Jacqueline P24

131 38 2
                                    

"Korupsi? Dua miliyar, siapa?.

"Kami juga belum tau siapa pelakunya, bu"

Dikantor, suasana ruangan itu semakin mencekam. Bagaimana tidak, dua orang karyawan Quel datang mengabarkan bahwa ada seseorang yang menggelapkan uang perusahaan Quel. Meskipun perusahaan itu di pimpin oleh Floren, tapi tetap saja Quel sebagai pemilik juga harus turun tangan dalam hal ini.

"Siapa bagian keuangan disana?" ucap Jeff yang juga berada didalam sana.

"Pak Revan, pak"

"Revan?" Quel mengernyitkan keningnya mendengar nama itu.

"Kita harus cari tau, pak, bu" kata salah satu karyawan itu.

"Iya, benar. Sekarang lebih baik kita kesana" ujar Jeff.

"Ohiya, untuk suntikan dana bagai-"

"Ga perlu. Kita ga perlu cari suntikan dana, semua kerugian biar saya yang urus. Saya cuma mau tau siapa pelakunya" ucap Quel.

"Baik. Kalau begitu, kami duluan ya pak. Kami tunggu kedatangan bapa, dan ibu"

"Oke. Trimakasih atas infonya" ucap Jeff.

"Sama-sama pak,"

Setelah dua lelaki itu pergi, Quel dan Jeff bergegas untuk mendatangi perusahaannya yang saat ini sedang bermasalah. Quel meraih tas selempang berwarna hitam miliknya, lalu keluar dari ruangan tak lupa mengunci pintu. Sedangkan Jeff mengeluarkan mobilnya dari basement, dan menunggu Quel di dalam mobil.

Tiga mobil polisi sudah terparkir di depan sebuah bangunan besar yang menjulang tinggi, keadaan disana saat ini begitu riuh. Laki-laki dalam keadaan tangannya yang sudah di borgol di tuntun oleh dua orang berseragam coklat, lebih tepatnya polisi.

Quel dan Jeff yang baru saja sampai, langsung menghampiri kerumunan yang terjadi di depan kantor miliknya. Floren yang menyadari kedatangan Quel dan Jeff langsung menghampiri mereka, dan mengatakan kalau pelakunya ternyata adalah Revan.

“Tunggu dulu pak!” polisi yang hendak memasukkan Revan ke dalam mobil, menghentikan tindakannya ketika mendengar seruan dari Quel.

“Revan! Kamu nekat ya korupsi di kantor saya” Quel mencengkram tangan Revan, hingga Revan meringis kesakitan.

“Bukan saya Quel, saya dijebak sama-“

“Sudah pak, bawa dia! Dan kamu juga! Kamu gausah pakai cara atau alasan apapun buat nutupin kesalahan kamu,” ucap Quel dengan geram, sambil mendaratkan jari telunjuknya di depan muka Revan.

“Baik bu, kalau begitu kami permisi. Untuk keterangan-keterangan selanjutnya, ibu bisa datang ke kantor kami” ucap polisi tersebut.

“Ya, pa! Trimakasih “

“Sama-sama”

Quel menjauh dari mobil berwarna coklat itu, membiarkan mobil itu membawa Revan. Sekerumunan orang-orang yang juga ikut menyaksikan kini kembali masuk. Floren, Max, Quel, dan Jeff pun ikut masuk.

Mereka ( Floren, Max, Quel, dan Jeff) kini berkumpul di ruang meeting, bersama lima karyawannya.

“Ternyata pak Revan juga menjual sebagian aset perusahaan kita bu”

“Bagaimana ini bu? Apa perusahaan ini tetap berjalan?. Meskipun sudah mengalami kerugian,”

“Atau ibu akan phk sebagian karyawan disini?”

Pertanyaan dari lima karyawan itu mulai membuat Quel pusing, mereka semua tak henti bertanya, celah untuk Quel menjawab pun tidak ada.

“Diam kalian semua!” bentakan dari Max membuat mereka seketika terdiam “Kami tahu kalian butuh penjelasan dari bu Quel, masalah perusahaan ini. Kami juga tahu sebagian atau bahkan semua karyawan disini hanya mengandalkan pekerjaan ini untuk menghidupi keluarga kalian. Dan kalian takut kalau kami memutuskan untuk mem phk kalian. Tolong beri ruang untuk bu Quel menjelaskan dan memutuskan, jangan terus desak dia!” ujar Max.

“Oke trimakasih pak Max, kalian dengar ya! Saya, tidak akan mem phk kalian. Saya juga sudah bilang kalau kerugian-kerugian perusahaan ini biar saya yang tanggung” ujar Quel.

•••••

Pukul 02.30 dini hari, disaat yang lain sudah tertidur pulas, Quel masih terbangun. Dirinya kini berada di sebuah ruangan, ruangan bernuansa putih, diisi beberapa rak yang setiap kotak di rak itu terdapat tumpukan emas batangan, serta uang yang tersusun rapih dalam 10 koper terbuka yang diletakkan diatas lantai. Ruangan ini termasuk ruang privasi dirumah Quel, letaknya berada di dalam kamar Aubrey dan Dani. Hanya Aubrey, Dani, dan Quel yang tau tentang ruangan ini.

Jelas saja Floren atau anggota keluarga Quel yang lain, yang hampir sering mengunjungi kamar Aubrey dan Dani tidak tau menau tentang ruangan ini. Karna pintunya ditutupi oleh lemari besar.

Quel mengambil beberapa batang emas dan uang di dalam dua koper tersebut. Lalu meletakkannya di koper besar yang sudah ia siapkan. Setelah semua sudah terambil, Quel keluar dari ruangan, tak lupa menutup pintu ruangan itu seperti semula. Koper tadi tidak dibawa Quel ke kamar, tetapi Quel meletakkannya di dalam lemari besar yang menjadi penutup pintu ruangan itu.

Quel kembali ke kamarnya, melihat Jeff masih dalam posisi yang sama, tetap tertidur. Ia tidak terbangun saat Quel keluar atau masuk kamar.

•••••

“Sayang, kamu ngapain bawa koper?”

Quel mebelalakan matanya, niatnya membawa koper itu diam-diam malah kepergok Jeff. Ia menelan ludah mencoba untuk tidak terlihat gugup.

“Ini sayang, ini baju-baju aku yang udah ga dipake. Mau aku bakar nanti”

“Oh, yasudah. Ayo berangkat!”

“Emm, kamu duluan aja deh sayang. Nanti aku nyusul”

“Oke sayang, aku berangkat ya”

Saat mobil Jeff sudah keluar dari kawasan rumah, Quel langsung membawa koper itu ke dalam mobilnya. Lalu ia pun berangkat ke sebuah toko emas miliknya. Menukar beberapa batang emas itu dengan jumlah uang yang harganya senilai dengan emas tersebut.

Akhirnya satu perusahaan Quel ini terselamatkan, dengan Quel mengganti 10 kali lipat dari kerugian yang dialaminya kemarin. Memang bukan dia yang melakukannya, tapi ini miliknya. Apa yang menjadi miliknya harus tetap bertahan.

Di dalam ruangan Floren, Quel sedang asyik menyeruput kopi susu yang yang disediakan untuknya. Bersama Floren.

“Quel, aku minta maaf ya. Aku belum bisa pimpin perusahaan dengan baik” ucap Floren, merasa bersalah.

“Gapapa Flor. Ini bukan salah kamu ko”

“Trimakasih ya Quel, aku janji aku bakal terus perbaiki kinerja aku. Supaya ga terjadi lagi kejadian seperti kemarin”

“Iya Floren, kerja kamu sudah cukup baik ko” ujar Quel, dengan senyuman tulusnya.

Jacqueline Serenity [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz