Karena terlalu stres. Damares pun memilih menenangkan dirinya dengan menyesap sebatang rokok. Bayu dan Ezra pun ikut nimbrung juga.

"Lo nggak baca peringatan dirokok! Rokok membunuhmu," kata Gempano membaca peringatan itu.

"Membunuhmu, bukan membunuhku," sahut Ezra santai.

"Sialan!" maki Gempano.

🐈

Jam pelajaran dimulai seperti biasa dan absen Auva hanya izin. Guru tidak memberikan jawaban pada teman Auva saat mereka bertanya dan hanya menjawab izin saja.

Mendengarkan penjelasan fisika harus fokus. Jika tidak, Jenisha akan mudah lupa dengan rumusnya.

Risiko saat masuk Mipa dan ia harus jadi dokter juga keinginan sejak kecil.

Setelah menjelaskan, Pak Bian memberikan tugas untuk mereka. Jenisha menghadap kebelakang, mengerjakan bersama kedua temannya itu.

"Ada 'lho si Auva posting poto di instagram." gosip pun dimulai dari Yuni.

"Gue heran tuh kenapa nggak ngasi kita kabar. Auva hilang dadakan gini anjir! Mana udah banyak mapel yang kelewat," seru Mel.

"Pulang dia. Minggu depan kan olimpiade kimia." Jenisha tampak tenang.

Mungkin Auva ada masalah yang tak bisa diberitahu sama mereka. Jenisha mencoba berpikir positif saja.

Sedangkan dilain kelas, Gempano meregangkan otot tangannya yang terasa pegal. Otaknya terkuras habis untuk menyelesaikan tugas matematika lintas minat ini.

"Pinjam, No. Makasih." Bayu langsung mengambil buku Gempano tanpa jawaban dari lelaki itu.

"Huh dasar! Untung gue lagi mode hello kitty, kalo lagi mode doraemon, segala alasan gue keluarin buat nggak minjamin buku ke lo!" sarkas Gempano.

"Bacot lo!" cetus Bayu tanpa dosa.

"Udah minjam, marah lagi! Tukang ngutang aja!"

Gempano pun mulai bereaksi saat sudah selesai. Ia akan senang menimbrung bersama perempuan yang sedang bergosip setelah selesai mengerjakan tugasnya.

Damares dan Gibran masih berkutat dengan buku dan pulpen-nya.

"Benar tuh, Gempa! Nggak tahan gue kalo main sama Rika napasnya bau naga!" seru Lily dengan heboh.

"Beuh, lo dekat dia aja, bau keteknya langsung nusuk hidung. Pengin muntah gue!" ujar Gempano.

Menggosipkan Rika teman sekelasnya yang saat ini tidak masuk karena sakit. Gempano yakin, dia sakit karena nggak tahan nyium bau napas sendiri.

"Woy banci! Dipanggil Pak Ferry noh!" teriak Rizwan yang berada di ambang pintu kelas, meneriaki Gempano.

"Gue ke Pak Ferry dulu, jangan lupa sempak dia warna merah muda semua. Padahal laki-laki, mana dia suka gambar pokemon lagi." masih sempatnya ngasi gosip sebelum pergi.

Saat di ambang pintu. Gempano memukul keras lengan Rizwan. "Manggil gue banci! Gue pastiin lo juga jadi banci!" ancam Gempano mengibaskan tangannya dan berlalu.

🐈

Lapangan kini penuh saat jam istirahat bagaimana tidak. Kapten basket yang sudah lama tidak bermain basket, kini kembali bermain lagi.

Damares dan teman-temannya melawan anak bahasa. Mereka tentunya menggunakan baju basket.

Pesona Damares membuat kaum hawa memekik tertahan, keringat yang mengucur di dahinya, otot lengan yang terlihat, dan wajah yang serius beberapa kali berteriak.

Menghilang rasa khawatirnya dengan main basket. Tak lama, Damares akan mencopot gelar kapten basketnya. Karena ia akan menghadapi ujian sekolah.

"Damares ganteng banget gilaaa!" puji Mel dengan heboh. Ia termasuk dalam deretan penggemar ringan Damares.

"Beruntung tau, Auva, bisa jadi milik dia," kata Yuni diangguki Mel antusias.

"Beruntung masih gue daripada, Auva," sahut Indri yang datang bersama Della.

Mel dan Yuni memutar bola matanya malas dan sedikit bergeser agar tak duduk didekat Indri.

Mereka duduk di tepi koridor sekolah. Menikmati pertandingan basket. Jenisha hanya melirik sekilas kemudian fokus pada permainan basket itu.

"Nggak lama kebongkar juga kebohongan orang, ye 'kan Mel," sindir Yuni.

"Iya, sebusuk-busuknya bangkai yang disembunyikan akan kecium juga. Apalagi keburukan yang melekat di dirinya!"

"Lo nyindir gue!" bentak Indri pada Mel dan Yuni.

"Yee... Siapa yang nyindir lo! Kita cuman ngomong doang. Lo merasa?"

Indri mengepalkan tangannya. Namun, Della menyuruh Indri agar tenang dan tak tergopoh.

Sesekali mata Seno curi-curi pandang pada Jenisha. Mungkin waktu break hubungannya berakhir dan akan kembali lagi.

Damares mengoper bola basket pada Seno.

"KEMENANGAN INI BUAT LO, JENISHA!!" teriak Seno dan memasukkan bola kedalam ring basket.

Sontak saja teriakan Seno mengundang perhatian siswa siswi memandangi Jenisha yang terkejut dengan jantung berdebar saat kekasihnya tersenyum dan memberikan kemenangan telak.

Permainan selesai. Jenisha berdiri saat Seno menghampiri dirinya.

"Baikan?" mengulurkan jari kelingkingnya pada Jenisha. "Maafin aku ya, Jen."

Menyematkan jari kelingkingnya dan mengangguk. "Iya, baikan."

Seno senang mendengarnya. Mendapatkan godaan dan siulan dari teman-temannya. Indri memberikan sebotol air mineral pada Damares.

"Diminum ya, tanda terimakasih aku karena kamu udah nemanin aku di rumah sakit."

Tak ada senyuman. Damares menerima dan meneguknya, kebetulan ia haus. Gempano mengernyitkan keningnya bingung menatap tangan kosong Mel.

"Lho kamu nggak bawa air untuk aku sih sayang?"

"Emang gue babu lo! Beli sendiri dan stop manggil gue dengan embel-embel menjijikkan itu!" ketus Mel dengan kasar membuat Gibran, Nevano, Bayu meringis sakit.

"Duh, perih euy!"

Harapan Damares yang berhadapan dengannya adalah Auva bukan Indri. Entah kemana perginya gadis itu.

-JAGA JARAK KEMATIAN-


SEE YOU

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Where stories live. Discover now