Meletakkan mangkuk buburnya, menarik Ranayya pelan agar duduk dipangkuannya dan memeluk anaknya.

"Iya, Mama mau makan eskrim. Tapi, Rayya nggak mau habisin buburnya. Kalo buburnya nangis gimana? Kasihan dong."

Sambil menjelaskan pada anaknya. Mengambil mangkuk bubur dan kembali menyuapkan pada Ranayya. Auva terus saja mengajak anaknya bercerita hingga semangkuk bubur itu habis.

Auva menghela napasnya panjang. Sampai kapan ia akan menyembunyikan kebenaran ini pada Ranayya. Cepat atau lambat, anaknya akan tau siapa dirinya. Entah itu beranjak dewasa ataupun dimasa kecilnya.

Tapi, Auva yakin ia akan terus menyembunyikan ini semua. Bagaimana pun Ranayya tetap anaknya, tidak masalah bukan dari rahimnya. Ranayya tetap ia anggap sebagai anak kandung dari rahimnya sendiri.

🐈

"Uncle Bondan! Uncle Raka!" panggil Ranayya berteriak saat berada di lobi hotel.

Bondan langsung membawa Ranayya dalam gendongannya. Teringat pada anaknya yang berada di indonesia.

"Hari ini pulang ke indonesia ya," kata Bondan pada Ranayya.

"Iya, pulangnya sama Nenek Ani juga. Nenek udah sembuh nggak sakit lagi."

Mereka berjalan kaki menuju rumah sakit. Hotel mereka dekat dengan rumah sakit dimana Nenek Ani dirawat.

Ya, mereka berada di singapura. Setelah pulang menjenguk Indri, Auva mendapatkan kabar tak enak. Nenek Ani terkena serangan jantung dan detak jantungnya hilang.

Auva takut dan menangis, ia segera menjemput anaknya dan langsung izin sama Mbak yang menjaga Ranayya.

Saat sampai dirumah sakit. Jantung Nenek Ani kembali berdetak dengan segera Bondan dan anak Nenek Ani lainnya melarikan ke singapura, tempat penanganan Nenek Ani.

Auva sengaja tidak mengaktifkan ponselnya. Lebih fokus pada kesembuhan Nenek Ani. Berada didalam ruangan Nenek Ani, wanita itu tersenyum tampak lebih segar dari sebelumnya.

"Mama udah boleh pulang hari ini 'kan?" tanyanya pada Bondan.

"Boleh, Mama jangan terlalu capek lagi. Kenapa harus kembali ngajar lagi sih, dirumah aja jaga Rayya, Bondan sama Kakak nggak pernah absen ngirim uang ke, Mama."

"Iya, Nek. Bang Bondan benar, jangan ngajar aja kali," timpal Raka.

"Mama bosan dirumah. Kalo Rayya sudah diambil Auva, Mama kesepian. Kalo ngajarkan ada juga tugas Mama dirumah. Biar nggak suntuk."

"Udah, nggak papa, kalo itu mau Nenek. Turuti aja, Bang Bondan. Lagipula ngajar tidak terlalu berat, asal jangan kecapean dan jangan sering turun kelapangan," celetuk Auva.

Bondan dan Raka pun membayar administrasi rumah sakit. Auva membereskan pakaian Nenek Ani yang sedang bermain bersama Ranayya di atas brankar.

Setiap kali Nenek Ani jatuh sakit. Maka anaknya akan langsung melarikan ke singapura, karena peralatan lebih lengkap dan ada Adiknya Nenek Ani juga disini sebagai dokter.

"Satu jam lagi kita akan terbang ke indonesia," ujar Bondan saat selesai bayar administrasi rumah sakit.

🐈

Ferdy menjemput Kakaknya dibandara. Entah kemana Kakaknya ini, lama sekali. Padahal pesawatnya sudah datang dua puluh menit yang lalu.

Auva baru saja sampai di bandara indonesia bersama yang lainnya. Menunggu jemputan di kursi tunggu bandara.

"Maa... Mau beli camilan." Ranayya nunjuk supermarket didalam bandara yang tak jauh darinya.

"Ayo."

Ferdy yang kehausan pun memilih ke supermarket dulu. Kakaknya ini lamban sekali, entah sangkut dimana. Intinya Ferdy tak urus tugasnya hanya menjemput itu saja. Dalam bahaya atau tidaknya ia tetap tak peduli.

"Rayya mau kesana dulu," izinnya pada Auva yang sedang memilih snack.

"Jangan lama-lama ya."

"Iya, Ma."

Memperhatikan kulkas yang menyimpan begitu banyak jenis susu kotak. Ranayya bingung memilih yang mana.

"Hai, cantik. Mau apa?" tanya Ferdy yang tak sengaja melihat Ranayya memperhatikan kulkas.

"Uncle, Rayya boleh minta tolong?"

Ferdy terkejut, wajah gadis kecil ini tak asing baginya. Bukannya gadis kecil ini yang memanggil Damares 'Papa' saat mereka tawuran.

"Uncle can i ask for help?" tanya Ranayya saat Ferdy diam tak bergeming menatap dirinya.

Lamunan Ferdy buyar. "Tentu boleh, cantik. Mau yang mana?"

Membuka kulkas dan Ranayya menunjuk kotak susu yang ia inginkan. "Mau lima."

"Oh, tentu. Kamu menyukai susu kotak ya rasa vanila?"

"Iya, Rayya kurang suka rasa coklat."

Ferdy berjongkok dan memberikan kotak susu itu pada Ranayya. Persis seperti dirinya yang tak menyukai susu coklat juga.

"Wah, kamu sama dengan Uncle, tidak suka susu coklat. Baiklah, dimana ibu kamu?"

"Ranayya!"

Kegiatan bincang-bincang mereka teralihkan saat Auva memanggil anaknya. Membeku ditempat saat melihat ada Ferdy dihadapan anaknya.

"Itu, Mama Rayya. Cantik 'kan?" Ranayya menunjuk Auva yang terdiam.

"Sangat cantik," puji Ferdy menatap Auva lekat kemudian berdiri. Ia baru menyadari panggilan gadis kecil itu pada dirinya sendiri 'Rayya'.

Auva mengambil alih kotak susu ditangan anaknya, memasukkan kedalam keranjang. Kemudian memandangi Ferdy.

"Terimakasih."

"Sama sama," ucap Ferdy menahan tangan Auva saat ingin pergi bersama Ranayya. "Dia anak aku?" bisik Ferdy agar Ranayya tak mendengar.

"Dulu, bukan sekarang!"

"Please, bicara pada sama aku, aku mohon." Ferdy sangat memohon pada Auva.

Tak tega, bagaimana pun Ferdy pernah hadir dan ikut andil dalam mengasuh Ranayya. Ia mengangguk.

Mengantar Ranayya pada keluarganya dulu sebelum ikut Ferdy pergi entah kemana. Raka awalnya tak mengizinkan, namun Ferdy memohon.

"Janji, jangan bikin Auva nangis?"

Ferdy mengangguk mantap. Nenek Ani masih kelihatan tak suka pada Ferdy, tak suka dengan perbuatan lelaki itu pada masa lalu.

-JAGA JARAK KEMATIAN-

SEE YOU

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Where stories live. Discover now