Tiga Belas

841 98 15
                                    

Masih banyak typo
Jangan lupa vote dan komen ❤

Happy reading

.
.
.
.
.

Semalaman Krit dibuat tidak bisa tidur. Setelah pulang dari taman bersama Billkin, Krit tidak bisa memejamkan matanya. Krit masih tidak percaya dengan apa yang telah dia lakukan di taman itu. Dalam kamar besar itu Krit hanya membuat seprei kasurnya berantakan. Guling sana guling sini dengan memeluk gulingnya.

"Bisa-bisanya gue mencubit pipinya sambil tersenyum! Kenapa juga jantung gue berdetak cepat" monolog Krit menutup matanya dengan telapak tangan.

"Apa perasaan gue belum hilang untuknya? Aisshh" tanyanya pada diri sendiri.

Tok tok suara ketukan di pintu kamarnya terdengar. Krit melihat Alrisa berdiri disana dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya.

"Boleh Mama masuk" tanya Alrisa pada anaknya. Krit mengangguk tanpa suara mengubah posisinya menjadi duduk. Alrisa berjalan masuk kearah tempat tidur Krit dan duduk disana.

"Mama sudah pulang?" tanya Krit pelan memandang Alrisa.

"Sudah dari saat PP keluar rumah" jawab Alrisa yang membuat Krit kaget. Bukankah tadi saat dia keluar rumah Mamanya nggak belum pulang?

"Anak manis Mama kenapa? Sepertinya sedang ada yang dipikirkan?"

"Nggak papa PP nggak mikirin apa-apa"

"Bener?"

"Iya"

"Nggak lagi jatuh cinta kan?" goda Alrisa.

"Nggak!" teriak Krit keras tanpa sadar membuat Alrisa tertawa.

"Anak Mama sudah besar ya"

"Mama...!"

"Baiklah-baiklah" Alrisa tersenyum lembut.
"Mama boleh tanya nggak?" lanjutnya.

"Boleh, Mama mau tanya soal apa?" jawab Krit.

"Mama mendenger kalau disekolah PP sering ngebuli teman-temannya. Apakah itu benar?" tanya Alrisa dengan hati-hati. Takut anaknya akan marah.

Sebenarnya Alrisa sudah mengetahui perubahan anak tunggalnya ini sejak lama. Yang biasanya tersenyum pada semua orang yang ada dirumah sekarang sudah tidak lagi. Bahkan dirinya dan Oab pun jarang melihat anaknya ini tersenyum pada mereka. Namun Alrisa masih bersikeras kalau itu hanya efek dari pertumbuhan Krit untuk menjadi dewasa. Tapi setelah tadi siang dirumah sakit Alrisa menerima pasien yang ternyata adalah salah satu orang tua murid XOXO. Pasien itu menceritakan semua perlakuan anaknya disekolah. Bahkan Kao dan Grate juga mengiyakan cerita pasien tersebut.

"Mama mendengar dari siapa?" tanya PP sedikit merubah intonasinya. Alrisa menyadari perubahan itu.
"Paman? atau Khunpol?"

"Bukan, bukan mereka. Mama cuma ingin tahu bagaimana anak Mama disekolah" Alrisa ingin tahu dari anaknya sendiri.

"PP baik-baik saja dan ya benar" kata Krit melihat kearah lain.

"Kenapa?" Alrisa ingin tahu alasanya. Apa benar yang dikatakan Kao jika PPnya kekurangan kasih sayang kedua orang tuanya.

"Mama sama Papa terlalu sibuk bekerja sehingga tidak tahu kabar anaknya sekarang bagaimana?"

"Mama sama Papa bekerja itu semua juga untuk PP. Kalau Mama sama Papa nggak bekerja nanti PP minta apapun Mama sama Papa nggak bisa menuhi bagaimana?"

"Tapi aku kesepian Ma? PP hanya anak tunggal dirumah ini, nggak punya saudara buat diajak main. Papa sama Mama sibuk sama perkerjaan sendiri nggak pernah ada dirumah. Haruskah PP menyuruh Khunpol untuk datang kesini terus? Khunpol juga butuh waktu bersama keluarganya kan?" kata Krit menahan amarah.

Penguasa Sekolah (BKPP) ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum