11

12 0 0
                                    

"Kita tanya Manusia Serigala itu lagi, yuk?" ujar Acen kepada Aden dan Adul. "Kali dia ngerti harus gimana."

Aden dan Adul setuju saja dan mereka bertiga pun berlalu dari tempat itu.

Begitu Aden, Acen, dan Adul tiba kembali di rumah Manusia Serigala, mereka hanya mendapati Cinderella yang sedang menjemur pakaian di depan pekarangan rumahnya.

"Mas Seri lagi belanja sembako di pasar," kata Cinderella. "Emang ada apa lagi?" Wajah Cinderella menampakkan simpati.

"Enggak tante," jawab Acen. "Kami sudah ketemu sama Putri Tidur, terus katanya suruh naik bukit itu." Dia mengarahkan telunjuk kanannya ke atas bukit.

"Ooh, gitu." Cinderella mengangguk-angguk mengerti. "Gini aja ..."

Aden, Acen, dan Adul penasaran.

"Ke rumah Dumbo si gajah terbang dulu aja."

Acen antusias. "Dia bisa nganterin kita terbang ke atas bukit itu?"

"Bukan," jawab Cinderella. "Dia punya peta ke gua itu."

"Ooh ..." Aden, Acen, dan Adul bersamaan membulatkan bibirnya.

Selanjutnya setelah berpamitan kepada Cinderella mereka bertiga pun pergi ke rumah Dumbo si gajah terbang.

Dari pandangan mata mereka bertiga, rumah Dumbo terlihat seukuran rumah manusia normal yang bertingkat satu. Tetapi begitu mereka melihat Dumbo keluar dari celah pintu yang sempit bagi ukuran Gajah Afrika dewasa yang mempunyai telinga yang panjang, mereka hanya bisa terperangah takjub dengan hal tersebut. Wajar aja kali, ini kan negeri dongeng? kata batin mereka.

Aden, Acen, dan Adul pun mengutarakan maksud kedatangan mereka kepada Dumbo.

"Oh, tentu aku punya peta bukit itu," kata Dumbo. "Tapi tidak gratis."

Mereka bertiga saling berpandangan cemas.

"Tolong tanyakan sama Bobo si kelinci soal kue nastar yang aku pesan," sambung Dumbo. "Habisnya sudah dari kemarin belum datang juga."

Mereka bertiga manggut-manggut paham.

"Oke deh, om," ujar Acen setuju.

"Rumahnya dua blok dari sini, dekat pohon beringin besar nanti tanya aja lagi rumahnya Bobo Kelinci."

Mereka bertiga kembali manggut-manggut mengerti.
"Oh, iya," Dumbo teringat sesuatu. "Kalau ketemu Bona si gajah berbelalai panjang, salamin, udah lama dia gak pernah main ke rumahku."

Setelah sekali lagi manggut-manggut paham dengan ucapan Dumbo, mereka bertiga pun segera melangkah ke tempat yang diberitahukan olehnya.

Begitu mereka tiba di tempat tinggal Bobo, mereka mendapatkan jawaban yang mengecewakan.

"Dumbo belum bayar utang dua harinya, masa mau ngutang lagi?" kata Bobo sinis. "Suruh bayar dulu!" Dia kemudian segera melanjutkan pekerjaannya memasak di dapur.

Aden, Acen, dan Adul kembali saling berpandangan kebingungan. Sepertinya Dumbo tak akan menyerahkan peta itu dengan jawaban Bobo tersebut.

"Halo, Bobo!" sebuah suara muncul dari belakang mereka bertiga. "Aku pesan kue nastarnya lima toples."

Aden, Acen, dan Adul melihat seekor Gajah Sumatera dewasa tetapi berbelalai lima kali panjang gajah biasa telah berada di belakang mereka.

"Beres, bos!" sahut Bobo seraya mengepak lima toples kue kering ke dalam tas plastik.

"B--Bona, ya?" sapa Aden dengan sedikit gugup kepada gajah tersebut.

"Ya, saya," jawab gajah itu. "Siapa ya?"

"Oh, anu ..." Aden menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Dumbo mengirim pesan, katanya anda suruh main ke rumahnya."

"Oh, si Bona." Dumbo menerima tas plastik dari Bobo lalu menyerahkan sejumlah koin emas kepadanya. "Oke deh, ayo kita ke sana bareng?" Dia merebahkan tubuhnya ke tanah. "Naik saja ke punggungku, aku memang mau bayar utang sama dia."

Sejenak Aden, Acen, dan Adul saling berpandangan. Kemudian merasa tak ada masalah, mereka bertiga pun naik ke punggung Bona.

Beberapa menit perjalanan mengendarai Gajah Sumatera berbelalai panjang itu, mereka bertiga pun tiba kembali di depan rumah Dumbo si gajah terbang.

" Oi-oi, Bona!" sapa Dumbo kepada Bona. "Apa kabar?"

"Baik-baik aja," jawab Bona. "Nih, duitmu!" Dia melemparkan sebuah kantung kecil berisi koin kepada Dumbo.

Dumbo dengan refleknya menangkap kantung koin itu. "Wah, ngerasa aja? Orang suruh main ke sini doang, sudah lama kita gak main tenis bareng."

"Ah, bisa aja kau," tampik Bona. "Nanti pas aku libur kerja deh aku ke sini lagi."

"Ya, ya, ya ... aku paham."

Aden, Acen, dan Adul hanya melongo mendengar pembicaraan Gajah Sumatera dan Gajah Afrika tersebut.

"Oh, iya kalian bertiga ..." Dumbo melihat ke arah Aden, Acen, dan Adul. "Bagaimana nastar pesananku?"

"Umm, kata Bobo ..." Aden yang menjawab. "Om Dumbo belum bayar utangnya, jadi belum bisa pesan lagi."

Dumbo menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Iya, sih ... ya sudahlah, nanti aku bayar dulu."

"Hei, Dumbo!" seru Bona kepada Dumbo. "Aku pamit dulu. Pengen istirahat, besok masuk kerja."

"Ya, ya," sahut Dumbo. "Nanti liburan kita main tenis, kalau enggak main golf? Ada klub baru buka di samping rawa."

"Iya!" Bona pun berlalu.

"Umm ... Om Dumbo ..." Aden ragu. "Soal peta itu ..."

"Oh, itu?" Dumbo mengangguk-angguk. "Oke deh, kalian boleh bawa."

Aden, Acen, dan Adul menghela nafas lega.

"Lagipula di sini banyak toko fotokopi warna," sambung Dumbo. "Jadi aku punya banyak kopiannya." Dia menyerahkan sebuah gulungan kertas kepada Aden.

Aden, Acen, dan Adul manggut-manggut mengerti.
Dumbo merogoh kantung koin pemberian Bona tadi. "Nih, buat kalian!" Dia melemparkan sekeping koin emas kepada Aden.

Aden menangkap koin emas tersebut.

"Terima kasih ya, sudah ngirim pesan buat Dumbo?" kata Dumbo sembari mengamati wajah Aden, Acen, dan Adul satu persatu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Terima kasih ya, sudah ngirim pesan buat Dumbo?" kata Dumbo sembari mengamati wajah Aden, Acen, dan Adul satu persatu. "Maklum si Bona kalau ditelpon bilangnya sibuk mulu, banyak bisnis!"

Aden, Acen, dan Adul kembali manggut-manggut mengerti.
"Ya, sudah," ujar Dumbo kemudian. "Aku mau nonton tinju di tivi lagi. Lagi seru, nih!" Dia pun menutup masuk ke dalam dan menutup pintu rumahnya.

*baca halaman 14.

Note: pilih halaman dari menu daftar isi.

TERJEBAK DI NEGERI DONGENGWhere stories live. Discover now