Bab 20

20 12 18
                                    

Ia membukanya perlahan, menjadi seperti bingkisan kemenangannya dari pertarungan kemarin. Sebuah urat seperti cacing panjang, sebuah informasi yang dicabutnya dari kepala Phillips, berwarna putih dan berpendar terang. Balthazar memasukkannya ke dalam sebuah gentong berisi air hijau, yang digantung di atas api unggun. Air itu kental dan meletup-letup, semakin mendidih kala Balthazar memasukkan benda di tangannya.

Beberapa saat kemudian, asap hijau mengepul tebal dari gentong, sebagai hasil dari ritual itu. Terukir lah sebuah lingkaran di tengah-tengah kepulannya. Asap itu menggambarkan sebuah penglihatan, melesat memasuki sebuah perpustakaan dengan barisan raknya yang tinggi-tinggi, menuju ke sebuah pintu kembar yang megah, menembusnya, mengantarkan ke sebuah ruangan dengan singgasana di ujung sana, tegak dan megah. Lalu, sepasang mata biru tiba-tiba muncul dari kegelapan, mengejutkan Balthazar yang sedang serius memperhatikan penglihatan itu. Wajahnya sampai terpaling, sorotnya menatap tajam, dan gerahamnya bergemulutuk, "William .... " desisnya bergetar geram.

Galahar berdiri di sebelah tuannya, mendengar nama yang disebut, ia pun paham. "Jadi, itu berada di istana, Tuan?" tanyana memastikan.

Balthazar diam sejenak, terlihat memikirkan sesuatu. Lalu ia menitah dengan suara lantang, "Persiapkan pasukan, Galahar. Kita akan menuju ke sana esok malam."

Galahar mendesis senang. "Baik, Tuanku." jawabnya dengan senyum mengerikan.

***

Sore hari, Capitol sudah mulai diramaikan oleh para penduduk yang berdatangan. Mereka hendak merayakan sebuah acara festival, untuk kesuksesan para petani yang telah berhasil panen sebanyak lima kali dalam setahun. Kedai-kedai makanan berjajar hampir di setiap sisi jalanan kota, menawarkan berbagai hidangan yang lezat nan menggiurkan. Lampu-lampu kertas mulai digantung di depannya, beserta hiasan-hiasan yang dipajang memeriahkan acara. Anak-anak mulai berlarian mengelilingi kedai-kedai, bermain bersama teman-teman mereka, dan mengikuti lomba-lomba kecil di sebuah pertunjukan, yang diadakan sebagai ajang hiburan.

Para gadis dan ibu-ibu mengenakan gaun-gaun terbaik mereka, sementara para lelaki tak sedikit yang memakai jas rapi, dan kebanyakan mengenakan setelan kemeja.

Di istana, raja William turut memeriahkan perayaan. Ia mengadakan pesta kecil yang dihadiri oleh para senior petani dan pemuka-pemuka desa. Mereka hadir di aula, dengan jamuan penuh di atas meja panjang. Kebanyakan hidangannya diolah langsung dari hasil panen, sebagai penghargaan atas kerja keras mereka.

Kala malam telah tiba, Capitol pun semakin ramai, mereka tenggelam dalam kemeriahan festival itu. Tanpa disadari, di salah satu sudut kota, bayangan hitam merayap menuju istana. Para prajurit Serpent mengenakan mantel panjang, dengan tudung yang menutupi separuh wajah. Mereka berpencar menuju istana, agar tak ditemukan dengan mudah, menyelinap di antara para penduduk, dan tak ada satu pun yang menyadari kehadiran para musuh itu di tengah-tengah mereka.

Gerbang istana dijaga ketat, tujuh prajurit berdiri siaga di setiap tugu pagarnya. Para prajurit Serpent telah berkumpul di satu titik, mereka menyelinap di antara bangunan-bangunan di seberang istana. Tujuh dari mereka dititah Galahar untuk menghabisi seluruh penjaga gerbang. Dengan sebuah belati kecil, mereka mengendap-endap, menyelinap dari belakang. Tanpa sempat menoleh, mulut mereka satu persatu dibekap, dilemahkan langsung dengan racun, sehingga mereka tak berdaya memberontak, lalu dibunuh dengan belati beracun.

Saat itu, raja William sedang memimpin bersulang sebagai penutup pesta, didampingi istrinya yang menemani para istri tamu, ketika tiba-tiba penasihat William membuka pintu dengan tergesa. "Yang mulia!" serunya mengejutkan semua yang hadir. Ia lalu meminta maaf dan permisi, kemudian berlari menghampiri sang raja. Ekspresi para tamu menegang, kala sang penasihat membisikkan sesuatu pada William.

Stone Of Prime (Versi 0.2)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu