26. Hilang Tapi Ada

104 49 241
                                    

Ketika kamu memutuskan untuk tidak mempercayai lelaki bernama Arka.
Putusanmu tepat.
Karena Arka tidak benar-benar nyata.

________

Bugh!

Ken hampir tersungkur kala Gama tanpa aba-aba mendaratkan bogeman mentah tepat di rahangnya. Ken terkejut, sebab peringai Gama yang suka bercanda dan tidak pernah bisa serius tidak ia temui hari ini. Tatapan Gama cukup menandakan bahwa laki-laki itu tengah marah.

"Kenapa selama ini lo ngumpet, bangsat!"

Bugh!

Rupanya Gama masih tidak ingin berhenti. Seakan-akan satu pukulan saja belum cukup mampu membuat Ken sakit, ia berangsur menarik kerah baju Ken kuat-kuat.

"Apa maksud semua ini, hah?! Kenapa lo sembunyi dibalik nama Arka?!"

Ken tak memberontak meski kerah bajunya sudah terangkat tinggi-tinggi, seakan-akan pasrah dan sudah siap babak belur di tangan Gama.

"Nara salah apa sama lo?!" Gama kembali membentak namun Ken masih diam tak bergeming.

Bugh!

"Jawab, Ken?!!"

Kali ini Ken benar-benar tersungkur, sudut bibirnya robek dan ia merasakan bau anyir darah di sana.

Ken berangsur berdiri dengan tertatih. Rasa sakit di sekujur tubuhnya sengaja tidak ia rasakan.

Di sisi tubuhnya, Gama mengeratkan genggaman tangannya.

"Lo udah janji buat nggak bikin Nara nangis, Ken!" teriaknya, ada rasa marah sekaligus frustasi di wajahnya.

"Maafin gue...." hanya itu sepatah kalimat yang akhirnya keluar dari mulut Ken.

Gama sudah diambang batas kesabarannya, lagi-lagi ia mencengkeram kerah baju milik Ken.

"Gue memilih mengalah bukan karena gue nggak mau bersaing sama lo, tapi gue ngasih kesempatan lo buat deket sama Nara." Gama menatap dalam manik kecoklatan milik Ken.

"Gue nggak masalah, lo suka sama Nara, ataupun sebaliknya," imbuhnya.

"Tapi kalau lo nyakitin Nara...." Gama mengeraskan cengkramannya, "itu bermasalah buat gue," finalnya dengan mendorong dada Ken hingga lelaki itu mundur beberapa senti dari tempatnya berdiri.

Ken tertawa, tawa miris dengan genangan air di pelupuk mata yang membuatnya tampak semakin menyedihkan.

"Gue emang pengecut Gam," pilunya. "Gue terlalu pengecut untuk berdiri di depan kalian! Gue terlalu pengecut untuk muncul di hadapan kalian!"

Gama memilih tak membalas, membiarkan Ken berbicara.

"Emang apa yang lo harapin dari manusia pengecut kayak gue?! Nggak ada!" suara Ken meninggi.

Lebih dari kalimat yang keluar dari mulutnya, hatinya lebih-lebih ingin menjerit keras. Tak ada yang bisa ia lakukan selain memukul-mukul dadanya sendiri. Karena baginya, tak ada yang lebih disalahkan selain dirinya sendiri.

Dengan tatapan sinis, Gama kembali bersuara, "lo masih asik menjalankan peran palsu ketika Nara udah jatuh hati sama lo ... lo masih sibuk berbohong ketika Nara udah percaya penuh sama lo." Kini tatapannya berubah kecewa dengan kentara.

"Lo brengsek, Ken."

Ken hanya diam tanpa berniat menyanggah, hatinya ikut membenarkan perkataan Gama, bahwa dirinya memang sebrengsek itu.

Gama menggeleng perlahan, "Ken yang gue nggak kenal nggak pernah sejahat ini."

Ken beringsut maju, mengarahkan tangan Gama untuk kembali menarik kerah bajunya. "Lo boleh pukul gue sepuasnya," suruhnya, namun Gama tak bergeming.

Beloved-II: Season of Nara [Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora