekalinya memuji, mampu membuat Nura berbunga-bunga seharian.

"Aku bikin satu lagi khusus buat kamu. Tadaaa!" Nura mengangkat syal putih dari pahanya, menunjukkannya ke kamera.

"Kamu suka, nggak? Kalau nggak suka aku bisa buat--"

"Suka," jawab Sean cepat penuh kelembutan. Disana Nura menahan senyumnya, suara laki-laki itu memang selalu sukses membuatnya lupa dunia. Padahal, dulu suara itu terdengar dingin dan datar, namun kini sudah sedikit berubah.

"Nanti aku bawa kesana, ya. Oh iya, kamu jadi jemput aku di bandara besok? Kalau kamu sibuk, aku bisa sendiri--"

"Aku yang jemput," putus Sean seperti sebuah pernyataan mutlak.

"Serius kamu nggak sibuk?" tanya Nura memastikan.

Sean menggeleng. "Nggak."

"Makasih, ya. Mungkin aku bakal sampai di Jakarta sore, paling lambat malam. Kamu datangnya jangan buru-buru." Kebiasaan Sean, ketika memiliki janji, pasti cowok itu akan datang setengah atau bahkan satu jam lebih awal. Tipikal laki-laki yang sangat menghargai waktu, disiplin, dan tak mau mengecewakan orang lain.

"Sean," panggil Nura dengan senyum tipis di bibirnya.

"Hm?"

"Aku seneng banget bakal ketemu kamu. Boleh nggak aku disana sebulan?" tanya Nura, berniat bercanda.

"Jangan," balas Sean dengan suara dalam.

"Kenapa? Kamu nggak suka aku lama-lama disana?"

"Kamu sekolah, Nura," ujar Sean lembut, mencoba memberikan pengertian.

Nura mangut-mangut mendengarnya, jika Sean sudah menitahkan, ia tak bisa mengelaknya. Ini saja ia membujuk laki-laki itu agar mengizinkannya untuk datang ke Jakarta. Tadinya, Sean melarang keras karena Nura juga sekolah di London.

Dulu, Sean pernah berjanji akan menemui Nura setelah ia lulus. Tapi, nyatanya Nura yang justru tidak tahan dan ingin cepat menemui laki-laki itu.

"Ada rapat di kantor Papa sebentar. Aku tutup nggak papa?" tanya Sean teringat akan janjinya dengan Gerald -ayahnya.

Nura mengangguk cepat. "Boleh."

"Sean," panggil Nura lagi sebelum laki-laki itu menutup panggilannya.

Sean menatapnya, seakan berkata 'Kenapa?'

"Semangat. Jangan terlalu di paksa, nanti kamu sakit," ujar Nura lembut. Hati Sean yang tadinya lelah kini kembali menghangat mendengarnya.

"Iya," Hanya jawaban itu yang keluar. Sean maupun Nura memang sama-sama kaku, tidak pandai mengekspresikan perasaannya. Tapi Nura, ia sekarang sudah jauh lebih bereskpresi di bandingkan Sean yang masih sama dinginnya.

SEANTARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt