Bab 10. Inang dan Benalu

74 6 1
                                    

Jangan menganggap hidup kita tidak berarti. Mungkin hidup kita memang tidak berarti untuk orang lain tapi setidaknya berarti untuk diri kita sendiri.

Hargailah hidup, karena banyak orang yang menginginkannya.

*****

"Aku sayang kamu Gema," ucapnya kemudian langsung tertidur pulas.

Gema tersenyum, ia pun membenarkan posisi Agatha kembali lalu...

Cup

Gema mencium kening gadis itu.

"Aku lebih sayang kamu Ta," lirihnya.

"Mas Gema!" teriak Bella dari depan pintu masuk rumahnya.

Dengan sigap Gema menjauh dari Agatha kemudian menyelimuti gadis itu. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke sumber teriakan tadi.

Ia takut Bella melihat kejadian tadi. Ia hanya tidak mau situasi tambah berantakan.

Ternyata Bella sudah sampai di depan pintu kamar Agatha.

"Kenapa teriak-teriak?"

"Eum itu... tadi aku takut jalan sendirian."

Gema tersenyum lega kemudian mengacak surai pendek milik Bella.

"Gak usah takut."

Bella yang diperlakukan seperti itu pun tersenyum kegeeran sampai ia tersadar tidak menemukan tas milik Gema.

"Aku gak nemuin tas yang kamu maksud. Gimana dong?"

"Gapapa. Tata udah tidur, besok juga bangun."

Bella terdiam sejenak, kemudian memberanikan diri mengenggam tangan suaminya.

Gema tentu saja kaget.

"Bella?"

"Jangan tinggalin aku ya, Mas?" pinta Bella dengan wajah memelas.

"Maksud kamu?"

"Aku takut... takut ada hantu,"

Aku takut kehilangan kamu sebagai suami aku, Mas.
Batin Bella

Gema merangkul Bella dan mengelus puncak kepalanya.

"Aku di sini, Bell."

Perlakukan Bella sebagai adik Agatha, Gema.
Batin Gema.

"Eum Bella, besok tolong buatkan sup untuk Tata ya, dia pasti butuh itu." Gema masih perhatian kepada Agatha, jelas karena Agatha mengisi seluruh ruang di hati Gema dan tak ada siapapun yang bisa masuk dengan mudah.

Bella hanya mengangguk menyanggupi.

Rasa bersalah kembali merayapi hati Gema, ia bisa melihat kecemburuan di mata Bella. Dan rasa cemburu itu jelas tidak akan berarti untuknya, Gema tidak memiliki rasa apapun kepada Bella walau wanita itu sedang mengandung darah dagingnya.

Apakah Gema terlalu keterlaluan? Dia telah merusak Bella, memanfaatkan Bella, membodohi Bella, memperlakukan Bella layaknya orang yang tidak berarti dalam hidupnya. Seberapa brengsek dirinya? Katakanlah, umpatkan sekalian kepada lelaki itu di sini!

Namun seberapa besar Gema menyakiti hati Bella pasti selalu ada maaf di sana. Bella memang terlalu bodoh. Terlalu bodoh karena bisa-bisanya mencintai laki-laki brengsek seperti Gema!

"Aku ke kamar ya?" Bella menjauhkan dirinya dari rangkulan Gema, ia hanya berusaha menahan diri agar tidak jatuh terlalu dalam kepada Gema.

"Oke."

FATE : Forced MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang