20. Killing Me

2K 310 97
                                    

Lebih baik disakiti dari pada menyakiti? itu sebuah kegoblokan bukan kebaikan.
.
.
.

Beberapa jam yang lalu Sunghoon dan Sunoo diantar pindahan ke apartemen baru mereka oleh Jay. Setelah apa yang Sunghoon bicarakan saat di sekolahan tadi, dia benar-benar minta diantar hari ini juga membuat Jay kewalahan.

Sedari sekolah tadi pula Sunghoon memperlakukan Sunoo lebih lembut dari biasanya. Hanya sedikit tapi itu cukup membuat Sunoo terlampau bahagia.

Saat Sunoo yang diam saja melihat Sunghoon dan Jay mengangkati barang ke dalam rumah baru mereka Sunghoon berpikir untuk memberi sedikit kebebasan pada peliharaannya itu, entah apa yang merasuki otaknya dia memberi dompet berisi uang dan menyuruh bocah itu belanja apa pun yang dia mau.

Meski cuaca tidak mendukung Sunoo tetap mau keluar. Setelah dibekali payung seadanya oleh Jay ia pun berjalan keluar dengan senyuman mengembang, ia merasa seperti Sunghoon memberinya kepercayaan.

Setelah beberapa saat bahakan berjam-jam sudah berlalu bocah rubah itu masih tak kunjung datang, Sunghoon mulai cemas. Dia menyuruh Jay mencari peliharaannya sampai ketemu kalau tidak maka dia akan memotongnya sampai berkeping-keping, siapa yang tidak takut diancam seperti itu.

Sunghoon menembus derasnya hujan, berlari bak orang gila mencari peliharaannya. Bagaimana kalau seseorang mencoba menculiknya lalu dijual ke tempat penjualan budak.

Setelah kehujanan cukup lama dengan pakaian yang basah kuyup serta buku-buku tangan yang mulai membiru akhirnya dia menemukan peliharaannya.

Bukannya merasa lega ia malah semakin kacau. Sungguh ia berpikir lebih baik Sunoo diculik mafia dari pada berada di tempat yang sama dengan orang yang teramat ia benci.

Mata tajamnya bisa melihat jelas kedua manusia itu sedang bercengkrama asik. Setelah keduanya menyadari keberadaan dirinya di sana, dia bisa melihat tampang cengo dari keduanya.

"Mau mati ya?"

Ketika dirinya mulai memiliki keinginan untuk terbuka, ketika dia ingin mempercayai sesorang, ketika dia berpikir mungkin Sunoo adalah satu-satunya makhluk di bumi yang tidak akan membelot darinya, disaat bersamaan pula kepalanya dihantam kenyataan bahwa tidak ada yang dapat dipercaya kecuali dirinya sendiri.

Mengabaikan peringatan karena memasuki caffe dalam keadan basah kuyup, mengabaikan kalau-kalau kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali, dan mengabaikan bahwa masih ada perban yang bertengger manis di kepalanya.

Kedua tangannya sudah bertengger manis dikera coat Heeseung, mencekiknya sampai sang empu meringis kesakitan.

"Berapa kali aku harus mengatakannya, kau sama sekali tidak memiliki kesempatan bahkan untuk menyentuhnya saat aku masih bernafas!" desis nafas serta gretakan gigi mengiringi setiap kata yang teralun menggema keseluruh ruangan.

Heeseung mengernyit. Wajahnya yang tadi pucat terlihat makin pucat. Meski nafasnya terasa diujung tanduk, bibirnya masih bisa tersenyum miring.

"Kau... salah Park Sunghoon..." mata tajam Sunghoon makin menajam. Cengkraman tangannya semakin mengerat saat telinganya masih bisa mendengar suara yang ia anggap hina itu.

"Ugh..."

Sunoo mematung. Tangan kurusnya memeluk erat paper bag tanpa ada niatan melerai mereka, pikirannya berkecamuk sendiri, bertengkar dengan dirinya sendiri.

Killing Me || [Sunghoon X Sunoo]Where stories live. Discover now