Rasya menggeleng, pikiran nya benar-benar di penuhi oleh bocah yang baru di temui nya.

"Kakak baik" lirih nya "ahh aku benar-benar menyukai panggilan itu"

* * *

Raffa kini sudah sampai di depan rumah bibi nya, ia melangkah dengan pelan. Ia sungguh tidak berani menginjakkan kaki nya kedalam rumah, ia sudah bisa menebak apa yang akan bibi nya lakukan pada nya.

Ceklek

Raffa membuka pintu rumah dengan pelan, terlihat bibi nya sedang duduk bersama Adam, anak dari bibi nya yang seumuran dengan Raffa.

"Ibu, itu si cadel baru pulang" ujar Adam yang melihat Raffa melangkah masuk.

"Raffa sini kamu" panggil Lilis.

Raffa mendekat dengan menunduk.

"Mana uang nya?" Tanya Lilis.

Tangan mungil Raffa masuk kedalam saku celana yang di kenakan nya, mengambil uang logam yang ia dapat dari sana.

Raffa meletakkan uang logam tersebut pada telapak tangan Lilis yang sudah menengadah di hadapannya,

"Apa-apaan ini Raffa!"

Lilis melempar uang logam yang diberikan Raffa dengan keras ke lantai, uang nya hanya 10 biji jika ditotalkan hanya lima ribu rupiah.

"Kamu pergi dari pagi cuma dapet segini?"

Raffa mengangguk, kepalanya menunduk takut.

Tanpa aba-aba Lilis menyeret Raffa masuk kedalam kamar milik Raffa, tubuh mungil Raffa di dorong hingga membentur tembok.

"Akhhh" pekik Raffa yang merasakan sakit ketika kepalanya membentur tembok.

Tangan Lilis menjambak rambut Raffa dengan kasar, ia membentur kan kepala Raffa berkali-kali pada tembok. Adam yang melihat nya hanya tertawa, ia bahkan sangat membenci Raffa karena teman-teman nya selalu membandingkan nya dengan ketampanan bahkan kepintaran yang dimiliki Raffa.

"Bangun!" Titah Lilis, Raffa tetap tidak bergerak. Kepalanya terasa ingin pecah, pusing yang dirasakan Raffa membuat nya lemas seketika.

Lilis menggeret Raffa hingga masuk kedalam kamar mandi, Raffa hanya pasrah bahkan ia tidak bisa melawan.

Byur

Tanpa aba-aba Lilis menyiram Raffa dengan air yang ada di sana, tubuh mungil Raffa tersentak kaget merasakan dinginnya air mengguyur tubuhnya.

Byur

"Anak gak tau di untung!"

"Kalo gaada saya kamu bisa mati kelaparan di luar sana!"

Raffa mendongak karena rambut nya di tarik dari belakang dengan Adam sebagai pelaku, sakit yang dirasakan Raffa pada tubuh nya berkali-kali lipat. Air mata nya sudah mengalir deras sejak tadi, namun bibi nya tidak memiliki rasa iba pada nya.

Raffa hanya anak kecil, bagaimanapun ia masih ingin bermain, masih ingin di manja, masih ingin merasakan kasih sayang kedua orang tua nya. Bukan, bukan disiksa seperti ini yang ia ingin kan.

Plak

Lilis kembali melayangkan tamparan nya pada Raffa, rambut nya masih di tarik dari belakang oleh Adam.

"Hiks..hiks..saki..t bi..bi..hiks.."

"Aa.mpun.. bibi sa..kit hiks..hiks..AKH-

Raffa berteriak kencang, tarikan pada  rambutnya semakin keras.

"Denger Raffa! Sampe besok kamu gak boleh keluar dari sini!"

"Dasar Cadel, jangan sok-sokan deh jadi orang"

"Gue di banding-bandingin sama anak cadel kayak lo, cuih" Adam meludah kesamping tubuh Raffa yang tergeletak di dingin nya ubin lantai.

"Gak level tau gak!"

"Ibu, usir aja si cadel dari sini"

"Adam gak suka para tetangga disini suka puji-puji dia"

"Apalagi temen-temen Adam suka bandingin Adam sama dia"

"Tenang sayang, kita tunggu waktu yang tepat" sahut Lilis, ia tersenyum ke arah putranya.

Adam mengangguk "ayo Bu kita tinggalin si cadel di sini"

Byur

Adam kembali mengguyur Raffa dengan air dingin sebelum benar-benar keluar dari sana, Lilis berjongkok melihat wajah Raffa yang terlihat pucat. Ia hanya melihat setelah itu...

Byur

Ia kembali mengguyur nya, ia keluar kemudian mengunci pintu dari luar.

"Hiks..hiks..hiks.. a-ayah.. Bu-bunda..hiks..hiks..hiks..hiks..hiks...hiks.."

"Laffa ingin ikut Ayah sama bunda hiks..hiks..Laffa sakit bunda.."

"Kata ayah..hiks..hiks..anak.. laki-laki..gak ..boleh hiks..cengeng..hiks..hiks..hiks.."

"Laffa gak bisa ayah..hiks..hiks..hiks.."

"Laffa sakit bunda..hiks..hikss.."

Tubuh Raffa menggigil kedinginan, ia mencoba bangkit namun tubuh nya tidak bisa di ajak kompromi. Ia selalu terjatuh kembali ketika ingin bangkit, Raffa pasrah untuk saat ini. ia kembali membaringkan tubuhnya pada dingin nya lantai, mata nya tertutup dengan pelan hingga tertutup dengan sempurna.

* * *

Aku nulis nya nyesek hiks...

Ayo balikin mood ku:,-)







ARRAFFA | Selesai |Место, где живут истории. Откройте их для себя