(•) Dua puluh tiga

4K 617 380
                                    

HR GUYS ✨
VOMENT JANGAN LUPA!!!

•••

“Yogurt basi itumah.”

Roti di tangan Defan menggantung di udara. Sebuah senyum iblis muncul dari bibir Defan, dia berbalik menghadap Gea yang tengah mengambil ciki di kulkas.

“Ngomong apa barusan?” Tanya Defan.

Gea tertawa lalu menggeleng
“Nggak ngomong apa-apa.”

“Bohong! Hahaha! Ngomong apa ga tadi?!” Tanya Defan sembari berdiri kemudian menghampiri Gea.

“Nggak! Aaaaarhkkk! Iyya Iyya!” Gea menjauh dari Defan yang tiba-tiba saja menggelitiki ya.

“Ngomong apa barusan? Hmm?”

Kedua tangan Defan sibuk menggelitiki Gea. Gelak tawa dan geli tak bisa Gea hindari, suasana dapur jadi ramai akibat Gea dan Defan. Bi Rati merasa senang melihatnya, menyaksikan Defan dan Gea bisa akur seperti sekarang.

“Ngomong apa barusan! Gea! Hahaha!” Defan tak bisa berhenti tertawa mengingat ucapan Gea tadi.

“YOGURT BASI! HAHAH!”

Tubuh Defan merosot kebawah saat dirinya sudah tak kuasa menahan sakit di perutnya karena tertawa.

“Emang kamu tau rasa yogurt basi gimana?”

“Hahah nggak...Kecut kali.”

“BHAHAHAH!”

Rahang Defan sakit karena terus menerus tertawa seperti orang gila hanya karena ucapan Gea. Dia mencoba berdiri sekuat tenaganya, dia duduk di kursinya lagi kemudian mengatur nafasnya.

“Gea otaknya ngeres ih, Bi masa Gea ngerti gituan Bi.” Ucap Defan mengadu.

“Ih dia Bi yang mesum!” Sungut Gea.

Bi Rati hanya melempar senyum saja, dia sibuk membuat bubur untuk Gea. Tidak ada waktu untuk tertawa, dia di sini hanya berkerja saja.

“Jadi guys aku mau review Yogurt Basi...Hahaha!”

Defan kembali tertawa mendengarnya. Pagi-pagi seperti ini Gea sudah berhasil membuatnya bergairah dan sakit perut di waktu yang bersamaan.

Kebahagiaan seperti inilah yang Defan inginkan, kedamaian seperti inilah impian Defan. Hidup dengan penuh canda tawa dan tentunya bersama orang yang dia cintai.

“Ras__Astaga...” Ucapan Gea terjeda karena perutnya tiba-tiba saja sakit.

Defan sontak langsung menopang tubuh Gea yang seperti ingin terjatuh. Dengan perlahan Defan membawa Gea duduk di sofa.

“Kenapa perutnya? Sakit? Mau ke Dokter?” Tanya Tanpa henti.

Gea menggeleng, tangannya terus mengusap perutnya yang buncit. Tangan Defan ikut menyentuh permukaan perut Gea.

“Sabar ya, jangan sekarang. Kasian Bundanya, belum kuat...Sabar ya sayang.” Bisik Defan pada perut Gea.

Gea mengelus rambut tebal Defan selama Defan berbicara dengan anaknya.

Defandra 2 [End] ✓Where stories live. Discover now