Bab 3. Tersayat Dua Kali

154 8 0
                                    

Ego manusia itu tinggi jadi jangan salahkan orang yang egois karena mereka berhak akan itu.

Bagi sebagian orang, egois adalah cara mempertahankan diri sendiri.

*****

"Gema siapa maksud kamu?"

Bella menunduk tak berani menatap mata kakaknya, kakaknya pasti sangat kecewa kalau mengetahui kebenaran yang sampai saat ini ia tutup rapat-rapat.

"Bella? Tolong jangan bilang Gema calon suami Mba," lirih kakaknya.

"Maaf Mba."

"Apa maksud kamu Bella? Siapa Ayah anak itu?!"

"Mas Gema ... pacar Mba Tata."

Deg!

Agatha runtuh, setetes air mata keluar dari danau bening miliknya, hatinya tersayat dua kali oleh orang yang sama.

Saking patah begitu hebatnya, kaki Agatha tak mampu menopang tubuhnya lagi hingga ia terduduk di kursi.

"Maaf Mba," isak Bella.

"Astagfirullah Arabella!" Ingin seakli rasanya Ari menampar pipi anaknya itu tapi ia tak kuasa, bagaimanapun juga mereka sama-sama hancur.

Bella bangkit dari hadapan Ari dan langsung terduduk di hadapan Agatha, berniat untuk meminta maaf. Isak tangisnya tak bisa ditahan, banyaknya air mata yang keluar dari sudut matanya tak bisa membayar semuanya.

"Mba...."

"Salah apa Mba sama kamu? Kamu benci Mba? Kamu mau nyakitin Mba? Kamu tega Bell?" Nada bicara Agatha memang tidak sekeras tadi saat pertama kali mengintrogasi Bella tapi Bella tau kalau kali ini kakaknya tidak bisa marah karena kepalang kecewa dan sakit hati.

"Enggak Mba, bukan seperti itu."

"Lalu bagaimana Bell? Kamu memang dari dulu tidak setuju hubungan Mba sama Mas Gema dan sekarang kamu mau hancurin hubungan Mba, kan? Dengan cara ini? Tega ya kamu!"

Agatha perih, hatinya disayat dua kali oleh adiknya, mengetahui Bella hamil saja ia sudah sangat sakit ditambah mengetahui siapa Ayah dari anak di kandungan Bella membuat lukanya mengangga lebar.

Bella memang tidak setuju hubungan Agatha dan Gema karena beberapa kali Bella memergoki Gema meminum alkohol, ia tak mau kakaknya terjebak dengan seorang pemabuk. Dan ada satu alasan lain yang tanpa sadar ikut andil dalam ketidaksukaannya dengan hubungan kakaknya dan Gema.

"Bukan seperti itu Mba."

"Kamu suka Gema?" tanya Agatha dengan sorot mata yang sangat tajam.

Bella kelabakan menjawab pertanyaan itu. Perasaanya sulit didefinisikan. Perasaannya kepada calon suami kakaknya tak seperti biasa, ada perasaan aneh dalam relung hatinya.

Agatha tiba-tiba mencengkram pundak adiknya.

"Kamu cinta Gema, kan?" Bella masih bergeming.

Melihat reaksi adiknya, Agatha yakin jika tuduhannya benar.

"Gema harus tanggung jawab!" kata Ari tegas, bagaimanapun juga laki-laki harus bertanggungjawab atas kesalahannya.

Agatha langsung menatap Ari. Ia tidak percaya. Ia berusaha memejamkan matanya, ia harap ini mimpi. Namun sekeras apapun ia mengelak, kenyataan tetap kenyataan.

"Yah, Aku sama Gema akan menikah satu bulan lagi. Lalu aku?" Ia tidak terima. Persiapan pernikahannya pun hampir matang; gedung, gaun, souvenir, bahkan undangan sudah disebar.

FATE : Forced MarriageWhere stories live. Discover now