•
[A N T A R A]
***
***
"Venus!"
Suara teriakkan yang cukup familiar di telinga Venus kini terdengar lagi setelah beberapa hari tidak ia dengar. Suara yang selalu terlihat rusuh kala bertemu dengan dirinya.
"Gimana kabar lo?" tanyanya seraya memeluk Venus erat.
"Baik," balas Venus singkat mencoba melepaskan pelukan itu.
Dalam diri Venus, ia selalu bersyukur. Bersyukur bisa mempunyai Oma dan Abang sesabar Bian dan Afiyah. Ia juga bersyukur karena bisa mempunyai teman sebaik Yumna. Walau ia sendiri tahu, sikapnya kepada Yumna terkadang sangat tidak pantas. Akan tetapi, itulah dirinya. Dingin, pendiam, dan terkadang berkata pedas.
"Gue kangen tahu sama lo, maaf ya gue baru bisa jenguk lo," ujar Yumna merasa tidak enak. Sudah tiga hari Yumna tidak masuk sekolah dan dirinya baru bisa menjenguk. Bukan tidak mau atau tidak peduli akan keadaan Venus, namun ada urusan lain yang mesti ia selesaikan lebih dulu.
"Gapapa, makasih udah mau jenguk." Venus membenarkan posisi duduknya, mencoba berdiri menuju sofa yang berada di dekat meja belajarnya. Sudah sangat bosan jika harus rebahan setiap hari.
"Lo mending rebahan aja deh, takutnya lo kecapean," saran Yumna yang khawatir akan keadaan Venus.
Meskipun, Yumna tidak tahu pasti tentang kesehatan Venus. Ia akan tetap peduli, Venus adalah sahabatnya. Iya, sahabatnya. Tahu Venus mengakui dirinya sebagai sahabat saja sudah sangat senang rasanya. Ada rasa bangga dalam dirinya bisa diakui oleh Venus. Mengingat Venus tidak pernah dekat dengan siapa-siapa kecuali dirinya.
Walau begitu, Yumna tahu betul bahwa Venus hanya mengakui ia sebagai sahabatnya hanyalah sebuah kata penenang dan penjelas. Tapi, kenyataannya tidak benar begitu. Venus masih terlalu dalam menutup rapat-rapat tentang kehidupannya untuk Yumna selami.
Yumna merasa itu bukanlah hal besar yang mesti ia permasalahkan, akan ada waktunya Venus bercerita akan kehidupan dia pada dirinya. Melihat Venus yang terkadang respect saja Yumna sudah sangat berterimakasih.
Yumna yang terlahir dari keluarga sederhana yang terkadang untuk makan saja pas-pasan membuat dirinya terkucilkan oleh teman-teman lainnya. Bisa bersekolah saja Yumna sudah sangat beruntung, kalau saja ia tidak mendapat beasiswa mungkin dia tidak akan bisa bersekolah. Kalau disetarakan dengan Venus, dia memang masih kalah jauh. Itulah yang membuat Yumna bersyukur bisa berteman baik dengan Venus.
Venus tidak sengaja mendengar isakan tangis dan suara memohon dari salah satu bilik kamar mandi. Awalnya ia pikir itu hanya orang putus cinta, namun semakin lama suara itu semakin keras. Venus masih berdiri di depan cermin besar. Melihat satu per satu bilik kamar mandi dari cermin besar itu.
Tok! Tok! Tok!
"Apa ada orang?" Suaranya membuat seseorang di dalam sana berteriak semakin meminta tolong.
"Hei, siapa di dalam?" tanya Venus lagi. Dalam toilet tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan seseorang di dalam sana.
"Gue mohon tolongin gue, bukain pintunya. Gue pengen keluar." Itu suara perempuan. Mendengarnya membuat Venus semakin penasaran, kenapa perempuan itu bisa menangis di dalam toilet?
YOU ARE READING
Antara
Teen FictionNismah Venus Dementria-seorang sekretaris OSIS yang memiliki sifat yang dingin bagaikan semilir angin seperti namanya juga sosok yang sangat bertanggung jawab pada jabatannya. Memiliki fans rahasia bukanlah sesuatu yang dirinya mau. Menjadi sosok mo...
