🌻Lima belas🌻

Start from the beginning
                                    

"Lo kok setan bisa ngerasain sakit sih!?" ujar Rara kebingungan.

"Setan juga punya perasaan bego!" ketusnya.

"Suaranya kaya sering dengar deh. Tapi siapa ya?"

"Gue Saturnus woy!!! Bukan setan." ungkapnya.

Cowok itu pun membuka samarannya.

"Saturnus!?" ucap Rara. "Berani banget lo ngerjain gue sialan!" tutur gadis itu, Rara pun langsung memukuli tubuh cowok itu.

"Aw.... Ra ampun."

Rara berhenti memukuli tubuh Saturnus. Gadis itu menghela napas gusar.

"Gak ada kerjaan lo!? Makanya ganggu gue? Sampek nakut-nakutin." cerocos gadis itu.

"Gue gabut, makanya gue kerjain lo." jawabnya santai.

"Lo gak mikir ya. Kalo gue ketakutan terus sampek pingsan gimana!?" kata Rara, "untung aja mental gue aman." lanjutnya berkata.

"Kalo lo pingsan ya bodo amat, bukan urusan gue. Urusan gue cuma nakut-nakutin lo doang." balas cowok itu.

"Astagfirullah, berikanlah hampa kesabaran ya Allah." ucap Rara sambil mengelus dadanya.

"Amin."

"Oh ya, lo mau ngapain sih kesini?" tanya Rara.

"Mau minta makan."

"Beras di rumah lo abis? Sampek minta makan di rumah orang!?" ujar Rara sambil memutar bola matanya malas.

"Gak sih. Gue minta makan di rumah lo cuma mau menghemat beras di rumah gue aja." tutur Saturnus.

"Dasar gak modal!"

Saturnus melirik. "Hi Ra, itu siapa yang berdiri di samping lo Ra!?" ucap Saturnus yang lagi-lagi mau menakut-nakuti gadis itu.

"Setan!!!!!"

Spontan, Rara pun langsung memeluk tubuh Saturnus. Dan cowok itu membalas pelukan dari Rara. Mencari kesempatan dalam kesempitan si BangSat!

Rara yang tersadar pun langsung mendorong tubuh cowok itu.

"Lo mau cari kesempatan dalam kesempitan ya!" ujarnya.

"Biarin. Dasar penakut," cibir Saturnus.

"Dasar kang modus lo!"

🌺🌺🌺

Di rumah lain, tampaknya ada keributan antara seorang ibu, ayah dan putrinya. Keributan itu pun sampai terdengar di luar.

"Mama jahat! Kenapa Mama tega lakuin ini ke Papa mah! Kenapa!?" ujar Sandrina dengan penuh rasa kecewa terhadap Mamanya.

"Diam kamu! Papa kamu ini udah sakit-sakitan Sandrina! Mama gak mau ngurusin orang yang penyakitan!" balas Ana, Mama Sandrina.

"Istighfar Mah istighfar!!! Papa ini udah berjuang buat keluarga kita, tapi kenapa Mama tega lakuin ini semua ke Papa!" sahut Sandrina yang tak kuasa menahan air matanya.

"Itu kan dulu Sandrina! Dan sekarang apa yang bisa Papa kamu lakuin? Gak ada kan! Jadi buat apa juga Mama harus bertahan dengan Papa kamu." tutur Ana.

"Seharusnya Mama bisa balas apa yang Papa udah perjuangin buat Mama dan juga Sandrina! Bukannya malah selingkuh dengan om ini Mah!" kata Sandrina. "Dan om juga, kenapa om harus merusak keluarga Papa dan Mama om!? Kenapa!?" ujar Sandrina kepada laki-laki yang bersama Ana.

"Mama kamu yang mau sama om, karena om masih bisa memberikan kebahagiaan kepada Mama kamu. Dan juga kamu," balas laki-laki itu.

"Aku? Aku gak sudi!"

Plak.

Satu tamparan dari Ana yang mendarat keras di pipi Sandrina.

"Jaga ucapan kamu Sandrina!" ucap Ana penuh emosi.

"Mama tampar aku?" cicit Sandrina pelan.

"Itu akibatnya karena kamu sudah ngelunjak!"

"Kalo Mama gak kaya gini, aku gak bakalan ngelunjak!" sahut Sandrina.

"Terserah kamu Sandrina! Mama mau pergi dari rumah ini. Jika kamu mau ngurusin Papa kamu, silakan!" tutur Ana.

Wanita itu pun pergi meninggalkan Sandrina dan juga Tama, Papa Sandrina. Gadis itu pun menangis terisak-isak, ia tidak tau apa yang akan ia lakukan.

"Sandrina, maafin Papa ya. Kalo Papa gak sakit-sakitan, mungkin Mama kamu masih ada disini." ucap Tama yang menghampiri Sandrina menggunakan kursi roda.

"Papa gak perlu minta maaf ya, Papa gak salah. Yang salah itu Mama,"

"Jika kamu memang kesulitan untuk merawat Papa, Papa gak akan ngelarang kamu buat ninggalin Papa. Jika kamu memang mau pergi, pergi saja nak. Daripada kamu harus kesulitan merawat Papa," tutur Tama.

"Nggak Pa, Sandrina akan tetap disini bersama Papa. Sandrina janji, akan merawat Papa sampai bisa sembuh kaya dulu." balas Sandrina dengan mencium tangan Tama.

"Kamu memang anak yang berbakti, Papa mohon sama kamu. Jangan jadi kaya Mama kamu ya," pinta Tama kepada Sandrina.

"Iya Pa, Sandrina gak akan jadi kaya Mama."

"Terimakasih ya nak."

"Harusnya Sandrina yang berterimakasih kepada Papa. Karena Papa sudah banyak mengajarkan Sandrina berbagai hal." ucap gadis itu.

"Papa bangga punya anak kaya kamu." tutur Tama.

"Sandrina juga bangga punya Papa kaya Papa Tama." jawab Sandrina sambil tersenyum kecil. 

🌺🌺🌺

Saturnus [Baru Menetas]Where stories live. Discover now