Bab 11

33 14 20
                                    

Pegang erat-erat, lepaskan seluruh kekuatanmu untuk mengalir bersama ayunannya. Letakkan fokusmu pada arah ke mana kau mengincar, dan biarkan dirimu seolah menyatu dengan pedang.” Memori terindah Irene bersama ayahnya.

Jangan pernah percaya pada seorang pun dari klan Raven, atau mereka akan membunuhmu.

Yang terakhir terlintas dalam ingatan Irene, adalah sosok sang ayah. Hatinya merintih. 'Ayah, aku merindukanmu. Aku tak tahu kemana aku harus pergi. Aku tersesat, jalan mana yang harus kupilih? Izinkan aku untuk memilih percaya padanya. Karena aku tahu dia tulus mencintaiku, seperti aku aman dalam lindunganmu. Don’t die, Jacob.' Kelopaknya semakin sayu, sementara air matanya berlinangan. Ia tergeletak bersimbah darah, menyaksikan Jacob yang menghadapi Balthazar.

Itu indah sekali.” lirihnya tersenyum, kala melihat api biru Jacob yang menyerupai seekor gagak, terbang di atas punggungnya. Lalu pandangannya mengabur, dan ia mengembuskan napas terakhirnya dengan tenang.

Ular api itu melilit leher begitu kuat, maka Jacob mengerahkan gagak apinya untuk melepaskannya. Ketika cengkraman cakar gagak menghancurkan ular api merah itu, serta merta Jacob pun meluncur. Namun, saat ia berusaha mendarat di atas kakinya, ia malah ambruk tersungkur. Kakinya seolah lumpuh, ia masih merasakan, hanya saja tak mampu bertegak menopang, bahkan digerakkan.

Balthazar menertawakannya miris. “Lingkaran sihir itu melumpuhkanmu. Lebih lama lagi, niscaya kau jadi seonggok daging tanpa tulang.” Serta merta ia menggampar Jacob dengan kakinya. Ia menengadah memandang pada gagak api biru yang mengepakkan sayap di atas Jacob. Gagak itu hanya bentuk, ia tak kan bergerak tanpa perintah.

Balthazar sangat terobsesi dengan itu. “Jadi, kau adalah-” pernyataannya terpotong.

Serta merta, Jacob mengerahkan gagak itu menerjang Balthazar, menukik tajam dari ketinggian. Dan saat ditangkis, ia meledak menjadi kobaran api biru yang melahap Balthazar. Kekuatan sebesar itu akan mampu membunuh seorang Serpent langsung di tempat. Tetapi, dia adalah Balthazar, hanya menyisakan hangus di pundak kanannya, sementara ia terbahak sambil menyingkap perisainya. “Menakjubkan!”

Balthazar merunduk dan menjambak kepala Jacob. “Biarkan aku melihatnya lebih, tunjukkan seluruh kekuatanmu!” Suara besarnya mengerikan. “Biarkan aku melihat keturunan Willem!” Serta merta ia mengeluarkan kepalan tinju api besar dari tanah, memukul tubuh Jacob hingga melayang, lalu disepaknya dari atas dengan ular api besar yang mematuknya hingga Jacob terhentak keras ke tanah.

Saat dadanya terbanting, napasnya seolah terputus akibat sentakan itu. Tak lama, Jacob muntah darah. Ia berusaha keras untuk bangkit, dengan menegakkan lengannya pertama. Tubuhnya bergetar, otot-ototnya ditarik paksa, sementara rahangnya menggigit kuat penuh amarah. Kala ia mengangkat tatapnya pada Balthazar, tinjuan api lain menghantamnya dari berbagai arah, dan memukulnya bertubi-tubi. Ia jatuh terkapar. Padahal Balthazar hanya berdiri memegang tongkat, dengan menggegam kobaran api merah di tangan kanannya.

Tak ada sepatah kata pun yang dikeluarkan Jacob, amarahnya begitu dalam sampai membuatnya diam. Setiap kali ia berusaha bangkit, Balthazar lebih cepat menghantamnya. Saat Jacob telah babak belur, satu tangan kirinya patah akibat mencoba melawan salah satu pukulan Balthazar, ia melirik pada Irene, sesaat sebelum Balthazar menghampiri dan menyeretnya. “Lihat ini!” perintah keras Balthazar sembari mencampakkan Jacob tak jauh dari jasad Irene.

Melihat Irene yang sudah pasti tiada, hatinya guncang. Dengan tatapan marah itu, ia melihat ketenangan di wajah Irene. Serta merta, amarahnya meledakkan kekuatan baru, hingga mampu membangkitkannya berdiri.

“Menarik.” celetuk Balthazar, sementara Jacob sedang berdiri dan berbalik ke arahnya dengan api biru tersulut di kedua tangannya. Ketika hendak menyerang, kelebat Balthazar jauh lebih cepat. Ia melesat, dan mengibaskan tongkatnya sekeras-kerasnya ke perut Jacob, saat itulah Balthazar mengeluarkan hajaran fisiknya, yang lebih kuat daripada usianya.

Tetapi, lagi dan lagi, serangan balik Jacob bak ampas yang ditepis angin. Ia jatuh tersungkur berkali-kali dihajar Balthazar. Dan itu semua karena ia merasa dipukul kalah setelah melihat Irene dibunuh.

Ketika Balthazar berdiri di atasnya, ia berkata pada Jacob. “Aku tahu ayahmu,”

Seketika mendengarnya, darah Jacob mendidih. Dan Balthazar melanjutkan, “Gerard Hayden?” diringi dengan tawa kejam.

“PERSETAN KAU!” keluarlah kutukan itu, bersamaan dengan wajah yang menjadi ngeri penuh dendam. Sementara Jacob berusaha bangkit, Balthazar kembali menumbangkannya.

"Itu benar. Seorang prajurit keras kepala sepertimu. Tewas dengan miris." perjelas Balthazar.

Lalu sebuah pukulan menghantam samping kepala Jacob. Membuatnya jatuh tertunduk dan terdiam karena marah yang begitu besar. Bibirnya telah sobek terluka, tubuhnya rasanya hancur. Ia bertahan dan ingin bangkit, namun kepahitan motivasi dendamnya terlalu berat. Balthazar adalah monster.

Ketika ia ingin pasrah, ia teringat dan mendengar suara ayahnya. "Tunggu di situ, Jacob."

Malam itu, kala ayahnya sedang menuntunnya membaca di perpustakaan rumahnya, tiba-tiba ia pergi ke depan untuk menengok tamu yang datang malam-malam. Itu tak wajar. Ketika ayahnya tidak kunjung kembali, Jacob menyusulnya.

Belum sampai, ayahnya yang di ambang pintu ruang tamu mencegahnya tegas, "Tetaplah di situ, Nak." Mengisyaratkan Jacob untuk tetap di tempatnya.

Ia kecil yang tak mengerti apa-apa tetap mendekati ayahnya. Gerard tak lagi membentak putranya. Ia lari dari sana dan menyambar Jacob ke gendongannya. Tetapi terlambat, pasukan Black Serpent menyerbu ke dalam.

Sosok-sosok buruk rupa yang menenteng senjata tajam. Berpakaian compang-camping dan berperilaku kasar, mereka menghancurkan barang sekitar yang dilalui.

Dan seluruh sisa yang diingat Jacob adalah, saat ayahnya dibunuh dalam keadaan mati-matian melindunginya. Ia menyaksikan ayahnya bersimbah darah. Lalu sosok-sosok itu mencoba membunuhnya, tetapi dihalau api biru yang sangat kuat melindunginya. Keesokan harinya ia telah berdiri di depan makam ayahnya.

***

Sebuah pukulan menghantamnya lagi, seketika Jacob batal dari jatuh pingsan. Ia tersadar, perih dari luka dengan darah mengucur di keningnya. Ia sudah tidak sadar mendengar perkataan Balthazar.

"Dengan gulungan mantra itu, kau jauh lebih bernilai" ucap Balthazar pada Jacob yang terkapar.

Ketika Balthazar masih menghajar Jacob, sebuah anak panah api biru melesat dan mendadak menghentikannya. Tiga prajurit Raven datang serentak, serta merta mereka menghunus senjata dan menyerang Balthazar.

Ledakan-ledakan api biru dan merah menggempur sengit, menyalakan padang rumput itu. Balthazar yang tak ingin terepotkan lebih sengit dengan mereka, memilih menarik diri, tepat saat Peter menyerang dengan ganas. Tanpa perlawanan yang seru, tim elit tak terima Balthazar menghilang begitu saja.

Ketika Luke berjalan menghampiri Jacob, sahabatnya itu sedang berusaha bangkit. Aiden terbungkam menyaksikannya yang babak belur, ia berjalan tertatih menuju jasad Irene. Tidak satu pun dari Peter atau yang lain, mampu berucap barang sepatah kata. Mereka pun terkejut saat yang dipangku Jacob adalah jasad Irene. Mereka berdiri dan melepas topi mereka, diletakkannya di dada.

"Mengapa itu begitu menyakitkan?" tanya Jacob serak. Ia bersimpuh memangku jasad Irene.

Peter menatap mereka berdua penuh iba. Menyaksikan akhir kisah yang tragis, sementara mengutuk dirinya sendiri yang terlambat berbuat apa-apa. "Because it is real." sahutnya singkat.

Stone Of Prime (Versi 0.2)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora