g

6K 385 1
                                    

Aku memasuki mobil pak Dikta saat kondisi lingkungan kampus sudah sepi. Di dalam sudah ada pak Dikta yang sedang bersandar, menatapku yang membuatku semakin canggung.

"Sudah?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk. Lantas pak Dikta menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju tujuan. Tempat les balet Nada.

Helaan napasku ku hembuskan. Sebenarnya jika harus jujur, aku agak degdegan hendak bertemu dengan anaknya pak Dikta. Takutnya anak itu mendadak tak menyukai. Takutnya lagi, kemarin dia hanya mencari alasan agar ayahnya putus dari wanita yang bersama mereka kemarin. Takutnya, Nada tak benar-benar menginginkan aku untuk jadi ibunya.

"Nada itu baik. Dia penurut, dia juga pintar..."

Tiba-tiba pak Dikta membuka suara. Membuatku menoleh padanya. Menghormatinya yang sedang berbicara.

"Tapi semenjak ibunya meninggal tahun lalu, Nada berubah jadi anak yang murung. Saya menjalin hubungan dengan kekasih saya yang sekarang dan mengenalkannya ke Nada di suatu hari, tapi Nada nampak tidak senang. Padahal saya mengira Nada akan senang mendapatkan calon ibu baru," papar pak Dikta.

Lelaki yang dengan berat hati ku akui tampan itu menghela napas berat. Aku memang tidak tahu bagaimana sulitnya membesarkan anak sendirian, tapi melihat helaan napas pak Dikta, kelihatannya itu sangat melelahkan.

"Maaf, pak, kalau boleh tau, kenapa Nada gak suka sama pacar bapak?" tanyaku agak takut.

Pak Dikta menggeleng. "Saya juga gak tau. Tapi sejak awal dia ketemu sama Esther dia nampak gak menerima. Padahal Esther teman ibunya semasa hidup."

Aku jadi ikutan bingung.

Sampai ke tempat tujuan, di sisa perjalanan kami, kami berdua sama sekali tak lagi membuka percakapan. Hanya deruan suara AC yang halus yang sesekali menyadarkanku kalau di mobil ini masih ada tanda-tanda kehidupan.

*****

Kami sampai di sebuah gedung cukup tinggi dan luas. Tempat les Nada ternyata lebih besar daripada gedung kosan milik ayahku. Sudah ku pastikan biaya les di sini pasti mahal.

"Daddy!" sebuah panggilan nyaring tiba-tiba membuyarkan haluan tak jelasku. Beralih menatap langkah menggemaskan milik Nada yang berlari mendekati kami dengan kedua tangan yang merentang.

"Selamat sore, cantik. Bagaimana les hari ini?" tanya pak Dikta saat gadis kecilnya itu memeluknya sebentar dan melepaskannya kembali. Ada senyum hangat di bibirnya. Sedikit membuatku terkesiap akan ketampanannya.

Oke! Kayaknya aku mulai gila.

"Seru. Tapi tadi temanku lagi-lagi bahas ibunya, bikin aku kangen sama mommy," adu Nada dengan murung.

Aku jadi sedih. Pak Dikta hanya mengusap lembut pipi putrinya itu. Raut wajahnya juga tidak bisa berbohong kalau dia juga tak sedang bersuka cita.

Sampai kemudian Nada menolehkan kepalanya padaku. Mulai menyadari bahwa gadis cantik bernama Nadia ini berada di samping ayahnya berdiri. Senyum di bibirnya mendadak terbit saat mata kami berdua beradu.

"Bunda!" katanya. Lantas memelukku erat seerat yang anak itu bisa.

Jujur, aku terkejut bukan main. Tiba-tiba dipanggil 'bunda' dan dipeluk erat, seolah aku akan lenyap sedetik kemudian.

"Ah! Daddy, Nada senang bunda jemput Nada!" adunya lagi pada pak Dikta selepas ia melepaskan pelukannya denganku. Beralih menggenggam jemariku yang membuatku spontan tersenyum geli.

Nada kembali menatapku dengan matanya yang berkilau indah yang ku balas dengan senyum manis yang kupunya.

"Bunda... Bunda mau gak ketemu mommy? Nada mau kasih tau mommy kalau hadiahnya udah sampai sekarang," katanya yang tak aku mengerti.

Maksudnya apa?

"Dad, ayo ketemu mommy sebentar! Mommy harus tau kalau bunda udah datang buat temenin kita!" kata anak itu lagi.

"Kamu ini ngomong apa sih, nak? Daddy kurang ngerti," pak Dikta bertanya yang segera ku senggol lengannya. Bermaksud untuk memberitahu lelaki itu untuk diam dan ikuti saja keinginan anaknya. Jangan terlalu mengajak bicara anak kecil seperti mengajak klien diskusi.

"Oke, let's go!" akhirnya. Dan kami masuk ke dalam mobil. Meluncur menuju 'rumah' istri pak Dikta sekaligus ibu dari Nada.

Fyuh! Semakin membuat perasaanku tak karuan. Hari ini terlalu banyak kejadian yang tak terduga.

*****

to be continued.

jangan lupa vote dan komentarnya ya~

Beloved StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang