(•) Dua puluh delapan

3.8K 606 261
                                    

HR GUYS!!
VOMENT JANGAN LUPA!!!

•••

“Atala! Agatha membuat kekacauan di Kazakhstan!” teriak Wildan dari luar ruang kerja Atala.

Setelah waktu berganti pagi Atala kembali melanjutkan aktivitasnya. Dan di pagi-pagi seperti ini Wildan sudah berteriak-teriak.

“Agatha membebaskan Ajeng. Salah satu tahanan wanita dari Indonesia.” ujar Wildan setelah berhasil masuk ke ruangan kerja Atala.

Atala memijat pelipisnya. Agatha seperti tak puas bermain-main dengan hukuman Ayahnya. Sekarang apalagi? Dia mencoba membebaskan perempuan seperti Ajeng?

“Hubungi sipir perempuan di sana.” ucap Atala.

“Mereka tidak membalas karena Agatha mengancam mereka. Kalau mereka menerima panggilan kau, Agatha tak segan-segan membebaskan semua tahanan.” ucap Wildan.

Atala mengepalkan bolpin di genggamannya hingga patah. Sepertinya Agatha memang pantas mendapatkan hukuman, agar dia tidak mengentengkan hukumannya.

“Siapkan pesawat malam ini. Kita berangkat sekarang.”

“Defan tidak ada di rumahnya Atala. Gea sudah mencarinya kemana-mana dan Defan tidak ada.”

Atala menoleh. Apalagi ini? Kenapa bisa datang secara bersamaan?! Atala mencoba memutar otaknya, siapa yang harus dia cari dan temui terlebih dahulu.

“Defan memiliki akal. Kalau Agatha tidak, jadi lebih baik kita pergi menemui Agatha dulu.” ucap Atala sembari berdiri.

•••

“Ta kamu serius mau pergi?” tanya Aleta sembari mengambil paspor Atala.

“Hmm. Anak kamu, ga puas-puas cari masalah.” ucap Atala sambil memakai kaosnya.

“Ta. Perasaan aku nggak enak Ta, Defan pergi tanpa jejak. Sekarang kamu. Aku, Aslan, sama Gea disini sama siapa Ta?”

Atala menghela nafasnya kasar
“Rujma ga akan berani dateng ke rumah kita lagi Al. Tenang aja.” ucap Atala mengentengkan keadaan.

“Ta...Jangan pergi, aku mohon.” Aleta memegang ujung baju Atala mencoba menahan Atala.

Atala menghela nafasnya, dia melepaskan tangan Aleta kemudian mencium singkat bibirnya.

“Kalau aku cari Defan, nanti lapas Kazakhstan berantakan. Kamu mau semakin banyak musuh kita?” tanyanya dan Aleta menggeleng.

“Yaudah kalau kamu nggak mau. Biarin aku pergi, cuma sebentar Al. Nanti aku balik lagi.” ujar Atala.

“Ta? Kelvin suruh kerumah Ta. Aku takut.”

Atala mengangguk mengiyakan
“Iyya sayang. Nanti aku suruh Kelvin ke sini ya. Kamu sama Aslan diem-diem di kamar aja. Sampai aku balik. Paham?”

“Iyya paham.”

Pintu kamar Atala dan Aleta tiba-tiba terbuka. Aslan berjalan dengan mata khas bangun tidurnya.

Defandra 2 [End] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang