🔅 Chapter 15 🔅

Start from the beginning
                                    

        Bibir datar segaris kini terangkat membentuk seringai di ujungnya. "Hari masih terlalu pagi untuk mengamuk, manis."

        Kening Jimin berkerut tidak terima, ia kembali menarik-narik tangannya. "Le-lepaskan!" Suaranya hampir tercekat, ada sedikit getaran yang menghambat kotak suaranya. Tidak tahu juga apakah itu dikarenakan rasa takutnya yang masih membumbung ataukah kecupan tak berizin dari Jungkook?

        Tangan kiri Jimin kembali terangkat, dan kali ini berhasil untuk membantu tangan kanannya melepaskan diri. Kuku-kukunya menancap di kulit lainnya, menekan dan menggores sebisa mungkin agar tangan yang membelenggu bisa melepaskan. Anehnya Jungkook sama sekali tidak merasa terganggu, malahan merasa terhibur dengan usaha sia-sia dari Jimin.

        "Jungkook, Ugh!" Jemari kaki Jimin berjinjit tanpa sadar karena Jungkook mengangkat sedikit demi sedikit tangan Jimin. Mengangkat hingga sebatas pelipisnya, sehingga Jimin perlu tenaga ekstra untuk melepaskan tangannya sekaligus menekan pijakannya agar tidak tergeser seinci pun.

        "A-apa masalahmu?!" Jimin berteriak marah, ia tidak paham kenapa Jungkook mencari permasalahan dengannya sepagi ini. "Jungkook, lepaskan! Ini sakit!!" Tangan Jimin mulai memerah akibat rematan Jungkook yang dibarengi dengan kerasnya kepalan tangan Jimin yang berusaha melepaskan diri.

        Jungkook tetap diam, menelisik dan merekam baik-baik setiap perubahan raut wajah Jimin. Hitung-hitung ia memberikan hukuman kecil karena tangan Jimin berani menyentuh laki-laki lain kemarin.

        Jika kalian berpikir Jungkook sudah tidak waras ... Ya, mungkin itu ada benarnya. Karena ia sendiri sering kali kehilangan kewarasan jika Jimin berhubungan dengan laki-laki lain. Rasanya seperti ada panas di rongga dadanya mengetahui sumber Remedynya disentuh orang lain.

        Keterdiaman Jungkook memicu kekesalan mencapai ubun-ubun, dan mendorong lutut Jimin agar terangkat cepat untuk memberikan ganjaran pada selangkangan Jungkook.

Dugh!

        "Awh?!"

        Sayangnya itu bukan dari bibir sang kapten bajak laut, melainkan dari mulut pemuda Oswald. Ia lagi-lagi kalah cepat dengan gerakan Jungkook. Lutut Jimin belum sempat memberi hantaman, tetapi Jungkook mendadak melepaskan tangan Jimin hingga ia harus terhuyung tanpa persiapan. Kontan punggung Jimin membentur kecil pada pintu kabin.

        "Tshhh ...." Esahan lolos dari celah mulut Jimin. Memang punggungnya tidak beradu terlalu keras, tetapi jantungnya berdegub kencang karena terkejut saat tiba-tiba dilepaskan seperti itu. "Jungkook, kau benar-benar brengs-"

        Satu lengan panjang terulur, menekuk, lantas mendaratkan sisi samping lengan dari ujung  siku hingga sepanjang hasta pada permukaan pintu. Memilih jarak terdekat dengan puncak kepala Jimin, sampai nyaris menyentuh surai lembut di bawahnya. Menambah satu jarak pada kaki kiri dan total menjebak Jimin dalam kungkungan.

        Jungkook merunduk. "Aku memang harus benar-benar mengajari mulutmu cara berbicara dengan manis." Ujung hidungnya hanya berjarak lima senti dari hidung bangir Jimin. Keduanya menghembus dan merasakan hangat dari napas masing-masing.

        Ada sesak di dada Jimin, tipisnya jarak antara dirinya dan Jungkook membuatnya harus membatasi masuknya oksigen. Jika ia mengambil napas penuh, maka hal mengerikan akan terjadi, seperti tidak sengaja 'bersinggungan' dengan bibir Kapten Hawkins Jack.

        "Me-menyingkir!" Kedua telapak Jimin mendorong dada Jungkook.

        "Itu sangat berbanding terbalik dengan kau yang nyaman di pelukanku." Dengusan meluncur dari Jungkook, ia memang berniat mengusili Jimin sedari tadi.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinWhere stories live. Discover now