5

13 0 0
                                    

Pintu sangkar burung raksasa itu berhasil terbuka. Aden, Acen, dan Adul pun segera melarikan diri dari rumah nenek sihir yang terbuat dari kembang gula itu. Mereka bertiga berlari melalui jalan setapak hutan hingga lima belas menit kemudian mereka pun kehabisan nafas.

"Berhenti sebentar, ges!" seru Acen yang menghentikan larinya. "Capek."

Aden dan Adul pun menghentikan larinya.

Acen mendudukkan diri di sebuah batu besar di pinggiran jalan setapak tersebut sembari mengatur nafas.

"Serem ya, ces?" kata Aden yang kemudian duduk di samping Acen. "Ada nenek sihir penjual rumah gulali. "

Adul menyusul duduk di samping Aden. "Kita terlempar ke negeri dongeng kali, ya?" Dia menghela nafas. "Terus gimana caranya kita pulang?"

Aden mengangkat kedua bahunya. "Kali aja di ujung hutan ada jalan keluar?"

Acen mengamati sekeliling atas jejeran pepohonan bambu. "Hutannya juga serem, ges." Dia mulai bangkit berdiri. "Kita jalan pelan-pelan aja, yuk?"

Aden dan Adul menuruti kata-kata Acen. Mereka bertiga pun berjalan menyusuri jalan setapak itu mencari jalan keluar dari hutan.

Setelah setengah jam lebih berlalu, mereka bertiga menjumpai jalan yang lebih lebar yang diapit oleh macam-macam pohon berbuah seperti jambu air dan mangga. Terdengar beberapa kali oleh mereka suara cerecet burung dan lenguhan monyet hutan dari atas beberapa pohon.

KRESSEK ... Sesuatu di atas pohon di atas kepala mereka membuat dedaunan saling bergesekan.

"Hoi, kalian!" Sekonyong-konyong sebuah suara seseorang muncul dari atas pohon.

Terlonjak kaget mereka bertiga melihat seseorang yang sedang bertengger di atas sebuah pohon mangga.

Bukan! Bukan seseorang, tetapi seekor kera.

"Namaku Lutung Kasarung," lanjut kera itu. "Kira-kira kalian bisa bantu aku gak?"

Beberapa saat Aden, Acen, dan Adul saling berpandangan kebingungan.

Kemudian Aden pun memberanikan diri berkata. " B--bantu apa, om Lut?"

"Ini ..." Lutung Kasarung menggaruk-garuk lehernya yang gatal. "Tadinya sih aku gak kaya gini bentuknya."

Aden, Acen, dan Adul manggut-manggut menyimak penjelasan dari Lutung Kasarung itu.

"Gara-gara salah makan," sambung Lutung Kasarung dengan ekspresi berkeluh kesah. "Badanku mulai merah-merah, terus pada bengkak-bengkak, kesemutan, encok-pegel-linu ..."

"Kolesterol kali, om?" celetuk Acen.

"Ah, gak mungkin!" jawab Lutung Kasarung. "Aku rajin berolah raga dan makan buah-buahan, kok."

"Apa kali om cuma kurang tidur?" kali ini Adul yang memberi saran.

"Oh, amnesia itu, ya?" kata Lutung Kasarung.

"Insomnia!" tegas Adul.

Lutung Kasarung mencoba mengingat-ingat sembari mengusap-usap dagunya sendiri. "Umm ... gak juga sih ..." Dia kemudian menggaruk-garuk pelipisnya yang tak gatal. "Rumah bertingkat dua, mobil dua, istri dua, anak satu ... kayaknya aku nyenyak-nyenyak aja tidurnya."

"Ooh ..." Aden, Acen, dan Adul membulatkan bibirnya sambil manggut-manggut mengerti.

"Kalian pasti ingin keluar dari hutan ini, ya?" Lutung Kasarung turun dari pohon dan berdiri dengan kaki belakangnya di hadapan mereka bertiga. "Aku tahu jalan keluarnya. "

Tanpa ragu Aden menjawab, "ya, benar, om. Kami juga ingin kembali ke dunia asal kami."

"Ya, yang penting kalian harus melakukan sesuatu untukku dulu!" tegas Lutung Kasarung.

"Apaan tuh, om?"

Lutung Kasarung melihat ke arah jalan sebelumnya Aden, Acen, dan Adul datang. "Nenek sihir penjual rumah gulali punya obat cuci perut," katanya kemudian. "Tolong bawa kesini!"

Seketika mereka bertiga terkejut ketakutan mendengar ucapan Lutung Kasarung itu, kemudian saling berpandangan kebingungan.

"Kalau sudah dapat taruh aja di pohon ini." Lutung Kasarung kembali naik ke atas pohon. "Kalau tidak, silakan tersesat dan mati membusuk di dalam hutan ini!" Dia melompat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain pergi menjauhi mereka bertiga.

Aden terduduk lemas. Acen dan Adul pun menyusul. Setelah berhasil melarikan diri dari kurungan nenek sihir penjual rumah gulali, mereka malah dituntut kembali lagi ke tempat itu oleh seekor kera bernama Lutung Kasarung untuk mengambil obat pencuci perut darinya.

*mengambil obat cuci perut, buka halaman 16.
*kembali mencari jalan keluar dari hutan, buka halaman 17.

Note: pilih halaman dari menu daftar isi.

TERJEBAK DI NEGERI DONGENGWhere stories live. Discover now