🔅 Chapter 15 🔅

Start from the beginning
                                    

Pluk!

        Jungkook menutup bukunya, mengakhiri sesi membaca dalam keheningan. Netranya tidak melepaskan Jimin sedikit pun, bermaksud memahat kaki Jimin agar tidak bisa melarikan diri darinya. Ia menghembuskan napas dengan tenang, lalu bangkit dari dudukannya. Mencetak langkah pasti untuk menghampiri bangsawan manis tawanannya.

        Hmm ... sepertinya tawanan bukan lagi kata yang cocok, karena Jimin sudah mengucap sumpah untuk menjadi milik Jungkook. Jadi, apakah kata miliknya, sudah cocok?

        "M-mau apa kau?!" Jimin bergerak gusar. Jungkook berjalan mendekatinya dengan langkah perlahan dan terkesan menakutkan. Meletukkan alas kaki hingga bunyi letuk - tap-tap-tap – bisa menguasai seluruh isi ruangan yang senyap.

        Tumit kaki Jimin bergeser ke belakang, memundurkan tubuhnya sejauh mungkin dari jangkauan Jungkook. Bergerak panik sampai punggungnya terjebak oleh pintu kabin. Apa ia harus menyesal karena telah mengumpati Jungkook dari belakang? Karena laki-laki yang diumpati terlihat berbahaya saat ini.

        "Ja-jangan mendekat!"

        Akan tetapi, Jungkook tidak mendengarkan. Ia terus mengikis jarak seraya mengancam lewat dua jelaganya. Letuk kakinya mensenyarkan degub jantung untuk semakin menjadi di dada Jimin. Sapphire biru yang semula menatap nyalang mulai meredup karena didera ketakutan. Was-was dengan segala tebakan praduga dari tindakan yang akan Jungkook lakukan.

        Jimin terus merekatkan punggungnya pada pintu. Terus menekan, tidak perduli bahwa benda yang ditekannya tidak bisa membuatnya lolos dari Jungkook. Dadanya menjerit sesak karena hidung tidak mencoba mengambil napas. Bagaimana tidak susah? Hidung bangir Jimin memang tengah kesusahan hanya sekedar untuk menarik oksigen.

        Jungkook benar-benar menakutkan.

        Hingga ketakutan Jimin bertemu puncaknya. Jungkook sudah berdiri tepat di hadapannya, membuat sulur tajam dari manik emas untuk semakin nyata menusuk sapphire biru. Ujung jemari kaki Jimin yang telanjang bersemuka dengan ujung sepatu Jungkook. Hanya tiga puluh senti jarak yang memisahkan, tetapi Jimin rasanya ingin pingsan.

Srak!

        Jungkook meraih kepalan tangan Jimin. Menarik paksa dan mengarahkannya pada tulang pipinya sendiri.
       
        "Pukul aku." Ia mengeratkan jarinya di kepalan tangan Jimin. Perbedaan ukuran nyaris menenggelamkan seluruh tangan Jimin ke dalam telapak Jungkook. "Pukul seperti apa yang ingin kau lakukan."

        Alis mata Jimin menukik dalam. Ia tahu Jungkook hanya ingin mengejekknya. Jelas Jimin tidak bisa memukul Jungkook, karena taruhannya adalah keselamatan Taehyung. Tidak, Jimin tidak mau terjebak dalam tipu muslihat Jungkook.

        "Lepaskan!!" Maka. Jimin menyentak kuat tangannya. Getaran mata beberapa saat yang lalu sudah lenyap dan tergantikan dengan tatapan sengit. "Ugh! Lepaskan, aku!!" Ia menggeliatkan tangannya, namun Jungkook semakin mengetatkan cengkeramannya.

        Tangan kiri Jimin terangkat untuk membantu melepaskan gerat jari Jungkook pada tangan kanannya, tetapi sebelum tujuannya terlaksana-

Chup!

        Bibir Jungkook mendarat lebih cepat di buku-buku jemari Jimin.

        "Ah?!" Jimin terkesiap seketika. Kelopak matanya membelalak lebar-lebar. Dua kali lipat terkejut dengan perbuatan Jungkook barusan. Bahkan bibir Jungkook masih bertengger dengan santai meskipun mengetahui sang pemilik jemari lentik menunjukkan teror di kedua maniknya.

        "A-apa kau sudah gila?!" Jimin menyentak tangannya keras, kali ini lebih kuat hingga bisa terjauhkan dari bibir lancang Jungkook. Meskipun tangannya tidak berhasil terlepas, tetapi setidaknya tidak tersentuh dengan begitu kurang ajarnya oleh labium tipis milik kapten perompak.

🔅 Stealth 🔅 》KookMinWhere stories live. Discover now