Bab 23

22 11 14
                                    

Matahari terbenam, malam pun tiba. Sementara menunggu kedatangan pemimpin Phillips, aula markas militer Cliffbourne telah penuh dengan para petinggi. Para kapten tim elit pun hadir, yakni beberapa dari mereka yang telah selesai bertugas. Salah seorang prajurit kerajaan itu diberi tempat di barisan depan, supaya mudah untuk tampil di hadapan para hadirin.

Ketika mereka ramai memperbincangkan apa yang disampaikan singkat oleh para prajurit kerajaan sebelumnya, maka masuklah sang pemimpin di dampingi oleh Eric. Ia tak pernah luput dari tongkatnya, dipadu rambut yang telah beruban, ia berjalan tegap dengan penuh wibawa.

Segera, Phillips membuka rapat. Semua sudah tahu apa yang menjadi topik mendadak, maka Phillips meminta seorang prajurit kerajaan itu menceritakan ulang apa yang tengah terjadi. 

Para hadirin terdiam mendengarkan dengan seksama. Ekspresi mereka tegang membayangkan istana yang diserang tiba-tiba. Tatkala sang prajurit mengatakan, bahwa mereka para musuh adalah klan Serpent, meledakkan api merah, membakar hidup-hidup banyak dari temannya, Phillips terkejut. Dahinya berkerut sengit, ia mengingat tragedi malam itu, saat Balthazar samar-samar mencuri memori dari kepalanya. Ia pun geram. Sesaat kemudian sang prajurit usai bercerita, Phillips bangkit berdiri di hadapan para prajuritnya.

Ia berkomando, aga mereka bersiap berangkat ke istana, dan terjun ke medan pertempuran. “Dan aku yang akan memimpin kalian.”

Serentak, sahut mereka kompak mengiyakan, menggema di aula, dan menggetarkan rasanya. Meski hari sudah malam, pasti akan dingin, namun semangat mereka bangkit keras, kala Phillips menegaskan bahwa ia yang akan memimpin sendiri keberangkatan ini.

Eric mendampinginya berganti dengan pakaian perang. Ia tengah mengenakan lapisan baju dari rantai, tangannya menepuk-nepuk dada, tersenyum nostalgia mengenang kapan terakhir kali ia memakainya. Lalu ia berpesan, “Kau akan menggantikanku memegang tanggung jawab.” titahnya pada Eric.

“Baik, Sir.”

“Tak ada yang berubah, aku sangat merindukan ini.” Phillips mengenakan helm besi, yang dilengkapi pelindung batang hidung. Kini ia nampak begitu sempurna untuk seorang prajurit, tinggal menyarungkan pedang di sabuknya.

Setelah pedang panjang, Phillips mengambil satu belati sepanjang hasta dari kotak penyimpanannya. Sarungnya berbahan kulit, dan ia dilengkapi tali untuk sabuknya. Di gagangnya ada lambang yang terukir, tiga garis dalam sebuah lingkaran, Phillips memandanginya sejenak dalam genggaman, lalu membawanya di dada, di dalam mantelnya.

Sementara itu, Jacob yang telah siap di atas kudanya sedang melamun. Ia sedang terbayang Balthazar di depan sana, dan teringat pada seluruh dendamnya. Kapten Brody datang di sampingnya, dan mengejutkannya. Ia bertanya, “Kau ikutlah bersama timku, Jacob. Setidaknya lebih baik berkelompok, untuk saling mendukung.”

Belum sempat Jacob menjawab, kapten Warren datang di samping kirinya. “Dia akan ikut dengan timku, maka jumlah kami akan sempurna lima.” Mengingst jumlah regu Warren yang gugur satu, Brody pun menyetujuinya. Veteran perang paruh baya itu bernama Warren, ia memiliki bekas luka di pipi kanannya. Dia orang yang kekar, dan disegani lawan.

Malam mulai larut, dan seratus lima puluh prajurit telah siap berangkat. Mereka terdiri dari tim elit dan para prajurit kota. Semua dipersenjatai lengkap, dan berseragam siap berperang. Kala melewati pinggir kota, para penduduk berhenti untuk menyaksikan keberangkatan mereka yang berkuda berbondong-bondong.

Menunggang Docka, kudanya, Phillips berpacu memimpin pasukannya menuju Capitol. Mereka melintasi jalur hutan, yang lebih cepat. Tatkala melewati tempat bekas tragedi yang hangus, Phillips menurunkan kecepatannya, dan memberi salam isyarat di sekitarnya. Jacob berpacu lebih pelan, ia mengingat kenangan pertarungan teman-temannya. Dadanya terasa sesak, semakin geram terbayang pada Balthazar. Lalu ia melesat maju, menyusul barisan depan.

Stone Of Prime (Versi 0.2)Where stories live. Discover now