21. Killing Me

2.1K 382 93
                                    

Sebelum baca tolong baca ini dulu! aku minta tolong banget sama kalian, tolong naikin cerita ini lagi! Plis deh ini cerita turun drastis banget yang baca. Entah karen emang ceritanya jelek atau apa aku gak tau tapi kalo gini terus jadi gak semangat nulisnya. Tolong banget ya bantu votenya jangan pelit-pelit!
.
.
.

Malam berganti siang. Sunoo terbangun dari tidurnya tepat saat matahari sudah di tengah-tengah menjulang tinggi. Matanya mengerjam membiasakan dengan cahaya yang menyelinap masuk dari celah jendela. Ia meringis kala telapak tangannya tak sengaja bersentuhan dengan selimut. Dia lupa kalau semalam baru saja disiksa oleh Tuannya.

Ngomong-ngomong soal Tuannya, ke mana perginya pemuda itu? Sunoo menoleh ke samping, hanya kasur kosong yang dia temukan, sama sekali tidak ada jejak keberadaan seseorang.

Tubuh lemahnya dia paksa untuk berdiri. Kepalanya berdenyut nyeri dan pandangannya tiba-tiba memutih, itu hanya terjadi selama beberapa detik biasanya dialami setiap bangun tidur. Ia berjalan tertatih-tatih keluar kamar. Tenggorokannya terasa perih saat mencoba bersuara.

"Tuan..." suaranya parau. Dia terus meringis merasakan tenggorokannya yang kering juga perih.

Bibir Sunoo mengerucut sebal saat tidak menemukan sesiapapun di sana. Matanya berlinang. Dia butuh obat, seluruh tubuhnya begitu sakit. Dia butuh Tuannya sekarang.

"Tuan..." suaranya berubah menjadi rengekan.

"Aku sudah tidak nakalkan. Datanglah aku akan menurutimu." tangannya meremat ujung kaos yang dia pakai, melupakan telapak tangannya yang masih melepuh.

Isakan mulai terdengar. Di apartemen yang lumayan luas itu dia sendirian. Ini tempat baru, tidak ada pelayan, tidak tahu di mana kotak obat, dan naasnya tidak tahu di mana dia bisa mendapatkan air minum. Karena kalut otaknya berjalan lebih lambat dari biasanya padahal dia sudah berdiri di depan dapur, bukannya masuk ke sana dia malah babalas memasuki satu pintu di ujung ruangan.

*********

Seorang pemuda tampan yang tak asing memasuki apartemen itu. Tangannya dipenuhi dengan kantung plastik berisi belanjaan. Sejak kapan seorang Park Sunghoon menjadi suami able?

Pemuda tampan berhati keras itu baru saja membeli kebutuhan untuk mengisi kulkasnya. Ia meletakkan belanjaan itu di atas meja sementara dia ada urusan yang lebih penting, yaitu mengecek peliharaannya. Baru saja ia mau membuka pintu kamar telinganya menangkap bunyi gemricik air dari kamar mandi tamu. Ruangannya tepat di sebelah dapur. Seketika perasaannya menjadi gusar.

"Sunoo!" ia meneriaki nama peliharaannya berulang kali tapi tak juga mendapat jawaban.

Kamar sudah ia cek, begitu juga gudang dan tempat-tempat lain. Satu-satunya ruangan yang belum ia datangi adalah kamar mandi tamu. Sunghoon mendobrak pintu kayu yang tidak terkunci itu, menimbulakan suara gebrakan yang keras, mengusik makhluk kecil di dalamnya.

Mata tajam Sunghoon melotot melihat sang peliharaan tengah terduduk di lantai yang basah dengan shower menyala di depan wajahnya. Makhluk kecil itu tampak begitu menikmati air keran. Pakaiannya sudah basah kuyup.

Senyuman manis mengembang di bibir Sunoo, dia mengangkat showernya. "Tuan mau minum?" tawarnya dengan senyum sumringah. Jelas Sunghoon menolak. Siapa juga yang mau minum air mentah, meski itu terlihat bersih tapi belum tentu aman untuk dikonsumsi.

Killing Me || [Sunghoon X Sunoo]Where stories live. Discover now