01. Fasla

79 18 85
                                    

"Aku hanya merindukan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya merindukan sesuatu."
◍•Fasla•◍


Aksara yang tak kunjung menjadi kata,
Sedang jiwa ini terus meraung-raung ingin berbicara.
Bodoh dalam ruang yang sama,
Bersua kelu dan bisu seribu bahasa.

Wajahku menengadah,
Memandang semesta dengan semu
Mendayung harapan yang tak kunjung tiba
Lalu, kewalahan dihantui angan-angan

Betapa bodohnya raga ini, terus menangisi kebodohan.

Ayah, Bunda. Tatap mataku, peluk aku dan katakan kalian masih menyayangiku.

Buku berwarna abu gelap tanpa corak itu tertutup rapat dan diletakkan di tempat semula. Terdengar helaan napas dari si pemilik buku. Ia mendongak, menatap jutaan bintang yang bercecer dan bulan yang bersinar terang, gadis itu menganggap bulan itu sedang tersenyum menyapanya.

Waktu enggan tuk berhenti, malam semakin larut, bahkan hari telah bertukar beberapa menit lalu, gadis itu memilih menutup tirai jendela. Ruang menjadi gulita seketika tatkala ia menekan saklar lampu, lalu dinyalakannya lampu temaram yang berada di nakas sebelah ranjangnya.

Ia merebahkan tubuhnya dengan nyaman, menarik selimut hingga lehernya. Netranya mulai terpejam, tetapi setitik air dari sudut matanya mengalir. Ia merindukan sesuatu.

Baginya, menangis tidak membuat seseorang menjadi lemah, ia hanya butuh pelepasan atas apa yang menggebu di hati dan pikirannya.

[][][]

Gadis cantik itu pemilik nama Fasla Alanada Agista, berusia tujuh belas tahun dengan sifat yang terkadang keras kepala, tetapi bisa menjelma menjadi sosok yang lembut pula. Ia mempunyai seribu satu caranya sendiri untuk menghibur dirinya. Bukan dengan materi, tetapi dengan sisa kekuatannya.

Begitu banyak angannya yang tak sampai, ia hanya mampu membiarkan angan itu terbang bebas dan kembali berangan-angan. Namun, sudahlah, biar itu menjadi kehendak Tuhan.

"Astaga."

Selimut yang tadinya masih menutup sebagian tubuhnya, tersibak dengan kasar. Tangannya meraba ponsel di nakas, gadis itu semakin dibuat terkejut atas apa yang dilihatnya, layar benda pipih itu menunjukkan pukul 6.28. Mungkin karena ia tidur terlalu larut malam tadi membuatnya terlambat bangun.

Fasla segera berlari ke kamar mandi, menyiapkan segala keperluan sekolahnya. Semoga saja tidak terlambat, begitu lirihnya.

Selepas dengan kegiatan bersiapnya, ia turun ke lantai bawah menuju meja makan. Bukan, bukan karena ia ingin sarapan, hanya saja mencari orang tuanya untuk berpamitan.

Last StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang