3. Masa Lalu yang Tidak Dapat Ditembus (2)

2.3K 173 12
                                    

"Ei? Guru Zhousheng begitu perhatian, masih mengatur muridnya untuk mengambil tempat dahulu?" Xiaoyu menarik kursi sudah duduk dahulu.

"Bukan guru yang mengaturnya," Murid itu buru-buru menjelaskan, "Ini toko ayahku, kebetulan hari ini saya sedang beristirahat, semalam bersama guru mengerjakan tugas sampai tengah malam, guru berkata hari ini mau datang melihat bunga sakura di kuil Qinglong, jadi saya sengaja menyisakan tempat untuk kalian."

Pemuda berbadan besar itu sambil berkata, sambil secara personal membawa teh sampai ke depan para tamu. Pada waktu yang tepat, pemuda berbadan besar tersebut dengan sedikit jengah dan malu-malu tertawa: "Lupa katakan, nama saya Heshan."

Dia berkata oh sekali: "Cukup gampang diingat."

Heshan sangat tertarik kepada kakak yang sangat cantik itu, sengaja menyodorkan gelas ke tangannya.

Karena sejak kecil Hong Xiaoyu bertetangga dengan Shi Yi, jadi melihat hal ini sudah terbiasa, yang ada dia melirik ke arah Zhousheng Chen, kemudian melihat Shi Yi lagi. Tidak perlu dikatakan lagi, si marga Zhousheng ini cukup berbeda, paling tidak melihat wanita cantik, tidak langsung menjadi salah tingkah.

"Mari mari, kita main kartu sebentar," Hong Xiaoyu dengan gembira menuangkan dua kotak kartu poker keluar sampai meja menjadi penuh, "Shi Yi tidak bisa bermain kartu, pas kita berempat saja yang main."

Shi Yi melihat kegilaannya bermain kartu muncul, langsung mengalah merelakan tempat duduknya di barisan samping. Terakhir Zhousheng Chen dan kameraman duduk berseberangan, kebetulan tempat duduknya di sebelah Shi Yi. Dia melihat di jendela ada sebuah buku, mengambilnya dan siap untuk melewatkan waktu, tidak tahu pelanggan yang mana meninggalkan majalah yang baru, dia membolak balik halamannya, dan asal membacanya saja.

Zhousheng Chen memainkan kartunya tidak cepat maupun lambat, dan sambil berbicara dengan beberapa orang.

Dia duduk sangat tegak, terlihat seperti sudah biasa begitu, bahkan hanya menemani mereka bermain kartu poker, juga bisa terlihat secara jelas kalau dia dibesarkan dengan baik. Shi Yi hanya memandang sekilas ketika dia sedang mengeluarkan kartunya, sangat menarik, di tangannya kartu-kartu itu disusun rapi dan teratur, selalu menjaganya dalam sudut simetris berbentuk kipas.

Semuanya sempurna. Semua yang ada sungguh sempurna.

Tetapi justru karena itu, baru terasa ada sebuah jarak. Tidak peduli duduk seberapa dekat, seperti ada sebuah garis yang membatasi mereka.

Kameraman ini berbicara paling banyak, setelah mengoceh beberapa saat, dia mengungkit nilai ujiannya beberapa tahun yang lalu: "Boleh dibilang, waktu itu hasil ujian saya itu pas-pasan, lolos tipis dari ujian negara, hampir saja tidak masuk ke universitas. Guru Zhousheng, apakah kamu adalah tipe yang terus setia kepada sains?"

"Tidak juga," Dia mengeluarkan selembar kartu, dan menaruhnya di atas meja kayu, "Saya hanya tidak terpikir selain mengadakan penelitian apalagi yang bisa saya lakukan."

Kameraman itu tidak berkata apa-apa.

Hong Xiaoyu menggoyang-goyangkan mulutnya: "Guru Zhousheng, jangan bicara hal-hal yang terlalu tinggi, ngobrol hal-hal ringan saja bagaimana?"

"Baik, silahkan."

"Apakah kamu mempunyai semacam hobi yang agak tidak biasa?" Xiaoyu bertanya kepadanya.

Forever and Ever / One and OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang