24. Istirahat Panjang

33 16 0
                                    

Ketika kau berani berbuat,

maka kau juga harus berani menyelesaikan.

.

.

.

'Chapter Sebelumnya'

Entah terpengaruh oleh mantra, atau sedang kebetulan bermimpi lagi tentang memori kehidupannya.

"Maaf, Alara."

***

Day 13

04.00 pm

Tidak sesuai dugaan, Alara masih belum membuka matanya hingga memasuki hari kedua paska mereka menyelesaikan misi keempat. Padahal, besok sudah waktunya bagi mereka untuk melanjutkan misi selanjutnya. Lavender mengomel sendiri sepanjang hari sambil mencari ramuan penetral dan membaca-baca buku ramuan. Sementara Red mati-matian mencari informasi untuk menyembuhkan Alara dari buku usang yang berisi tentang beragam macam mantra kuno.

Red tidak pernah menyukai isi buku tersebut. Tulisan dalam buku itu selalu berhasil membuatnya mual karena pusing membaca tulisan yang meliuk-liuk dan berbentuk seperti ulat melingkar itu. Tapi karena masalahnya sudah sebesar ini, rasa mualnya tidak ada apa-apanya dibanding roh Alara yang tak kunjung bangun.

Sial. Bagaimana bisa ia sampai kecolongan begini?

Tetes-tetes keringat membasahi tubuhnya. Wajahnya berubah lebih serius dan entah kenapa rasanya ia ingin meledak saat itu juga. Red mengusap wajahnya gusar sambil membolak-balik buku tersebut. Nihil, seakan buku mantra kuno itu bahkan tak mampu memberi solusi kepadanya yang sedang kebingungan setengah mati.

Red mengerang frustrasi. Padahal besok sore mereka sudah harus menjalankan misi kelima. Kalau pada saat itu Alara belum bangun juga...

Pemuda itu menutup bukunya keras-keras hingga ia bisa mencium aroma buku usang tersebut yang kuat mengepul ke arahnya. Red terbatuk seraya mengusir debu yang berterbangan di depan mukanya.

Sejurus kemudian, Red mendadak teringat dengan liontin berisi air suci yang mereka dapatkan beberapa hari lalu. Menyadari sesuatu, lelaki berambut acak-acakan itu berlari kencang menuju kamarnya dan mengaduk isi tasnya dengan terburu-buru.

Saat melihat air suci dalam liontin yang menari-nari, senyumnya kembali merekah.

Semoga dugaannya yang kali ini tidak salah.

Karena kekuatan Vailea yang dapat membuat Alara tertidur, maka seharusnya kekuatan itu jugalah yang dapat menjadi penawarnya.

Red membuka tutupnya, pemuda itu membiarkan cairan di dalam sana melonjak keluar dan menari-nari di udara. Ukurannya membesar hingga kini mampu membungkus seluruh tubuhnya yang lumayan tinggi itu. Angin yang menampar wajahnya, suara lengkingan yang mengerikan, badai kecil yang memporak-porandakan seisi kamarnya berbaur menjadi satu.

Cairan liar yang berubah pekat itu kini perlahan masuk ke dalam tubuh Red, seakan-akan semua pori-pori di tubuhnya itu dapat menyerap semua cairan itu pada saat yang bersamaan.

Red mengerang saat merasakan panas yang menjalar di tubuhnya. Ia tecekat dan napasnya tersengal. Rasanya, seluruh permukaan kulitnya terbakar hingga hendak mengelupas.

Water Voice [ON GOING]Where stories live. Discover now