“Jane!!”

Jane menangis terisak saat melihat Bela berlari menghampirinya dan membantu Jane untuk mengambil inhaler yang berjarak jauh di bawah meja. Setelah dapat Bela menyemprotkannya pada mulut Jane agar cewek itu bisa bernafas.

Jane nyaris mati hari ini.

“Haaahh... Haahhh, B-bela...” lirih Jane sesak. Jane menangis kembali. Bela memeluknya lembut. Bela takut kehilangannya. Entah bagaimana jika Bela tidak datang tepat waktu Jane pasti sudah tidak sadarkan diri.

Sementara Jane meringkuk menangis di pelukan hangat Bela. Kembali teringat perkataan Jack. Jane tidak akan mau menemui cowok itu lagi.

Sudah cukup. Sudah cukup harga dirinya jatuh untuk yang kesekian kalinya, dia tidak mau mengulang kesalahan yang lalu. Mungkin benar, Jane sudah cukup bersikap baik selama ini.


Tightrope.

Siang ini matahari sangat menyengat di kulit. Sinar yang ekstrim 11 di tambah tidak ada awan di langit membuat suasana menjadi sangat panas. Jane baru saja mengecek perkiraan cuaca hari ini, itu adalah kegiatan Jane sehari-hari yang paling penting. Sebenarnya ada sebab kenapa Jane melakukan itu setiap hari, terlebih malam dan pagi.

Pertama karena dia takut saat di sekolah tiba-tiba hujan, terlebih pas-pasan dengan bel pulang sekolah. Jane jadi tidak bisa bersiap-siap seandainya lupa mengecek perkiraan cuaca diponselnya. Bukan hanya karena saat di sekolah saja, di tempat lainnya pun begitu. Karena Jane selalu mengingat pepatah yang mengatakan: sedia payung sebelum hujan. Itu hanya ibaratkan saja, tapi Jane menganggap kata-kata itu serius, tentang hujan dan payung.

Kedua karena Jane takut dengan petir. Jane takut perpaduan petir, angin dan hujan. Dia takut ketiga elemen ini bersatu. Jika mereka datang Jane selalu berdegup kencang. Dia sulit fokus dan ketakutan. Suara petir yang kencang akan membuatnya terkejut setengah mati. Suara hujan tidak bisa membuatnya tenang meskipun tidak sedikit orang yang menyukai itu.

Kalau angin... dia takut tubuhnya melayang. Kak Fairel pernah bilang kalau tubuh Jane sangat kecil dan angin bisa membawanya dengan mudah.

Itu menyebabkan Jane takut dengan angin.

Itu alasan mengapa Jane sering mengecek perkiraan cuaca lewat layar ponselnya.

Sekarang Jane berada di lapangan memperhatikan teman-temannya berlari mengitari lapangan. Jane tidak ikut lari dikarenakan guru olahraga tahu Jane mempunyai penyakit asma, itu Bela yang memberi tahu.

Jane melambai kecil pada Bela yang berlari bersama Sinta.

“Semangat Bel!” pekik Jane gembira.

Pemanasan telah usai lima menit kemudian. Bela duduk di sampingnya dengan kaki diluruskan, nafas cewek itu tidak teratur membuat Jane terkekeh kecil karena wajah lelah Bela terlihat cantik. Pantas saja Leo suka dengan Bela. Tahi lalat di bawah bibirnya sangat indah, rambutnya pendek sebahu berwarna coklat terang, serta tubuh yang lumayan tinggi.

“Kamu cantik Bela,”

Bela bersemu. “Lo apalagi, Net,”

“Aku selalu pengen punya tahi lalat di bawah bibir,” celetuk Jane mengungkapkan keinginannya itu.

Bela tertawa. “Bibir lo udah seksi, suer,”

Tightrope [Completed]Where stories live. Discover now