[19]Kejadian Dimalam Sakral

Start from the beginning
                                    

Mata gue memicing liat tangan kak Oliv yang asik gandeng tangan bang Eris, sepertinya bukan satu pasangan bucin doang yang ada disini.

Entah kenapa pas gue sibuk liatin tangan kak Oliv yang gandeng lengan bang Eris, bang Eris lansung berusaha lepasin tangan kak Oliv tapi gak bisa.

"Liv, lepas dong." kata bang Eris.

Kak Oliv menggelengkan kepala, "Gue masih gak kuat jalan, maaf ya?"

Bang Eris menghela nafas terus ngangguk, gue berdehem iri karena gak ada gandengan terus balik liat di celah pintu yang sengaja gue buka.

Lano keliatan nervous pas megang tangan Hanna, oke ini menggelikan. Lihatlah mukanya yang merah kaya cabe, rasa pengen merusak suasana↗↗.

"Hanna, gue tau ini tiba-tiba, gue udah gak bisa membendung perasaan ini yang makin dipendem malah makin besar, dan gue pengen terus ada disamping lo dan jaga senyuman yang selalu lo tunjukin ke gue dengan tulus."

"Jadi emmm, lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Lano dengan senyuman tipis. Hanna nutup mulutnya gak percaya.

Gue pengen ketawa plis tolong, gue biadab gini.

"Wah-wah pengen liat dong." kata kak Oliv nyerobot, gue otomatis ngegeser ke pinggir, gue lirik kakinya. Mana gak ada yang luka? Hih.

Astaghfirullah kenapa gue gini banget deh, seneng banget julidin orang.

Dug!

Gue ngeliat keatas, dan bang Eris otomatis liat kebawah. Gue kaget tersentak, bang Eris keliatan biasa aja dengan wajah datar yang cuman selalu dia tunjukin ke gue.

Bukan kepedean, tapi lo bayangin aja. Tiap cewek yang papasan atau ya ngobrol gitu, dibalesnya yaallah sungguh friendly halus gimana gitu.

GILIRAN GUE!

Baru ngomong huruf 'A' aja udah dibales dengan balesan yang menguji kesabaran.

"I-iya, gue mau..." samar-samar gue denger Hanna dan Lano teriak kesenengan sambil meluk Hanna, ya selamat.

"Ihhh mereka lucu ya...." gumam kak Oliv, gue sama bang Eris lansung balik ke posisi yang bener.

"Ekhem..." gumam gue netralin dulu mukanya, biar gak keliatan girang. Walau nyebelin, pesona ganteng itu sulit ditolak.

True?

"Katanya keluar sekarang..." gumam gue pas liat chat dari bang Bakti nyuruh kita keluar dari persembunyian.

Kak Oliv balik ke pegangannya, ya lengan bang Eris.

MEREKA PACARAN GAK SIH?!

DARI SEKIAN CEWEK CUMAN KAK OLIV DOANG YANG LEBIH-LEBIH AGRESIF GITU.

JADI KEPO KAN!

Gue beralih buka pintunya,

"Satu... Dua... Tiga..."

"CONGRATS!!!!" Teriak kita barengan sama yang sembunyi di bangunan sepetak yang ada di atap kampus.

Dor! Dor!

"Kalian..." kata Hanna gak percaya sambil nutup mulutnya dan matanya berkaca-kaca lansung dipeluk lagi sama Lano.

Ingatkan gue buat gak merusak suasana.

"Akhirnya ya, setelah sekian lama menunggu hari ini. Ikut cape ya ternyata." kata bang Bakti sambil pura-pura ngos-ngosan.

Kita ketawa dan satu-satu ngasih ucapan selamat. Gue mah terakhir dibelakang bang Eris sama kak Oliv yang masih aja anteng gandengan.

Kosan Kanjeng MamihWhere stories live. Discover now