47 | cinta nya ada?

1.8K 240 33
                                    

Mobil Pradikta membelah jalanan menjauhi kafe, hujan deras yang sejak sore tadi terjadi membuat beberapa jalan tergenang air, karna sistem drainase yang buruk.

Berkali-kali Pradikta bertanya pada diri nya sendiri apakah ini pilihan yang pas yang ia pilih dengan menolong Tara?. Pradikta menggeleng, perasaannya sudah lenyap untuk Tara, kini hanya ada Siska, hanya Siska.

Pradikta menyipit melihat mobil berwarna pink, warna yang mirip susu kotak Rasa strawberry milik anak anak, Itu mobil milik Tara.

Pradikta menepi, ia turun menggunakan payung yang di berikan Siska, menuju mobil Tara.
Pradikta mengetuk jendela kaca mobil Tara, wanita Itu langsung turun dan memeluk Pradikta, membuat tubuh Pradikta terhuyung karna tidak siap mendapat pelukan Tiba Tiba.

"Cepat hujannya semakin deras," sindir Pradikta membuat Tara melepas pelukannya dan tersenyum malu malu.

"Mobilnya ditinggal aja, aku akan telepon bengkel, Ayo aku antar ke tempat workshop nya," Pradikta memayungi Tara untuk masuk kedalam mobilnya.

"Dompet, handphone? Barang barang penting sudah terbawa semua?," Tanya Pradikta tanpa repot repot menoleh.

Tara mengangguk, "udah kok,"

Pradikta mengangguk, mobilnya kembali membelah jalanan basah Jakarta di malam ini.

"Terimakasih sudah jemput aku, aku pasti balas kebaikan kamu," ucap Tara pelan, respon Pradikta hanya sebuah dehaman.

Pradikta Tak mau banyak bicara pada Tara, ia khawatir perempuan Itu kembali salah menafsirkan perlakuannya dan Itu akan semakin mempersulitnya.

Hujan mulai reda saat mobil Pradikta berhenti di depan lobby hotel tempat di adakannya workshop memasak Tara, "makasih sekali lagi Pradikta, semoga lain kali aku bisa balas kebaikan kamu," ucap Tara sebelum turun dari dalam mobil Pradikta.

Pradikta hanya mengangguk, "aku sudah suruh orang untung nganter mobil kamu ke sini, no nya sudah aku kirim ke kamu, aku pamit dulu,"

Tara tersenyum, "iya, hati hati di jalan Ta," ucapnya lalu turun dari mobil Pradikta dan melambaikan tangannya.

Tanpa chef Ayu dan Pradikta sadari seorang wanita terbelak kaget melihat chef ayu bersama dengan lelaki yang sering mengantar Siska, wanita Itu langsung buru buru memfoto dari kejauhan dan mengetikan pesan kepada Siska.

Mbak, maaf, ini mas yang sering nganter Mbak Itu kan ya?.

🥯🥯🥯

Siska tengah terdiam sambil menatap sop iga di hadapannya, nafsu makannya hilang seketika saat melihat sebuah pesan singkat yang di kirimkan kaylandra membuatnya sesak, rasanya sama saat ia melihat Sakka menikah dengan jelita, bahkan mungkin lebih sakit kali ini.

Pradikta mengkhianatinya, lelaki yang siska Kira menjadi obat bagi lukanya ternyata malah memberi luka yang lebih dalam untuknya.

Butuh dua orang untuk membuat cinta bertahan melewati rintangan, jika salah satunya sudah goyah, Itu menjadi masalah besar, belum lagi pondasi kepercayaan dan kejujuran yang sudah tumbang entah sejak kapan membuat Siska berfikir dua kali untuk melanjutkan hubungan ini.

Mungkin benar, ia Tak cukup layak untuk menjadi satu satunya perempuan dalam hidup seorang lelaki, ia Tak cukup layak hingga pasangannya selalu memiliki yang lain, mungkin benar, kalau cinta memang tidak semenyenangkan Itu.

Ia memang cinta pada Pradikta, sangat cinta, tapi ia bukan perempuan bodoh, cukup sekali ia di sakiti Sakka, ia Tak Akan membiarkan Pradikta yang menyakiti nya, ia harus menyelesaikannya saat ini juga walau sakit pasti menderanya, lebih baik ia memutuskan nya sejak awal daripada semakin di tunda Itu Akan jauh menyakiti nya sendiri, bukan kah setiap perjuangan perlu pengorbanan?.

I'm Not ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang