bagian 11

14 2 0
                                    

Luna tak kunjung mendapati angkot, sedaritadi ia hanya berdiri sesekali melihat jam tangan yang ia pakai untuk melihat jam berapa sekarang? Apa dia tidak akan datang terlambat?.

Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri, dan kakinya pun sudah mulai merasa pegal. Luna pun memutuskan untuk berjongkok sambil menunggu angkot tiba. Tapi tak lama, suara motor sport terdengar dari kejauhan.

Luna bisa melihat motor itu yang semakin mendekat kearahnya. Ia pikir motor itu akan terus berlalu, ternyata pikirnya salah. Motor itu berhenti tepat didepan luna.

Cowo itu melepas helmnya, sedangkan luma masih berjongkok, menyipitkan matanya untuk melihat siapa cowo yang ada didepanya.

"Ray, ngapain berhenti disini? "

"Ngajak berangkat bareng lah "

Luna pun berdiri "gausah ray, bentar lagi juga angkot datang"

"Gimana kalo angkotnya ga datang? Terus lo mau jalan ke sekolah? " Tanya ray, ia masih duduk diatas motornya sambil melipat tanganya di dada.

"E-ngga"

"Yaudah ayo naik, bentar lagi upacara dimulai. Lo mau dapet barisan beda dari kelas kita? " Tanya ray yang kini mulai memakai helm nya.

Luna pun langsung menaiki motor sport itu, walaupun agak susah untuk menaikinya. Tapi ray membantunya dengan memegangi tangan Luna.

Ray pun menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Di perjalanan mereka tidak banyak bicara, luna hanya menatap sekeliling nya. Hari ini begitu dan jalanan pun tak ramai seperti hari senin biasanya, yang selalu macet panjang.

Karena terlalu terlena dengan pikiranya, luna tidak menyadari bahwa mereka telah sampai di parkiran sekolah. Ray, yang merasa kebingungan kenapa luna belum turun pun memencet klakson motornya.

Ray tertawa puas, saat melihat luna terperejat kaget dengan mimik mukanya yang selalu terlihat gemas dimatanya.

"Hampir aja jantungku copot" Ucap luna sambil mengelus dadanya.

"Lebay"

"Ayo turun" Luna pun turun, ia berniat akan pergi dari sana sebelum ada orang lain yang melihatnya. Tapi tanganya di cekal oleh raynard.

"Tungguin gue"

"Nanti ada yang liat, lepas" Ray pun menaikan satu halisnya, bingung.

"Emang kenapa, toh mereka punya mata sendiri bebas mau liat apapun juga" Jawabnya santai.

"Bukan gitu ray, tapi—"

"Gue mau jalan disamping lo emang salah? " Sela ray dengan cepat. Luna pun menghela nafasnya berat lalu mengangguk pasrah.

"Good girl" Tangan ray terulur mengacak rambut luna gemas, ternyata cewe disampingnya ini adalah gadis penurut.

Tanpa mereka sadari, sedaritadi ada seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang susah diartikan. Orang itu tersenyum miring saat melihat ray menyentuh kepala gadis itu.

Saat upacara selesai dilakukan, luna kembali memasuki kelasnya. Tak lama, Teman-temanya pun muncul.

"Lo daritadi? " Tanya oliv.

"Engga, baru beberapa detik"

"Sumpah panas, gerah gue" Ucap Emma sedikit berteriak. "Minta dong" Zaidan menatap orang yang ada dihadapanya ini dengan tatapan  ingin menerkam.

"Ahk mantap" Ucap Emma saat sudah meminum minuman yang tadi dibawa oleh zaidan.

"Minuman gue anjing" Ucap zaidan tak Terima saat minumannya habis tak tersisa.

De'lunaWhere stories live. Discover now