Keempat

386 52 13
                                    

Dwinetranya fokus pada layar pc besar di depannya sedangkan kuasanya sibuk mengetik di keyboard. Dengan earphone yang menempel di telinganya.

 "Mark, aku mengirimkan sebuah nomer telepon, tolong lacak lokasi dan pemiliknya."

"Yah Im Jaebeom, aku seorang dokter bukan polisi." dengus Mark yang kesal dengan kelakuan temannya yang suka berbuat sesuka hati itu.

"Kau multifungsi. Jangan bawel, bantu aku carikan, okay." 

Belum sempat Mark protes lebih lanjut, Jaebeom sudah memutuskan sambungan telepon mereka. "Argh!" geram pria berkebangsaan Amerika itu. Ia melepas earphone dari telinganya lalu membuangnya ke atas meja asal.

Selama ini memang hanya Mark yang selalu membantu Jaebeom menjalankan misi, pekerjaan berbahaya mereka bergantung pada nyawa. Profesi mark sebagai dokter forensik hanya kedok belaka untuk menutupi identitas aslinya sebagai seorang hacker handal yang bekerja di bawah naungan Mafia Rusia. Sedangkan Jaebeom adalah seorang pembunuh bayaran yang melakukan apa saja demi uang dan informasi mengenai keberadaan ibu dan adik perempuannya yang hilang sejak sebeleas  tahun lalu.

Jemari Mark bergerak dengan piawai, tidak butuh waktu lama untuknya melacak IP seseorang.

Setelah ia menemukan informasi lengkap, Mark segera mengirimnya ke ponsel Jaebeom.

Setelah ia menemukan informasi lengkap, Mark segera mengirimnya ke ponsel Jaebeom

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nama: John Cho

Umur: 45 Tahun

Pekerjaan: Ketua Mafia Hongkong, RedFull.

Info lengkap: Mereka bergerak dalam bidang prostitusi dan narkoba. Cara kerjanya adalah dengan mencari anak-anak remaja yang kabur dari rumah, mereka culik lalu cekokin narkoba sampai mereka tidak bisa lari, setelah itu baru di bawa ke Hongkong untuk dijual di Club malam milik John Cho.

Mark mengetik beberapa pesan tambahan pada Jaebeom, "John Cho sedang berada di Korea. Selain menculik gadis remaja yang kabur dari rumah, dia juga menculik gadis-gadis yang memiliki riwayat depresi, sakit jiwa untuk dijual. Targetnya saat ini adalah Rumah Sakit Jiwa Mamdu."

***

"Rumah sakit Mamdu? Park Jinyoung." Jaebeom menghela nafas. Kenapa misinya selalu berhubungan dengan pria itu. Padahal ia sedang menjauhi pemuda itu. Menurutnya tidak ada untung apapun membunuh pria itu. Jinyoung bukan targetnya, berbeda dengan Minhyun. Pilot muda itu terlanjur mengetahui hal yang tidak seharusnya ia ketahui. Rahasia Maskapai tempatnya bekerja, jadi mau tidak mau sang atasan meminta bantuan Bos jaebeom untuk membereskan pria itu dan beberapa rekannya.

Sadis memang. Karena satu dua orang, puluhan jiwa tak berdosa melayang. Bukan mau Jaebeom melakukan itu, hanya Bos nya terlalu memaksa dan tidak sabaran.

***

Jinyoung berdiri di jendela kaca besar kantornya, ia melempar pandangan matanya ke luar jendela, memperhatikan beberapa pasien /gadis-gadis belia/ yang baru dipindahkan dari Pusat Rehabilitasi. Hatinya miris melihat mereka yang baru berumur belasan tahun namun sudah dirusak oleh orang-orang tidak bertanggung jawab sampai jiwa mereka tertekan.

Informasi yang Jinyoung terima, gadis-gadis itu ditemukan saat operasi tangkap tangan kepolisian saat mereka hendak di jual ke luar negri. Kejam.

Ia tidak habis pikir dengan orang-orang tidak bermoral seperti para mafia dan teroris yang begitu kejam menghancurkan hidup orang lain.

Dering ponsel membuyarkan lamunannya, ia merogoh, mengambil ponsel itu dari saku jas putih yang ia kenakan. Senyumnya merekah menghias wajah saat melihat nama Hyunjin tertera disana.

"Halo sayang."

"Mama jadi jemput Hyunjin di sekolah, kan?"

"Iya sayang. Limas belas menit lagi mama sampai."

"Hmm. Sampai bertemu nanti Hyunjin-ie."

Setelah menutup sambungan telepon tersebut, ia melepas jas kerja bewarna putih itu lalu menggantungnya. Kuasanya meraih kunci mobil yang berada di atas meja, kemudian langkahnya segera keluar dari ruangan menuju parkiran. 

Jinyoung membuka pintu mobil, duduk di kursi pengemudi lalu ia mulai menghidupkan mesin mobil, mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal menuju sekolah sang anak yang berada tidak jauh dari rumah sakit.

***

Di sisi lain Jaebeom juga sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sedang mengejar mobil yang ada di depannya, mobil anak buah John Cho. Awalnya ia berniat mengikuti secara diam-diam sampai kehadirannya diketahui orang-orang itu. 

Dor!

Dor!

Beberapa timah panas ditembakan oleh mobil yang berada di depannya, dengan gesit Jaebeom menghindar dengan membanting setri ke arah kanan, padahal disana jelas tertulis dilarang memutar balik.

BBAAANNGG!

Mobil Jaebeom menabrak mobil putih milik Jinyoung yang sedang melaju lurus. Body depan mobil mereka saling membentur, membuat orang yang mengemudikan mobil di dalam ikut terpental ke stang mobil. Kepala Jinyoung membentur dan tertancap pecahan kecil kaca mobilnya yang pecah.

Jaebeom mengumpat kasar, kedua lengannya memukul stang mobil tanpa memperdulikan dahinya yang memar biru akibat benturan keras. Ia tidak merasakan sakit, justru kesal karena kehilangan jejak mobil anak buah John.

"Fuck!" umpat jaebeom. Ia turun dari mobilnya untuk memastikan kondisi mobil yang ia tabrak. Netranya sedikit membulat kejut, "Park Jinyoung." gumamnya pelan.

Jinyoung lemas, tubuhnya bergetar takut, ia benar-benar terkejut dengan kejadian yang barusan saja menimpanya. Dahinya yang berdarah memperburuk kondisinya. Melihat kondisi Jinyoung yang cukup parah, Jaebeom segera menghampiri, lalu membuka paksa pintu mobil Jinyoung sampai memecahkan kaca pintu untuk membuka pintu yang terkunci.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Jaebeom khawatir. Belum sempat membalas, Jinyoung sudah terkulai pingsan.

"Yah? Apa kau baik-baik saja." tanya Jaebeom lagi sembari menepuk lembut pipi Jinyoung.

Kecelakaan mobil itu membuat lalu lintas melambat dan terhenti. Jaebeom segera menghubungi Mark untuk memberitahukan apa yang terjadi sekaligus meminta Mark untuk men-trak mobil yang tadi ia buntuti. Kemudian membereskan tempat kejadian sebelum polisi yang datang dan menemukan peluru yang sempat menyerempet sisi badan mobilnya.

"Aku akan membawanya ke rumah sakit."

"Tapi jaebeom itu berbahaya untukmu."

"Aku hanya mengantarnya lalu pergi, jadi tolong urusn yang ada disini."

"Baiklah. Aku sudah memerintah orang yang mengurusnya."

"Thank you Markie."

"Well--jangan sampai polisi Wang melihatmu."

Setelah itu Jaebeom menggendong Jinyoung ke mobilnya, ia harus segera membawa Jinyoung ke rumah sakit. Tidak perlu repot-repot menghubungi polisi dan pusat kecemasan karena Mark pasti akan segera mengurus semuanya.

Sial sekali dirinya. Kenapa Jinyoung lagi, Jinyoung lagi.



TBC



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CRIMINAL Where stories live. Discover now