3: Ada Apa Dengan Semuanya?

1K 192 7
                                    

"Sepertinya kau senang sekali memakai anting."

Chenle yang sedang mendorong troli tersentak kaget mendengar suara berat tepat di telinga kanannya. Dia dengan cepat menoleh dan nyaris melayangkan pukulannya kepada orang itu sebelum menyadari orang tersebut adalah Park Jisung.

"Kau nyaris membuat dirimu sendiri terluka, Jisung-ssi." Chenle mengusap dadanya seraya melemparkan tatapan tajam kepada pria di sampingnya.

Jisung menyunggingkan senyumnya dan terkekeh kecil. "Maaf." Pria itu menjauh dua langkah dari Chenle, kemudian mengekori Chenle yang kembali melangkah.

"Antingmu berbeda dengan kali terakhir aku melihatnya. Kau mengoleksi anting?"

"Ya."

"Apa kau menggantinya setiap hari?"

"Tidak juga."

Perut Chenle sedikit tergelitik. Sesi berbelanjanya menjadi sesi interview dengan Jisung. Chenle sekarang tahu usia mereka terpaut dua tahun dengan Jisung yang lebih muda darinya, itu berarti pria ini sudah tiga puluh tahun, tapi lebih terasa seperti remaja usia lima belas tahun yang memiliki rasa penasaran yang besar.

"Sedang apa kau di sini, Jisung-ssi?"

"Senang kau tidak memanggilku 'Anda' lagi." Jisung maju beberapa langkah dan membalik tubuhnya, pria itu berjalan mundur seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Aku sedang menemani ibuku berbelanja dan tidak sengaja menemukanmu."

"Kau pikir aku akan percaya?" Chenle bertanya dengan datar.

Jisung mengendikkan bahunya. "Itu benar adanya."

Chenle memutar bola matanya, "Baiklah. Jadi, di mana ibumu?"

"Sedang memilih daging. Ibuku adalah orang yang sangat selektif, jadi kutinggal saja. Aku tidak ingin berdiri selama lima belas menit di tempat yang sama."

Chenle memandang ke deretan rak di sampingnya, kepalanya mengangguk-angguk, menunjukkan bahwa dia tidak percaya kepada Jisung. Jisung yang melihatnya berdecak dan mengeluarkan ponselnya. Tangannya menekan-nekan layarnya dengan begitu serius. Chenle hanya memandangi pria itu datar.

"Halo Ibu?... Oh, Ibu belum selesai? Tidak apa, gunakan waktu sebanyak yang Ibu butuhkan."

Jisung tersenyum kepada Chenle seraya menunjukkan layarnya yang menampakkan riwayat panggilan. "Lihat?" telunjuknya menunjuk nama ibunya.

Satu sudut bibir Chenle tertarik, membantuk seringai kecil dengan kesan meremehkan. "Aku yakin ibumu yang sedang pergi ke Jeju bersama ayahmu pasti merasa kebingungan."

Langkah Jisung terhenti dan wajahnya tampak begitu terkejut. "B-bagaimana..."

"Park Hoejang menghubungiku pagi ini. Beliau mendengar bahwa kau mendatangiku dan makan siang bersamaku tiga hari yang lalu. Kemudian ibumu mengambil alih ponsel ayahmu dan juga meminta maaf padaku. Beliau bilang dia ingin mengajakku makan siang jika beliau memiliki waktu setelah kepulangannya dari Jeju." Chenle menjelaskan.

Mendengar penjelasan tersebut Jisung menghela nafasnya dan bertepuk tangan. "Seperti yang sudah kuduga, kau memang hebat."

"Jadi, Jisung-ssi, sedang apa kau di sini?"

Jisung kembali berjalan di samping Chenle. "Hm, bagaimana jika aku jawab aku hanya ingin mengganggumu?"

Chenle terkekeh ringan. "Itu terdengar lebih meyakinkan."

"Jadi begitukah kau melihatku? Seorang pengganggu?"

Chenle terdiam sesaat sebelum menggeleng. "Sedikit. Walau tampak seperti itu, aku tahu kau adalah orang yang cerdas, Jisung-ssi. Kau mungkin menggangguku sekarang, tapi di balik itu tujuanmu yang sebenarnya bukan untuk menggangguku, mungkin untuk mengobservasi apakah aku seorang pengkhianat atau bukan. Atau kau sedang menilai apakah aku orang yang tepat untuk diajak bekerja sama."

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Where stories live. Discover now