Jacqueline P19

154 45 2
                                    

     Perempuan itu kini tengah berdiri di belakang pohon besar, menyaksikan sebuah rumah yang ia kunjungi kemarin. Kali ini berbeda, rumah yang biasanya sepi nan sunyi, sekarang begitu ramai akibat bendera kuning terpasang di depannya.

Senyuman licik tersirat diwajahnya, rencana yang ia buat berjalan sesuai harapan.

Lima lelaki sedang asik menikmati kopi panasnya, sambil menunggu seseorang yang membuat janji pada mereka. Setelah 25 menit mereka menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga.

"Sorry, gue telat"

"Its, oke Quel. No problem"

"Gimana menurut kalian rencana gue yang kemarin?" ucapnya sembari mengambil posisi duduk di sebuah sofa tunggal.

"Kalo menurut gue, lo jangan gegabah Quel. Kita tetap rencanain, tapi perlahan-lahan"

"Kalian yakin bakal berhasil?"

"Yakin!"

"Oke, apa rencananya?"

"Gini*****"

••••••

Floren dan Quel siang ini memilih bersantai diruang tv,  bersama Chris, dan Maureen.

"Quel, kayanya kamu harus lebih hati-hati deh sama Revan. Kamu jangan terlalu percaya sama dia, sampe kamu begitu aja mempersilahkan dia keluar masuk rumah ini"

Kemarin Revan mengajak Maureen bermain di taman yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Quel. Entah apa yang terjadi, saat Revan pulang ia tak bersama dengan Maureen lagi. Floren yang melihat pun sangat panik, anak semata wayangnya itu sempat hilang. Namun saat pukul 22.30 WIB. Maureen pulang dengan selamat, anak berumur delapan tahun itu pulang sendirian malam-malam, tanpa diawasi orang dewasa. Floren langsung menanyakan gimana kejadian sebenarnya.

Maureen bilang, kalau dia di perintah Revan untuk membeli ice cream. Tapi saat Maureen kembali lagi, Revan sudah tidak ada, dia malah meninggalkan Maureen begitu saja. Untung saja penjual ice cream itu baik, dia mau mengantar Maureen pulang. Tapi penjual itu tidak sempat mampir kerumah Quel, karna sudah malam.

Floren terus bertanya kenapa Revan begitu tega meninggalkan anak kecil sendirian di taman sebesar itu, apalagi taman itu jauh dari rumah Quel. Jawaban yang Revan berikan hanyalah sebuah elakkan, bahwa dirinya bukan meninggalkan Maureen. Tapi memang ada seseorang yang memanggilnya, dan bilang kalau anak kecil yang dibawa Revan telah kecelakaan di jalan raya arah taman. Revan berfikir siapa lagi yang ia bawa selain Maureen, ia langsung menghampiri tempat kejadian yang dibilang seseorang kepada Revan. Namun saat sampai disana, tidak ada kecelakaan apapun, Revan telah di tipu. Saat Revan kembali ke taman, Maureen sudah tidak ada, Revan sempat mencari di beberapa penjual ice cream tapi Revan tidak menemukan Maureen.

Floren yang mendapat jawaban itu, tidak percaya lagi dengan Revan sampai sekarang. Ia berfikir jawaban Revan hanyalah untuk membela dirinya, agar dirinya tidak disalahkan. Floren sudah memaafkan Revan, lagi pula Maureen juga sudah aman disisinya. Namun kepercayaan untuk Revan sudah tidak ada lagi bagi Floren, Floren memang sudah memaafkan, tapi bukan berarti percaya.

"Iya Flor, tapi Revan termasuk salah satu orang kepercayaan Jeff juga. Aku yakin Jeff ga salah pilih, mungkin apa yang dibilang Revan benar, kalo dia di tipu bukan sengaja"

Floren menghela nafas, sudah berkali-kali ia meyakinkan Quel, namun Quel tetap tidak mendengar perkataannya. Floren beranjak dari sofa, lalu pergi meninggalkan Quel dan Maureen yang masih duduk santai diruang itu.

Quel pun sebenarnya bingung, tidak ada perasaan mengganjal sedikitpun di dirinya mengenai Revan. Sejauh ini, yang Quel lihat Revan sangat sopan dengan Quel dan Jeff. Apa hanya diluar saja? Entahlah.

Setelah 10 menit Floren keluar, tak lama disusul Maureen yang juga pergi dari ruangan itu. Quel melihat Chris sudah tertidur pulas di pangkuannya, Quel mematikan tv, lalu pergi ke kamar Chris. Chris sudah aman tertidur dalam box bayi, namun hati Quel masih merasa tidak aman, bukan tentang Chris melainkan tentang Floren. Ia tak enak hati, dirinya takut Floren marah kepadanya karna sempat tidak percaya dengan Floren.

Quel keluar dari kamar Chris, ia berjalan ke sebuah kamar yang letaknya berada tepat bersebelahan dengan kamar Chris. Pintu kamar itu terbuka, terlihat Eve yang sedang melipat baju di kamar itu. Quel mengetuk pintu kamar Eve, Eve yang melihatnya langsung mempersilahkan Quel masuk.

"Ev, aku ganggu ga?".

"Enggak dong cantik, kenapa emang?".

"Aku titip Chris ya sebentar, dia lagi tidur dikamarnya".

"Emangnya kamu mau kemana?".

"Ada yang harus aku bicarain sama Floren, sebentar aja ko".

"Yaampun, gapapa Quel, aku kira kamu mau pergi"

"Enggak Ev, yaudah trimakasih ya. Aku ke kamar Floren dulu".

"Sama-sama cantik. Iya, yaudah sana".

Pintu kamar Floren ternyata juga terbuka, Quel mengintip dari celah pintu. Floren sendirian di kamar itu, berdiri melipat tangan sambil melamun di hadapan jendela. Pelan-pelan Quel melangkah mendekati Floren, lalu memeluknya dari belakang.

"Floren, maafin aku ya,".

Floren yang sedang melamun pun terkejut.

"Yaampun Quel, aku kira siapa"

Floren balik badan, lalu menepuk kedua pundak Quel.

"It's okey honey. Aku ga marah, aku cuma takut Chris kenapa-napa".

"Enggak ko Flor, aku bakal terus jagain Chris. Makasih ya kamu ga marah sama aku".

"Buat apa aku marah cantik,".




Jacqueline Serenity [TAMAT]Where stories live. Discover now