Dua puluh empat

549 38 14
                                    

Happy Reading!

Hari ini perkemahan akan dilaksanakan. Seluruh murid SMA Bima Sakti telah berkumpul di lapangan, menunggu giliran mereka di panggil untuk menaiki bus.

Septi hanya bisa mengumpat dalam hati, karena dari tadi namanya belum juga di panggil. Padahal April dan Fatma sudah sedari tadi berada di dalam bus. Memang, tempat duduk sesuai dengan absen. Karena nama Septi berawal dari huruf S, jadi absennya berada jauh dari kedua sahabatnya itu.

Hari ini ia memakai Hoodie kebesaran yang di berikan Revan kemarin. Ia suka dengan Hoodie itu, sangat pas di tubuhnya. Meski sedikit kebesaran, tidak masalah. Ia jadi tahu, selera Revan ternyata sangat tinggi dalam memilih pakaian.

"Revano Anggara dan Septia Putri Wijaya. Silahkan naik ke dalam Bus, dan duduk di kursi nomor 5" panggilan tersebut membuyarkan lamunan Septi. Ia segera menaiki Bus dan mencari kursi nomor 5.

Betapa terkejutnya ia, saat Revan juga ternyata duduk di kursi yang sama. Di sebelahnya. Dan ia baru ingat, tadi ia dipanggil bersama Revan juga.

Mencoba biasa saja, ia lalu berjalan dan duduk di sebelah Revan.

"Gak salah pilih gue, Hoodie nya cocok banget di lo" ujar Revan ketika Septi sudah duduk disampingnya.

Septi pun tersenyum. "Bisa aja lo, btw makasih ya Hoodie nya gue suka banget" ucap Septi membuat Revan mengangguk.

"Iya sama-sama, dipake terus ya Sep" ujarnya, ia senang melihat Septi memakai Hoodie itu, apalagi menyukainya.

Beberapa menit kemudian, seluruh siswa sudah berada di dalam Bus masing-masing. Setiap Bus diisi oleh dua kelas.

"Sebelum berangkat, alangkah baiknya kita berdoa bersama menurut kepercayaan masing-masing. Agar kita selamat dalam perjalanan nanti. Berdoa, mulai"

Semua murid menundukkan kepala berdoa kepada sang kuasa agar perjalanan mereka dilancarkan.

"Berdoa, selesai" ucap seorang guru dengan menggunakan pengeras suara, agar semuanya mendengar.

Kini, bus sudah berjalan dengan kecepatan di atas rata-rata. Semua murid menikmati perjalanan mereka.

"Woy ayo kita dangdutan, bang nyalain radio nya cepetan!" pekik Farhan, ketua kelas 12 IPS 2, membuat supir bus itu menyalakan radio, dan terdengarlah lagu Nassar ~Seperti Mati Lampu.

Janganlah kau tanyakan besarnya cintaku
Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu.
Oh dan janganlah kau ragukan luasnya cintaku yang putih tulus untukmu, hanya kepadamu...

Luasnya laut tak seluas cinta yang ku punya tak sedalam cinta yang ku rasa, cintaku satu untukmu.
Tingginya langit tak setinggi kasih yang ku punya tak setinggi kasih yang ku rasa, cinta ku satu untukmu...

Seluruh murid bernyanyi mengikuti irama. Septi dan Revan pun tak kalah, mereka bernyanyi dan sesekali tertawa ketika Rangga asik berjoget ria di dalam Bus. Momen yang tak akan pernah terlupakan bagi mereka.

"Semuanya siap di goyanggg?!..."

Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu. Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu...
Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampu. Cintaku tanpamu ya sayang, bagai malam tiada berlalu...

Musik pun berhenti, membuat mereka juga berhenti bernyanyi.

"Rangga lo kaya orang gila tau joget-joget di dalem bus" pekik Fatma membuat mereka tertawa.

Revano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang