22. Hilangnya Alara dan Ramuan Bunga Keabadian

33 18 1
                                    

Kisah lama yang sudah usai,
akan lebih baik apabila tidak diungkit-ungkit kembali

.
.
.

'Chapter Sebelumnya'

Saat memasukkan kepalanya dalam air dan menyesuaikan penglihatannya, Red dapat melihat Alara yang dibawa pergi oleh suatu makhluk berekor jauh ke dasar laut.

"Sial!"

***

Day 11

01.00 am

Red menyembulkan kepala di permukaan air dan berteriak pada Lavender. "Lavender! Cepat berikan aku ramuan bunga keabadiannya!"

Ia memandang perahu tempat Lavender menunggu dengan gelisah. Sepertinya Lavender tidak mendengar ucapannya, sehingga ia kembali memanggil nama adiknya itu dengan suara yang lebih keras.

"Lavender!"

Lavender yang baru memunculkan kepalanya dari dek kapal menjawab dengan santainya. "Kalian sudah selesai? Tunggu sebentar, akan kuturunkan pelampungnya agar kalian bisa naik."

"Belum selesai! Cepat berikan aku ramuan bunga keabadian. Alara butuh pertolongan!"

Saat menyadari kalau Alara tidak ada dalam jangkauan penglihatannya, Lavender terlonjak panik hingga hampir terjatuh. Ia buru-buru mencari ramuan khusus yang mereka buat dengan campuran bunga keabadian dan melemparnya pada Red di bawah sana. Red berhasil menangkap lemparan itu dengan baik dan meminum seteguk ramuan itu tanpa aba-aba. Perlahan, ia dapat merasakan kalau kakinya melekat menjadi satu dan bentuknya menyerupai ekor duyung. Di lehernya juga terdapat garis insang yang dapat membantunya untuk bernapas dalam air. Sebelum menyelam, Red memberi pesan pada Lavender.

"Kalau aku tidak kembali dalam waktu yang lama, kau jangan ikut menyusul. Begitu juga kalau aku tidak kembali sampai waktu misi ini habis. Kau harus kembali jika hal itu terjadi. Bisakah kau berjanji?"

"Hal konyol apa yang ingin kau lakukan sampai kau ingin aku berjanji?! Jangan bercanda, kalian pasti kembali."

"Hanya skenario terburuk, Lavender." Red menatap Lavender yang kini mulai tampak gemetar. Dalam hati ia merasa bersalah namun tidak ingin memberi harapan pada Lavender. Karena bisa dibilang, ini kali pertama ia harus berurusan dengan laut. Dan seperti yang legenda bilang, ada banyak hal yang tidak kau ketahui di dalam laut, hingga ke dasarnya.

Belum sempat Lavender berucap sepatah katapun, walau hanya sepatah kata agar Red lebih berhati-hati, Saudara kembarnya itu sudah sepenuhnya menghilang ke dalam air. Lavender jatuh terduduk sembari menatap kosong permukaan air yang berombak tenang saat itu. sedetik lalu, ia masih melihat kakaknya ada di sana. Namun sekarang, hanya sebuah permukaan air berombak tenang termenyebalkan yang penah ia lihat sepanjang hidupnya. Ia menghela napas sambil mengoceh. "Red, kau tahu... lebih baik gagal dalam misi ketimbang kehilangan dirimu."

"Dan Alara..." ucapannya terjeda karena ia tidak dapat menahan tangisnya lagi, "aku sudah berjanji untuk memulangkanmu. Entah bagaimana jadinya jika kau tak kembali."

***

Saat mulai menyelam, Red mulai menyadari bahwa sebenarnya apa yang mereka lakukan untuk menyelesaikan misi tidaklah sesederhana itu. Red membuang napas berat dalam air. Sial! Ini bahkan belum selesai, alih-alih baru dimulai. Perasaannya menjadi tidak tenang saat seluruh inderanya kehilangan sosok Alara. Apalagi keduanya sangat meremehkan misi kali ini. Red berpikir keras hingga dahinya berkerut samar. Secara logika, Alara mungkin tidak akan mati atau terluka-ya itu sudah pasti. Tetapi, dengan hilangnya Alara, bisa jadi mereka gagal menjalani misi kali ini. Dan pastinya, hal itu lebih mengerikan ketimbang dirinya yang sudah berulang kali berada di ujung tanduk kehidupannya.

Water Voice [ON GOING]Where stories live. Discover now