bagian 13

14 2 0
                                    

Suasana pagi hari ini cukup buruk. sedaritadi malam hujan terus turun dari langit membasahi bumi. Untung nya tak ada suara petir yang bisa membuat seorang gadis yang kini masih tertidur, ketakutan.

Sedari kecil, luna sangat takut mendengar suara petir. Suaranya yang terdengar begitu keras dan selalu muncul tiba-tiba saat hujan deras, membuat dirinya kian ketakutan.

Ingin rasanya ada seseorang yang memeluknya ketika suara petir itu muncul. Tapi tak ada seorang pun yang peduli saat dirinya ketakutan dan berakhir jatuh pingsan. Orang tuanya pun tak peduli saat melihat putrinya itu tergeletak pingsan diatas lantai yang dingin.

Jangankan menggendong membawanya ke kamar, dan menidurkan nya di atas kasur. Menatapnya saja malas bagi bella.

"Pagi luna" Sapa lily yang saat ini sudah duduk tenang di kursi.

"Pagi kak" Ucap luna yang akan pergi kerumah cleo.

"Mau kemana, lun. Aku ikut dong" Hari ini adalah hari minggu, tentu saja luna tidak akan pergi kesekolah ataupun bekerja. Luna sudah siap membawa cat air dan kuas, ia akan melukis diatas kanvas milik Cleo.

Langkah luna pun terhenti saat mendengar ucapan kakaknya "aku mau kerumah cleo, kak. Kakak tunggu di rumah aja ya, nanti bunda marah"

Mendengar jawaban adiknya, membuat lily menunduk kecewa. "Aku kesepian luna"

"T-api ka—"

"Aku mau ikut. Sekali aja, aku mohon" Ucap lily menyatukan kedua tanganya seperti orang memohon.

Dengan perasaan takut luna pun meng-ia kan permintaan kakaknya.

Saat sudah berada di taman belakang rumah cleo. Luna langsung saja memeluk tubuh cleo, ia mencium pipi sebelah kananya dengan lembut.

"LUNA"

"Aku bawa kakak ku hari ini" Ujar luna tanpa memperdulikan teriakan cleo.

"Hi, cleo" Sapa lily, ia sudah tahu sebelumnya tentang cleo. Tapi ia belum pernah bertemu denganya secara langsung seperti saat ini.

"Kenapa kamu ajak orang jahat, lun" Ucapan cleo barusan tentu saja membuat hati lily sakit. Sejak kapan dirinya jahat?

"Kak lily bukan orang jahat cley, kak lily orang baik dia kakak aku yang terbaik" Ucap luna memegangi tangan cleo.

"Tap—"

"Ini aku sama kak lily udah bawa kuas sama cat air nya. Jadi kita mau ngelukis apa cley? " Tanya luna sengaja memotong ucapan cleo agar tidak mengatakan apapun lagi yang bisa membuat kakaknya tak nyaman.

"Gimana kalo kamu lukis wajah aku. Aku lukis wajah kamu, pake khayalan aku"

"Bole—"

"Kayaknya aku pulang lagi aja deh, lun" Lily hendak pergi dari sana. Tapi dengn cepat luna menahanya.

"Mau aku antar? "

Lily pun menggeleng dan kembali melangkahkan kakinya. Niatnya luna akan mengejar lily tapi tiba-tiba cleo memanggilnya.

"Tolong ambilkan aku kuas nya, lun"

•••

Rayy

Lo dimana?

Gue depan rumah lo.

/read.


Ngapain dia ada didepan rumah, pikir luna.

Acara melukis di rumah cleo sudah selesai dari lima belas menit yang lalu. Ia melanjutkan tugasnya untuk melakukan pekerjaan rumah. Karena hari ini hari minggu, orang tua luna selalu pergi berlibur. Membuat dirinya harus melakukan pekerjaan rumah sendiri.

Dengan langkah cepat, luna membukakan pintu utama rumahnya. Disana sudah berdiri sosok yang luna kenali. Raynard.

"Woy, ayo ikut gue"

"Gabisa, aku harus beresin rumah" Tolak luna sedikit berteriak.

Karena raynard adalah raynard. Orang yang tidak suka dengan penolakan, ia pun meraih tangan luna dan menariknya memasuki mobil.

"Aku gabisa ray, lain kali aja"

"Plis, jangan nolak gue" Ucapnya lirih.

Luna pun menurut dan mengikuti keinginan orang yang ada disampingnya saat ini. Ntah kemana ia akan dibawa, tapi luna berharap ia bisa pulang sebelum orang tuanya kembali.

Mobil yang ditumpangi luna berhenti. Membuat luna menatap kesamping melihat pemandangan yang ada di sekitarnya.

"Ayo turun" Ntah sejak kapan ray turun dari mobil. Kini ia sudah membukakan pintu untuk luna.

"Ngapain kita ke pantai"

"Karena gue suka pantai. Dan gue ingin membagi kebahagiaan gue sedikit buat lo saat gue sedang berada di pantai"

"Gue selalu merasa bahagia ketika gue berada disini. Gue sering kesini sendirian, ketika gue lagi banyak pikiran. Dan sekarang untuk pertama kalinya gue bawa seseorang datang kesini, gue juga pengen ngerasain bahagia di pantai versi berdua sama lo" Ucap ray tanpa menatap lawan bicara nya. Ia masih sibuk memejamkan matanya. Menikmati hembusan angin yang melewati nya.

"Gue pengen sedikit menikmati hari-hari gue sama lo"

"Kenapa ak—"

"Gatau, gue ngerasa nyaman aja sama lo" Seakan tahu pertanyaan yang akan luna lontarkan, ray lebih dulu memotong perkataannya.

"Hm"

"Ayo kesitu" Belum sempat luna menjawab, ray terlebih dulu menarik tangan luna, dan duduk di atas pasir dengan pemandangan ombak yang begitu cantik di hadapan mereka.

"Kapan lo ultah? "

"Sebulan lagi"

"Tanggal berapa"

"23 maret "

Hening sesaat.

"Apa yang lo pengen di hari ultah? "

Memikirkan sejenak pertanyaan dari ray, luna tersenyum lembut dan menatap kearah langit.

"Aku pengen, bunda selalu bahagia "

Kali ini ray menatap luna dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, seakan tahu apa yang dirasakan gadis di samping nya selama ini.

Penuh dengan penderitaan. Hidup selama 16 tahun ini ia belum pernah merasakan kasih sayang dari orang tua nya, ataupun hanya sekedar perhatian nya saja sulit bagi luna untuk mendapatkan nya.

"Itu doang? Lo gamau minta sesuatu, barang mewah atau apa? "

Ray masih menatap luna yang menggelengkan kepalanya, ia mencoba untuk menatap mata coklat yang indah itu saat luna kini menatap nya balik.

"Aku gabutuh barang mewah, cukup melihat bunda tersenyum kearahku aja itu udah lebih dari cukup" Masih dengan senyuman yang menempel di bibir gadis itu. Ray merasa curiga bahwa gadis itu sedang mempunyai masalah dengan keluarga nya.

Masalah?

Waktu berlalu dengan cepat saat mereka terjebak dalam percakapan yang penuh makna. Ketika matahari akhirnya tenggelam di balik cakrawala, ray dan luna memutuskan untuk pulang dari sana.

"Nanti kita kesini lagi ya?" Ray menatap gadis yang kini sudah duduk di dalam mobil bersamanya.

Tanpa ragu ray pun mengangguk membuat luna tersenyum senang. Rasanya ray merasa bahagia jika melihat luna tersenyum, apalagi jika senyuman itu berasal darinya.

De'lunaWhere stories live. Discover now