Jacqueline P21

158 45 7
                                    

Seminggu berlalu, surat-surat pemindahan Diana ke salah satu sekolah di London sudah selesai, berkat niat Quel yang begitu matang. Ia tidak ada kata segan dalam hal ini, Quel juga yang membiayai semua tunggakkan yang masih tersisa. Namun jangan diherankan jika dibalik kebaikannya ini, ada sesuatu yang ia ingin dari Diana. Hanya seminggu saja Quel seperti ini, namun Diana mungkin akan membayar semuanya dengan menuruti apa yang Quel mau.

Didalam rumah Diana, Quel sedang membantu Diana untuk memindahkan semua baju-bajunya ke koper. Perasaan Diana sangat senang, bagaimana tidak. Ia selalu di iming-iming akan secepatnya bertemu dengan ayahnya, Wijaya. Diana pun sama sekali tidak ada tampak curiga pada Quel.

Semua baju akhirnya tersusun rapih dalam koper, Quel membantu Diana untuk memasukkan kopernya ke dalam mobil.

"Kamu akan tinggal di London bersama papah kamu, Diana" ucap Quel sambil merangkul Diana dengan akrab.

"Iya tante. Aku jadi ga sabar"

Quel dan Diana pun masuk ke dalam mobil. Mobil Toyota Camry berwarna merah itu kini melaju dengan santai, di temani alunan musik romantik yang disetelnya. Meskipun mendapati macet berkepanjangan, Quel dan Diana tidak nampak kesal atau selebihnya. Yang ada di pikiran Diana adalah, ia akan segera bertemu dengan Wijaya, orang tuanya yang ia pikir sudah mati. Jelas berbeda dengan Quel, rasa senangnya kian memuncak, karna rencananya berhasil. Membodohi Diana ternyata bukanlah hal yang sulit.

Masih di Indonesia, mobil merah itu kini masuk ke sebuah rumah besar, disambut empat orang lelaki yang berdiri di depan rumah itu, dan satu laki membukakan gerbang untuk Quel.

"Tante, ko kesini?" Diana sangat heran, bukankah harusnya ia dibawa ke Bandara, tapi kenapa Quel malah membawanya kerumah itu.

Quel tidak menggubris pertanyaan Diana, Quel tetap fokus memarkirkan mobilnya di depan rumah itu.

"Tante?" Diana masih bertanya-tanya.

Seorang lelaki membuka pintu mobil Quel, lalu menarik paksa tangan Diana, hingga Diana keluar dari mobil itu.

"Loh, kalian mau ngapain? Tante ini aku dimana?"

Diana mencoba berontak, namun tenaganya tak begitu kuat untuk melepas tangan kirinya dari genggaman lelaki tersebut. Ditambah lagi, satu lelaki anak buah Quel ikut menarik Diana. Diana berontak, ia menggigit kedua tangan yang menarik dirinya, lalu mencoba lari dari mereka semua. Namun usahanya untuk melarikan diri tidak berhasil, rambut panjangnya yang di gerai di jenggut oleh Quel, membuat Diana jatuh dan meringis kesakitan. Satu anak buah Quel pun membopong Diana, agar dia tidak mencoba kabur lagi.

Diana dibawanya keruang bawah tanah, di rumah yang Quel beli seminggu yang lalu.

"Tante kenapa aku dibawa kesini? Kata tante tante mau bawa aku ketemu papah" ucap Diana, dengan kedua tanggannya masih keadaan ditahan oleh anak buah Quel.

Quel mendekati Diana, lalu mengelus dagu remaja itu.

"Iya sayang, aku akan pertemukan kamu sama papah kamu. Tapi nanti, aku masih mau menyiksa kamu"

"Tante pasti bohong, soal papah yang masih hidup"

"Oh my god. Anak ini ternyata pintar sekali. Kamu betul sayang, papah kamu sudah mati, dan aku yang membunuhnya"

"Tante jahat. Apa salah papah sama tante?"

"Cuma satu si. TAPI BIKIN AKU TERSIKSA!!!" ucap Quel dengan nada terendah, sampai tertinggi.

"Tante mau bunuh aku juga? Sama kaya tante bunuh papah"

"Enggak ko, tante gamau bunuh kamu. Tante bakal kasih sesuatu buat kamu, sesuatu yang selama ini belum pernah kamu rasain"

"Maksud tante?"

"Kalian dengar? Dia tanya apa maksud gue. Biar kalian yang jelasin dan nikmatin. Gue serahin ke kalian"

"Anak ini cantik sekali Quel. Aku jadi ga sabar buat menikmati malam bersamanya" salah satu anak buah Quel mendekati Diana, lalu mengelus pipi Diana dengan nafsunya.

"Oh, silahkan! Gapapa. Kalau perlu puasin nafsu kalian setiap hari"

"TANTE! LEPASIN AKU!" Diana terus berontak agar dirinya bisa lepas.

"Teriak aja sayang, sepuas kamu. Orang-orang juga tidak akan dengar, karna ruangan ini kedap suara. Tenang, lima lelaki ini akan membuat kamu memiliki banyak teman. Teman yang lahir dari rahim kamu"

Setelah mengucapkan itu, Quel pergi dari ruangan itu. Ruangan kedap suara, jangankan jendela, ventilasi pun tidak ada. Hanya ada kamar mandi yang terpasang shower, dan satu kamar yang hanya terdapat satu ranjang tidur. Setiap harinya Diana akan dijadikan santapan nafsu untuk anak buahnya. Sungguh malang nasib remaja itu.

Saat Quel sampai dirumah, dia melihat Jeff yang sedang memangku Chris sambil menonton tv. Anak dan bapak itu terlihat tentram sekali, masih berdiri di belakang pintu, Quel tersenyum melihat anak dan suaminya. Rasanya Quel bahagia karna memiliki suami seperti Jeff yang sangat sabar menghadapi Quel selama ini.

Quel menghampiri Jeff, lalu menciumnya. Quel memberi tatapan tulusnya pada Jeff, sambil mengelus pipi kiri Jeff.

"Hmm, kamu abis darimana sayang?" tanya Jeff.

"Aku abis ketemuan sama temen aku, temen sekolah waktu aku SMP"

"oh, kirain aku kemana,"

"Jeff, aku boleh minta sesuatu ga?" tangan Quel yang tadinya mengelus pipi Jeff, beralih ke tangan Jeff seakan merayu.

"Apa sayang?"

"Aku mau itu,"

"Apa? Ngomong aja sayang, gapapa"

"Ah, masa kamu ga paham si. Males deh" Quel memajukan bibir bawahnya, kesal karna Jeff tak mengerti maksudnya.

"Oh, iya aku paham. Tapi Chris gimana?"

"Titip aja di Floren, please" Quel memasang wajah melasnya.

"Yasudah, nih kamu titip ke Floren. Aku ke kamar, aku tunggu ya cantik" Jeff menyerahkan Chris pada Quel, lalu melangkah pergi masuk ke kamarnya.

Quel lalu menitipkan Chris pada Floren. Kebetulan Floren sedang tidak sibuk. Setelah dari kamar Floren, Quel masuk ke kamarnya, Jeff sudah terbaring dengan badannya yang tanpa busana, hanya mengenakan celana boxer kecil dan ketat, tak lupa untuk mengunci pintu kamar, lalu Quel dan Jeff melalukan hubungan sebagaimana suami dan istri.

Jacqueline Serenity [TAMAT]Where stories live. Discover now