(•)Dua belas

4.7K 623 185
                                    

HR guys🔥

Voment jangan lupa❤️😡

•••


Gea berusaha berdiri sekuat tenaganya, dia berjalan perlahan menuju telfon rumah yang ada di dinding dekat pintu kamar. Dengan menahan rasa perih Gea terus berjalan hingga dia sampai di depan telfon rumah.

Dia menekan angka-angka yang menghubungkannya dengan para maid yang tengah berkerja di bawah.

“Ya Non?”

Akhirnya panggilan Gea diterima juga dengan salah satu maid yang ada di rumahnya.

“Bi, tolong beliin bubur dong yang ada di depan rumah tuh Bi. Jangan pakai kacang ya,”

“Satu aja non?”

“Dua Bi, yang satunya pakai kacang tapi langsung di aduk aja ya bi. Buat Defan,”

“Okke Non.”

“Makasih ya Bi.”

“Sama-sama Non...”

Gea meletakan gagang telfon itu kembali, dia berjalan lagi menuju kamar mandinya untuk bersih-bersih. Sebelum menutup pintu kamar mandinya dia menoleh ke arah Defan yang masih terlelap.

Setelah pintu kamar mandinya tertutup dan terkunci rapat Gea langsung pergi ke bawah pancuran shower, membersihkan tubuhnya dari keringat yang menempel sejak malam tadi.

Beberapa menit kemudian Gea selesai, dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk di depan pantulan cermin Westafel. Dia berdecak kesal saat melihat bercak-bercak merah yang tercetak jelas di sekeliling lehernya.

“Defan gila!” Batin Gea.

Gea keluar dari kamar mandinya, dia pergi ke walk in closetnya untuk memakai baju.

Beberapa saat setelah itu dia kembali keluar dengan handuk yang melilit di kepalanya, dia lanjut mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.

Setelah rambutnya kering Gea menyisirnya, dan setelah selesai dengan rambutnya dia berganti ke wajahnya. Dia mengoleskan lipbalm di bibirnya yang kering.

Tok tok tok....

“Non? Ini buburnya.”

Gea meletakan lipbalmnya kemudian keluar dari kamar, dia mengambil nampan yang di bawa oleh maid tersebut.

“Makasih bi.”

“Sama-sama Non...”

Setelah maid itu melenggang pergi dari kamarnya, Gea masuk kembali. Pintu kamarnya dia tutup kemudian bubur di atas nampan itu dia letakan di atas meja.

Gea mengaduk bubur untuk Defan lagi, karena kalau tidak di aduk Defan tidak akan mau memakannya. Berbeda dengan Gea yang malah lebih suka bubur tak di aduk.

“Defandra...Sarapan dulu,” Panggil Gea dengan nada lembut.

Gea berdiri lalu membuka tirai kamarnya, cahaya matahari langsung masuk ke dalam kamar. Menerangi penglihatan Defan yang masih tertidur pulas.

Gea beranjak ke ranjangnya, dia duduk di sebelah Defan yang menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

“Bangun Def, sarapan dulu. Baru nanti lanjut tidur...” Ucap Gea sembari membuka selimut yang menutupi wajah Defan.

Defan membalik tubuhnya memunggungi Gea untuk menghindari cahaya matahari yang lumayan panas.

“Defaaan ayo bangun sarapan dulu...” Ujar Gea sembari menarik selimut yang terus Defan peluk.

Defandra 2 [End] ✓Where stories live. Discover now