28. Peran Usai (End)

148 40 217
                                    

Rumpang dan Sorai,
menurutmu mana yang lebih bisa membuatmu berlapang?

_________

Terhitung tepat satu bulan, Ken absen dari kehidupan Nara.

Pada minggu-minggu pertama, gadis itu berkali-kali menyumpahi takdir dan menyerapahi semesta. Menganggap bahwa semua yang ada di hidupnya adalah bentuk ketidak adilan semesta. Baginya, semesta terlalu ber-pilih kasih.

Hingga akhirnya dua minggu setelahnya, Nara menyerah, memilih pasrah kepada semesta yang entah akan membawanya pada akhir cerita bagaimana. Sekalipun harus membenci semesta rasanya percuma saja, karena ia masih hidup di dalamnya.

Tak ada yang berubah satu bulan ini. Ernan masih suka lalapan, Bagas masih sering telat membayar kas, Stela belum tobat merundung, dan Gama masih selalu berdiri teguh dengan cinta bertepuk sebelah tangannya.

Intinya, tidak ada yang benar-benar berubah setelah kepergian Ken, selain Nara yang semakin irit bicara.

Satu bulan yang lalu, di tengah sesenggukan Nara, Bi Rumi bercerita banyak hal. Tentang Ken dan segala hal yang melatar-belakanginya untuk berperan sebagai Arka.

Ternyata, bukan di depannya saja Ken hidup sebagai Arka. Di depan orang tuanya, lelaki itu juga memiliki peran yang sama.

Harusnya malam itu,-malam dimana ia menemukan foto Ken- ia mendengarkan lebih dulu penjelasan lelaki itu tanpa meninggikan egonya untuk marah. Harusnya malam itu, bukan menjadi hari terakhir bagi mereka untuk berbincang dan bertemu.

"Ra, ke kafe?" senggolan dari Gama membuat Nara sedikit berjengit.

"Udah pulang ya?" gadis itu malah balik bertanya, pandangannya menyapu ruangan. Pak Gatot sudah tidak ada di mejanya dan beberapa temannya sibuk merapikan peralatan tulis.

"Udah bel kali, kagak denger lo?"

"Kagak Gam, telinganya ketinggalan di kantin." Bagas menyahuti dari bangku depan, membuat Nara menatapnya sinis tanpa kata.

"Gimana? ntar ke kafe nggak?" Gama mengulangi pertanyaannya sembari merangkul tas di pundak. Mengabaikan sahutan Bagas.

"Tumbenan nanyain?" tanya Nara ikut merapikan barang-barang miliknya.

"Ah elah formalitas doang itu biar si Gama ada topik ngobrol." Lagi-lagi Bagas yang menyahuti.

Kini gantian Gama yang menatap sinis kearah Bagas, "belum aja itu mulutnya kena kepang."

Bukannya takut, Bagas malah terbahak. "Kepang mulut gue Gam, biar pernah."

"Najis!" Gama menghardik.

"Udah nyong! kita ada latihan. Main kepang-kepangannya ntar aja." Ernan merangkul pundak Bagas, pamit kepada Nara dan Gama sebelum menyeret teman gesreknya keluar kelas.

"Gam! Jangan lupa nanti kepangannya pake karet dua ya! gak pedes!" dan Bagas masih sempat-sempatnya request.

"Udah sinting!" Gama mencibir namun Bagas sudah lebih dulu keluar kelas.

"Gitu-gitu anak didik lo." Nara menanggapi cibiran Gama.

"Enak aja!"

"Latihan apa mereka? bukannya nanti jadwalnya manggung Band Paste?"

"Kan nanti mereka emang kolaborasi sama Band Paste."

Pergerakan tangan Nara yang hendak merangkul tasnya urung, "hah, kok gue nggak tau? Bang Farel ada cerita?"

Beloved-II: Season of Nara [Completed]Where stories live. Discover now