6

7 0 0
                                    

Akhirnya Aden, Acen, dan Adul pun berhasil memahami bahasa dari peta tersebut.

"Udah mulai malam, crut!" Acen mengamati langit dengan cemas.

"Besok aja apa, kita lanjutin?" saran Adul.

"Terus kita tidur di mana?" Aden menggaruk-garuk pelipisnya yang tak gatal.

Acen teringat sesuatu. "Gua kosong sebelahnya gua Wiro Sableng tadi, gimana?"

"Ho' oh!" Aden menjentikkan jarinya setuju. "Kita bikin perapian aja di depan gua?"

"Terus kita beli aja barbeque, marshmelow, sama iga kambing di warung tadi, buat kita bakar nanti?"

Adul kali ini yang menggaruk-garuk pelipisnya yang tak gatal. "Emang warung itu gak ada penginapannya, ya?"

"Warung nasi ya warung nasi, masa ada losmennya?" tampik Acen.

"Ya udah, yuk ah kita cari kayu bakar!" Aden memberi komando.

Selanjutnya Aden, Acen, dan Adul pun mencari ranting dan kayu kering untuk dijadikan bahan bakar api unggun, dengan niat untuk bermalam di sebuah gua kosong di sebelah guanya Wiro Sableng. Wiro Sableng sempat melihat perapian mereka bertiga itu dan lalu berkesempatan bergabung untuk memanggang iga kambing dan mengobrol di depan api unggun bersama mereka. Dia juga menawarkan sebakul nasi hangat yang di masak di magic jar yang baru saja dikreditnya dari Jaka Sembung, untuk disantap bersama iga bakar tersebut kepada mereka.

Beberapa jam kemudian Wiro Sableng pamit karena hari telah larut malam. Aden, Acen, dan Adul pun juga berniat untuk beristirahat melepas lelah mereka.

Keesokan harinya, setelah sarapan dan mandi pagi, Aden, Acen, dan Adul kembali melanjutkan perjalanan mereka ke suatu tempat sesuai arahan peta yang mereka dapatkan sebelumnya. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah danau besar yang dipenuhi pepohonan waru dan belimbing di sekitarnya.

"Mentok sampai sini, ges!" kata Acen sambil memutar-mutar peta itu untuk meyakinkan perkataannya sendiri.

"Terus lampu ajaibnya ada di dalam danau, apa gimana?" Aden menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Adul duduk di sebuah batu besar di pinggiran danau tersebut. Dia mengamati permukaan air yang berwarna hijau gelap. "Isinya apa, ya?"

"Abon kalau enggak stroberi?" celetuk Aden.

"Awas, buaya!" goda Acen.

"Ah, kamu Cen," timpal Aden. "Danau itu gak akan tergoda sama rayuan Adul!"

"Hah?" Acen mengangkat kedua alisnya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal kebingungan dengan perkataan Aden.

Pandangan Adul terantuk sesuatu. "Eh, ada batu-batu yang warna-warni di situ, ges!" Dia menunjuk ke arah bebatuan warna-warni di balik sebuah batu besar di pinggir danau lalu menghampirinya.

Aden dan Acen pun penasaran. Mereka berdua pun mengikuti langkah Adul menuju ke tempat bebatuan tersebut.

"Susunannya lucu, ya?" Adul mengamati bebatuan warna itu yang tersusun berbaris rapi.

"Susunannya lucu, ya?" Adul mengamati bebatuan warna itu yang tersusun berbaris rapi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lucu?" sahut Aden. "Ketawa, dong?"

*paham artinya, buka halaman jawabannya.
*tidak tahu, buka halaman 7.

Note : pilih halaman dari menu daftar isi.

TERJEBAK DI NEGERI DONGENGWhere stories live. Discover now