Ken di buat keringat dingin, bagaimana bisa ia sampai dalam waktu setengah jam.

Kecepatannya bertambah lebih cepat dari sebelumnya, ketiga mobil di belakangnya kesusahan mengejar mobil sang atasan yang melaju begitu  cepat.

"Lima..."

"Empat..."

"Tiga..."

"Dua..."

"Sa-

Dorr

Tepat pada hitungan terakhir mobil memasuki gerbang yang menjulang tinggi, tembakan langsung terdengar mengarah tepat di samping telinga kanan Ken. Beruntung pada detik terakhir ia bisa sampai mansion, jika tidak sudah di pastikan ia akan tinggal nama.

Bodyguard yang sudah sampai berlari ke arah mobil yang di tumpangi Rangga, membukakan pintu mobil dengan cepat setelah nya menunduk hormat.

Pintu utama mansion terbuka, Rangga segera melangkah masuk kedalam. Kaki jenjangnya melangkah ke arah lift menuju lantai dua, keadaan mansion sudah sangat sepi karena jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Begitu sampai di depan kamar nya Rangga segera membuka pintu dengan keras, Rangga menidurkan bocah yang ada di gendongan nya dengan pelan.

Click

Ken masuk dengan sebaskom air hangat serta handuk kecil sesuai perintah dari Rangga, tidak mungkin ia bisa menemukan dokter untuk sekarang.

"Bagaimana?" Tanya Rangga.

"Begini tuan muda....."

Rangga mencerna semua penjelasan Ken, ia mulai mengompres handuk kecil pada air hangat yang ada di baskom kemudian menempelkan nya pada kening bocah yang masih belum sadarkan diri tersebut.

Rangga masih setia berada di samping bocah yang masih belum sadarkan diri sejak sejam yang lalu, namun tanda-tanda ia akan sadar tidak terlihat.

Rangga seperti melupakan sesuatu, pikiran nya selalu merasa ada yang lupa ia lakukan. Namun apa?

* * *

Jam sudah menunjukkan pukul 05:45, namun bocah yang ia tolong masih setia menutup mata nya dengan rapat.

Bahkan Rangga menjadi parno sendiri, hampir setiap menit ia mengecek denyut nadi pada pergelangan tangan bocah tersebut. Takut-takut jika bocah tersebut sudah menghembuskan nafas terakhirnya, entahlah ia juga bingung mengapa ia bisa se-khawatir ini.

Rangga bangkit dari sofa, ia berjalan ke arah kamar mandi agar terlihat lebih segar.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka, Rangga keluar menggunakan t-shirt putih serta celana jeans panjang. Ia mematung di depan pintu kamar mandi, bocah yang ia tolong sudah membuka mata nya.

Rangga segera mendekat ke arah nya, ia mengambil segelas air yang sudah tersedia di atas nakas.

"Minum" ujar Rangga kaku, bocah di depan nya menerima nya sambil meringis.

"Apa kau lapar?" Bocah di depan nya hanya mengangguk sebagai respons.

"Tunggu disini, aku akan turun mengambil makanan." Rangga melihat wajah bocah di depan nya sejenak, kemudian keluar dari kamar nya.

Begitu membuka pintu kamar ia sudah di sambut oleh Ken yang berdiri di sana, Ken yang melihat Rangga keluar segera menunduk hormat.

"Anda membutuhkan sesuatu tuan muda?"

"Dokter Mac"  balas Rangga.

"Baik tuan muda"

Sampai di bawah ia segera melangkah ke arah dapur, ia akan membuat bubur untuk bocah yang sedang berada dalam kamar nya itu.

"Tuan muda" ujar para maid terkejut melihat Rangga ada di sana.

"Anda butuh sesuatu tuan muda?" Tanya Hana, kepala maid yang ada di sana.

"Pergi"

Semua maid yang berada di dapur menunduk hormat sebelum pergi dari sana.

30 menit ia berkutat dengan alat dapur hingga bubur yang ia buat sudah tersedia, memindahkan nya pada mangkuk yang berukuran sedang lalu membawa nya dengan nampan.

Ia melangkah menuju lift untuk kembali ke lantai dua tempat kamar nya berada, namun ketika pintu lift sudah terbuka kedua orang tua nya serta adik perempuannya keluar dari sana.

"Oy bang, kapan pulang?" Tanya adik perempuannya.

"Morning Mom" sapa Rangga pada wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik, Rangga mendekat kemudian mencium pipi kanan wanita paruh baya tersebut.

Adik perempuan nya yang melihat adegan tersebut hanya mendengus, ia seperti tidak terlihat. Padahal ia yang bertanya, sedangkan pria paruh baya di sana hanya menatap nya datar. Sudah biasa melihat kelakuan putra nya yang seperti itu.

Rangga memasuki lift setelah tadi menyapa orang yang paling ia sayang, Mommy nya, cinta pertama nya.

"Mom, kok Abang bawa bubur?" Tanya gadis tersebut.

"Gak mungkin kan ada orang lain di kamar abang?" Tanya gadis itu lagi.

"Bisa jadi"

"Oh Mom, seriously?" Tanpa mendengar jawaban orang tua nya, gadis tersebut berlari ke arah lift.

Sampai di lantai dua ia berlari ke arah kamar yang berada di urutan ke tiga, nafas nya ngos-ngosan padahal hanya berlari dari lift.

Sampai di depan kamar bercat hitam dengan nama Rangga A. M gadis tersebut menetralkan nafas nya terlebih dahulu, di depan pintu sudah ada Ken yang berdiri seperti robot.

Ken yang melihat gadis tersebut segera menunduk hormat.

"Ken, cardlock nya mana?"

Ken segera mengambil kartu untuk membuka pintu kamar Rangga, menyerahnya pada gadis di depannya dengan sedikit membungkuk.

Click

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

* * *

 Part berikutnya kita akan kenalan dengan semua tokoh yang ada di part ini, aku sengaja gak nyebut nama nya dulu biar nanti sekalian kenalan sama baby Raffa.

Part ini kurang seru kan? Gimana menurut kalian?

ARRAFFA | Selesai |Where stories live. Discover now