2: Apa Niatan Pria Ini?

1.4K 212 0
                                    

Chenle memainkan anting di telinga kanannya tanpa sadar. Tatapannya kosong, tampak seperti seseorang yang memiliki terlalu banyak pikiran hingga tidak bisa memikirkan apa pun.

Sekretarisnya yang melihat berdeham sedikit keras untuk menyadarkan atasannya. Chenle mengedipkan matanya beberapa kali sebelum berdeham kecil dan memandang sekretarisnya. "Maaf. Ada apa?"

"Hoejangnim tidak istirahat? Sudah waktunya makan siang."

Mulut Chenle terbuka sedikit dan kepalanya mengangguk-angguk kecil. "Oh ya, istirahat, tentu saja." Chenle bangun dari kursinya dan berjalan dengan sedikit lunglai.

"Chenle-ya."

Chenle menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Ya, Renjun Hyung?"

Renjun yang berdiri di belakang Chenle tersenyum kecil. "Kurasa aku harus makan bersamamu."

Chenle mengangguk. "Seperti biasanya."

"Bukan," Renjun mendekati Chenle dan menunjuk lelaki itu tepat di dadanya. "Kau harus bicara padaku. Kau sudah bertingkah aneh beberapa bulan ini."

Atasan dan bawahan atau sepasang teman itu berjalan beriringan. Renjun terus membicarakan betapa anehnya Chenle selama berbulan-bulan dan Chenle terus membalasnya dengan alasan dan elakan. Terus seperti itu hingga mereka sampai di bawah. Mulut keduanya tertutup begitu pintu lift terbuka. Chenle berdeham kecil sebelum berjalan keluar dengan Renjun yang mengekorinya.

"Di mana kita akan makan?"

Chenle menggeleng. "Apa kau memiliki saran?"

"Ada restoran makanan rumahan yang baru buka minggu lalu, orang-orang bilang makanan mereka lezat. Letaknya tidak begitu jauh dari sini."

Chenle mengangguk-angguk. "Baiklah."

Chenle dan Renjun berjalan ke arah pintu keluar. Keduanya berbincang dengan suara pelan, topik yang sama dengan yang mereka bicarakan di dalam lift. Sampai bahu Chenle bertabrakan cukup keras dengan orang yang melewatinya. Chenle meringis seraya mengusap bahunya, kepalanya menoleh untuk mencari orang yang menabraknya.

"Oh maaf, aku tidak sengaja."

Dengan dahinya yang berkerut Chenle memandangi pria yang lebih tinggi darinya. Pria itu membungkuk kepadanya, meminta maaf atas perbuatannya.

Chenle menggeleng kecil. "Tidak apa." Dia baru akan berbalik sebelum orang itu menahannya. Pria itu tersenyum canggung. "Berhubung kita sudah membuat kontak, bolehkah aku bertanya? Di mana ruang Zhong Chenle?"

Situasi ini sedikit lucu untuk Chenle. Tidak ada yang pernah bertanya di mana ruangannya langsung kepadanya. Chenle tahu pria ini mungkin tidak tahu yang mana orang bernama Zhong Chenle, tapi ini tetap saja lucu. Jika saja tidak berada di tempat umum, tawanya pasti pecah seketika.

Renjun berdeham. "Zhong Chenle tepat berada di hadapan Anda, Tuan."

Pria itu memandangi Chenle dari atas hingga ke bawah, kemudian wajahnya tampak terkesiap selama beberapa saat. "Ah, maaf, aku tidak tahu." Pria itu merapikan pakaiannya, walaupun tidak ada yang perlu dirapikan, dan mengulurkan tangannya kepada Chenle. "Selamat siang, Tuan Muda Zhong, aku Andy Park."

Chenle pun membalas uluran tangan tersebut. "Ah, maaf karena aku tidak mengenalimu."

Andy Park tertawa. "Tampaknya kita berdua terlalu sibuk untuk mencari tahu tentang satu sama lain."

Chenle hanya membalas dengan tawa ringan sebagai formalitas.

"Tampaknya Anda akan keluar, bagaimana ini? Aku ingin membicarakan tentang proyek Hotel Ran."

Ran [JiChen | ChenJi] ✓Där berättelser lever. Upptäck nu